
– Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Ketapang melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agoesdjam Ketapang, Kamis (10/06/2021) pagi.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Komisi II, Uti Royden Top mengaku jika RSUD Agoesdjam sangat tidak bersih atau kotor.
“Sidak dilakukan sesuai tupoksi kami, salah satunya mengenai pengawasan kesehatan. Hasil Sidak hari ini, kami temukan kebersihan di rumah sakit sangat kurang bersih,” kata Royden Top.
Terkait pelayanan perawatan, mulai dari layanan BPJS maupun rawat inap, diakui dia sudah baik sesuai pengakuan masyarakat yang ada di rumah sakit. Hanya saja soal kebersihan yang harus mendapat keseriusan pihak rumah sakit.

“Termasuk pembuangan limbah juga kotor. Kalau limbah Covid-19 kita liat penanganan sudah baik karena semua dimasukkan dalam drum dan dilakban, tapi lokasi sekitar penyimpanan limbah kurang bersih,” tuturnya.
Royden Top berharap, pihak rumah sakit Agoesdjam dapat segera berbenah lantaran tujuan sidak yang dilakukan guna menciptakan rumah sakit yang memiliki pelayanan bagus dan kondisi yang asri.
“Untuk pelayanan dari masyarakat dan pasien kita dengar sudah bagus. Tapi kebersihan yang kurang termasuk drainase kita liat tidak jalan,” ucapnya.

Selain itu, ia meminta pihak rumah sakit segera menambah dokter paru. Pasalnya saat ini RSUD Agoesdjam hanya memiliki satu dokter paru yang tentunya menjadi kendala tersendiri dalam melayani pasien.
“Kami juga minta Rumah Sakit terbuka soal informasi dan fokus sama tugas fungsi melayani pasien,” tambahnya.
Sementara Dewan Pengawas RSUD Agoesdjam Ketapang, Alosius Ala mengucapkan terimakasih kepada anggota Komisi II DPRD Ketapang yang telah melakukan sidak ke rumah sakit.
“Ini merupakan fungsi kontrol, makanya kita setuju bahkan saya minta pengawasan berkala dilakukan oleh kawan-kawan dewan agar ada kerjasamanya. Sebab kita mau rumah sakit ini bagus,” ujarnya.
Kordinator Sanitasi Limbah RSUD Agoesdjam, Erwin Kardiana mengatakan, dalam penanganan limbah Covid telah dilakukan upaya semaksimal mungkin. Mulai dari pengambilan dari ruangan oleh petugas hingga memasukkan dalam plastik bewarna kuning.
“Setelah dimasukkan dalam drum dan dilakban, kemudian disimpan di TPS dengan kapasitas daya tampung 20 ton. Biasanya satu bulan atau dua bulan sekali diambil pihak ketiga yang telah bekerjasama dengan kita untuk dibawa ke Samarinda,” tuturnya. (lim)





Discussion about this post