– SSR TBC-HIV Aisyiyah Kabupaten Sanggau melakukan peningkatan kualitas dengan memberikan pelatihan kepada kader TBC dalam penjaringan penderita TBC dengan mengelar train community cadre for active case finding. Kegiatan bertempat di aula Baznas Kabupaten Sanggau berlangsung pada 6-8 Agustus 2020.
Kepala SSR TB Care Aisyiyah Kabupaten Sanggau, Sri Istini, mengatakan peran kader sangat penting dalam penemuan kasus TBC. Kader yang berkualitas dan aktif diharapkan dapat menjadi ujung tombak keberhasilan penanggulangan TBC di masyarakat.
“Kegiatan ini merupakan seleksi bagi kader yang berkualitas dan atau melakukan rekrut kembali kader komunitas yang akan melakukan penemuan kasus secara aktif melalui pendekatan investigasi kontak,” kata Sri.
Dikatakannya, pemilihan kader diperlukan karena pada Round- NIP menggunakan pendekatan temuan kasus yang berbeda dengan R-NFM. Pada R-NIP mengunakan pendekatan investigasi kontak dalam menemukan kasus TBC.
“Perlu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan tentang TBC dan penemuan suspek dengan investigasi, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para kader dalam pencarian suspek atau penderita TBC. Pada akhirnya dapat mencegah penularan TBC serta meningkatkan Kualitas derajat kesehatan masyarakat secara optimal bagi penderita TBC,” katanya.
Aisyiyah Sanggau telah melaksanakan pelatihan keenam kalinya. Kali ini total 24 kader yang dilatih.
“Kesempatan kali ini SSR TB Care Aisyiyah Sanggau melebarkan wilayah intervensi baru ke Kecamatan Tayan Hulu. Total ada 15 kader dari Kecamatan Tayan Hulu, dan sisanya tersebar di Kecamatan Kapuas, Meliau dan Bonti sampai sekarang total 132 kader yang sudah di latih,” jelas Sri.
Sementara itu, Koordinator Program Romy Sahman menyampaikan kegiatan ini dalam upaya untuk melakukan penemuan TB secara aktif yang dilakukan secara sistematis, pada sasaran kelompok populasi yang telah ditentukan sebelumnya. Menggunakan alat skrining, pemeriksaan dan prosedur yang bisa dilakukan secara cepat.
“Salah satu metode penemuan adalah Investigasi Kontak. Investigasi Kontak adalah suatu prosedur untuk menjaring orang yang diduga TB, dengan melakukan metode skrining atau penapisan,” ujar Romy.
Untuk memulai memutus mata rantai TBC melalui investigasi kontak tentu dibutuhkan peningkatan kapasitas oleh kader sebagai ujung tombak dalam penemuan kasus.
“Pelibatan kader komunitas dapat membantu program penanggulangan TBC dengan menitikberatkan pelibatan masyarakat yaitu dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat,” ujarnya.
Upaya ini diharapkan dapat memandirikan masyarakat dengan memberikan pelatihan bagi kader agar dapat melaksanakan perannya dala melakukan Investigasi Kontak, penjaringan suspek TBC, penemuan kasus TB (lansia, anak dan TB DM), lendampingan pemeriksaan ke UPK, memahami peran kader dalam melakukan Investigasi Kontak, Pemantauan pengobatan TBC dan Pencatatan serta pelaporan pasien TBC dan TBC-HIV.
“Tujuan Pelatihan kader untuk merefresh atau melakukan retraining untuk kader yang sudah tidak aktif agar mendapatkan penyegaran materi Investigasi kontak maupun penemuan kasus secara umum,” ujarnya.
Pendekatan pada retraining yang dilakukan ada 2 hal pertama melakukan recruitment kepada kader-kader yang lama untuk dilatih menggunakan modul invesitagasi kontak dan kedua jika kader yang lama sudah tidak aktif bisa melakukan rekruitmen dan pelatihan untuk kader baru. Kader yang dilatih difokuskan pada kecamatan yang belum diintervensi.
“Bentuk kegiatan Full day Meeting Training kader yang dilaksanakan selama 3 hari. Pelaksanaan Training kader dilaksanakan selama 2 hari di kelas, lelaksanaan praktik lapangan untuk investigasi kontak dilaksanakan 1 hari, pelaksanaan retraining menggunakan modul training kader yang sudah disesuikan,” ungkap Romy. (faf)
Discussion about this post