– Bupati Kayong Utara Citra Duani meresmikan pembangunan Pusat Konservasi Ekosistem Borneo, Stasiun Riset Cabang Panti di Taman Nasional Gunung Palung (Tanagupa), Sabtu (12/12/2020).
Menurut Bupati Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KSDAE KLHK) telah memberikan perhatian lebih kepada Kayong Utara. Selain Tanagupa, Kayong Utara memiliki Cagar Alam Laut (CAL) Karimata. Keduanya merupakan ikon Kayong Utara.
Didampingi Wakapolres, Pabung Dandim Ketapang dan Kasubdit KSDAE KLHK yang difasilitasi Tim Tanagupa, Bupati menggunakan longboat menyusuri sungai menuju Gunung Palung. Jarak tempuh 6 jam hingga akhirnya tiba di Stasiun Riset. Di pengalaman pertamanya ini, Citra begitu takjub dengan alam alam Tanagupa.
“Wajar saja para peneliti luar negeri banyak berkunjung di sini, karena banyak memang potensi yang belum tergali baik flora maupun faunanya. Taman nasional maupun Cagar Alam Laut Karimata memang menyimpan misteri. Yang menjadi surganya para peneliti,” terangnya.
Menyaksikan kemegahan bangunan baru Stasiun Riset Cabang Panti di tengah hutan belantara Gunung Palung dengan fasilitias laboratorium, perpustakaan, dan camp pemantau, menggugah Bupati untuk membenahi fasilitas pendukung. Sehingga mempermudah akses bagi pengunjung yang ingin ke stasiun riset.
“Pemerintah daerah akan memperbaiki akses, dermaga yang menjadi jalur air dan jalan di tanjung gunung sebagai jalur traking. Jadi ayo, para peneliti dari universitas lokal maupun luar negeri untuk melakukan penelitian di sini,” ucapnya.
Selain memberikan fasilitas bagi para peneliti, Bupati juga ingin segala hasil penelitian yang ada di taman nasional maupun Cagar Alam Laut agar dapat diteruskan ke Pemerintah Kabupaten Kayong Utara sebagai data arsip daerah. Diharapkan Citra dapat ditemukan di perpustakaan daerah.
Lebih lanjut Bupati memiliki cara untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bidang pariwisata di tengah keberadaan kawasan taman nasional dan Cagar Alam Laut di Kayong Utara. Dengan komunikasi dan sinergitas lintas sektoral menurutnya adalah kunci segala permasalahan yang ada.
“Semua pihak di bawah BKSDAE seperti Tanagupa, BKSDA, Yayasan Gunung Palung, dan yayasan lainnya bersinergi saling berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata, membuat kalender wisata misalnya. Jadi para peneliti disempatkan untuk mengunjungi objek wisata lainnya yang ada di Kayong Utara dengan begitu dapat berdampak kepada masyarakat luas dan mendatangkan PAD bagi daerah,”terangnya.
Selanjutnya, KSDAE KLHK melalui Subdit Promosi dan Pemasaran Sapto Aji Prabowo yang mewakili Dirjen KSDAE, menjelaskan pembangunan pusat konservasi yang menggunakan Anggaran Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) berjumlah Rp8 miliar terdiri dari berberapa camp peneliti dan camp pemantau. Serta dibekali beberapa fasilitas pendukung, yang diharapkannya dapat di kelola secara maksimal oleh yayasan Cabang Panti.
“Sekian banyak pusat konservasi di Indonesia, ini yang termegah. Harapannya tidak hanya bagus fisiknya tetapi juga pemanfaatannya secara maksimal dan optimal,” tuturnya.
Untuk meningkatkan kunjungan ke Tanagupa yang berdampak pada pendapatan bagi masyarakat dan daerah, Sapto berharap Balai Tanagupa membuat roadmap tentang apa yang ada di sini dan apa yang belum terungkap di sini floranya maupun fauna.
“Perbanyak akses ke universitas lokal maupun internasional untuk melakukan penelitian di sini. Semakin banyak yang melakukan penelitian, arus keluar masuk orang akan bertambah dan akan ada pertumbuhan ekonomi dimasyarakat maupun untuk Pariwisata,” tutupnya. (lud)
Discussion about this post