
– Rendahnya tingkat indeks literasi masyarakat Indonesia adalah fakta dan kenyataan yang tidak terbantahkan. Berbicara persoalan rendahnya literasi ini bukan sebagai penghakiman bagi masyarakat Indonesia.
“Namun, peran negara, eksekutif, legislatif, yudikatif dan TNI–Polri. Termasuk peran akademisi dan perguruan tinggi dalam meningkatkan publikasi penelitian ilmiahnya,” kata Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI melalui sambutan tertulisnya yang dibacakan Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Deni Kurniadi saat kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) dan Pengukuhan Bunda Literasi Kabupaten Sanggau yang berlangsung di Aula Perpustakaan Daerah (Perpusda) Sanggau, Selasa (22/06/2021).
Dikatakannya, literasi merupakan syarat penting dalam melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Mengingat kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subjek ilmu pengetahuan yang menjadi kunci utama untuk meningkatkan daya saing.
“Lietrasi menjadi sangat penting dalam segala aspek, sehingga dalam konteks yang lebih luas literasi mengerucut pada perbendaharaan gagasan dan membantu seseorang untuk berpikir dan bertindak atas dasar konsep yang matang,” ujarnya.
“Literasi memberikan satu cara pandang baru bahwa kita bisa menyelesaikan suatu persoalan dan akan membantu membentuk kesadaran kolektif serta bahu membahu menyelesaikan persoalan yang tengah dihadapi saat ini,” sambung Deni.
Mengenai rendahnya budaya baca terdampak pada rendahnya literasi masyarakat indonesia, harus dipahami secara komprehensif dan tidak parsial. Sisi hilir menjadi imbas dari permasalahan di sisi hulu.
“Kurang tersedianya bahan bacaan hingga pendistribusian bahan bacaan yang kurang tepat sasaran,” sebutnya.
Bahan bacaan hanya tersentral di beberapa kota besar dan tidak merata. Akibaynya, pertumbuhan literasi jelas mengalami perlambatan.
“Melihat fakta di lapangan, mau tidak mau, pemerintah daerah dan masyarakat, maupun stakeholder lainnya harus duduk bersama untuk mengatasi permasalahan tersebut,” ucap Dani.
Sementara itu, Sekda Kalbar AL Leysandri mewakili Gubernur membuka kegiatan mengatakan untuk menumbuhkan minat baca dan menulis di masyarakat mesti dilakukan dari lingkup yang terkecil. Bila diperlukan, ada perpustakaan di tingkat rukun tetangga (RT).
“Menumbuhkan minat baca dan tulis di lingkungan masyarakat mulai dari lingkup yang kecil sampai yang besar. Kalau perlu setiap rukun tetangga atau desa memiliki perpustakaan umum,” sarannya membacakan sambutan tertulis Gubernur Kalbar.
Dalam menciptakan budaya membaca di masyarakat, tidak hanya menjadi tugas pemerintah. Tetapi tugas semua pihak terutama masyarakat dengan cara bergotong royong untuk mencapai impian yang besar di masa mendatang.
“Perpustakaan Nasional Indonesia telah bersedia melakukan kegiatan peningkatan indek literasi masyarakat di Kalimantan Barat. Ini merupakan sesuatu yang luar biasa dan perlu diapresiasi,” terangnya.
Pada momen ini, katanya, dapat dipetik pelajaran. Segera melakukan tindakan nyata dalam menggebrak budaya baca di Kalbar.
“Mari membaca dan menulis untuk kemajuan Kalimantan Barat,” ajaknya.
Dengan membaca dan menulis, juga dapat meningkatkan SDM lebih berkualitas, kreatif, inovatif dan berwawasan global. Sehingga dapat mengikuti persaingan di dunia internasional. Karena , tidak dapat dipungkiri bahwa era globalisasi menyebabkan tingkat persaingan menjadi semakin ketat dan membutuhkan SDM yang berkualitas. Supaya persaingan menjadi lebih baik.


“Pada kesempatan yang baik ini saya mengajak atau mengimbau kepada semua pihak agar dapat membenahi perpustakaan di lingkungan masin-masing,” lugasnya.
Dengan demikian, lanjut Leysandri, perpustakaan dapat menjadi fasilitas pembelajaran untuk meningkatkan SDM. Maka Dinas Kearsipan dan Perpustakaan provinsi dan kabupaten/kota harus saling bahu membahu untuk mengembangkan perpustakaan. Termasuk perpustakaan sekolah, umum, desa, kelurahan serta taman baca masyarakat.
“Saya yakin dengan pembenahan yang kita lakukan minat baca dan menulis akan meningkat. Dengan syarat perpustakaan dapat menjelma menjadi tempat favorit bagi masyarakat,” tukasnya.
Melalui Sekda Kalbar, Gubernur berpesan kepada Bunda Literasi Kabupaten Sanggau yang baru saja dikukuhkan, agar dapat terus berperan dalam menumbuhkan minat baca dan tulis di lingkungan masyarakat. Mulai dari lingkup yang kecil sampai yang besar.
“Yang terpenting adalah memproduksi kegiatan yang dapat membentuk ketertarikan pada budaya membaca bagi masyarakat,” demikian Leysandri.
Di kesempatan sama, Bupati Sanggau Paolus Hadi berharap banyak indeks literasi masyarakat khususnya di Kabupaten Sanggau semakin baik dengan dukungan semua pihak.
“Kami berharap banyak bahwa nantinya upaya peningkatan indeks literasi ini akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Sanggau, terima kasih kepada Perpustakaan Nasional telah membantu gedung Perpustakaan Kabupaten Sanggau,” ungkap Bupati.
Ditambahkan Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Sanggau, Sukri, peningkatan indeks literasi masyarakat Kabupaten Sanggau sangat penting. Untuk mendukung visi Presiden Republik Indonesia 2020–2024 tentang peningkatan indeks literasi masyarakat guna meningkatkan kualitas SDM unggul.
“Serta mewujudkan visi Kabupaten Sanggau yaitu sanggau maju dan terdepan yang diimplementasikan dalam seven brand image yang salah satunya adalah Sanggau Pintar,” ujarnya.
Kegiatan PILM ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah pengunjung Perpusda Sanggau, meningkatkan minat baca dan peningkatan indeks literasi masyarakat.
“Transformasi perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan, pusat kebudayaan dan pusat kegiatan masyarakat dapat terwujud,” harapnya
Kegiatan PILM 2021 ini, kata Sukri, dirangkaikan dengan agenda pengukuhan Bunda Literasi Kabupaten Sanggau, launching logo perpustakaan, kartun kalengkang, penandatangan nota kesepahaman serta talk show peningkatan indeks literasi masyarakat.
Untuk talkshow narasumbernya Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas RI Deni Kurniadi. Kemudian, anggota komisi X DPR RI, Adrianus Asia Sidot, Sekda Kalbar AL Leysandri, Bupati Sanggau Paolus Hadi. Selanjutnya, Bunda Literasi Kabupaten Sanggau Arita Apolina, Staf Ahli Rektor Universitas Tanjungpura Pontianak Aswandi dan Guru Besar Politeknik Negeri Pontianak Prof Nurmala.
“Kami ucapkan terima kasih kepada perpustakaan nasional yang telah menyelenggarakan PILM dengan tema ‘penguatan peran sisi hulu budaya baca guna peningkatan indeks lieterasi masyarakat’. Semoga budaya baca di masyarakat dapat lebih ditingkatkan,” pungkas Sukri.
Turut hadir dalam kegiatan ini Forkopimda, Kepala OPD dan Anggota DPRD Sanggau. Kemudian, para peserta talkshow dan undangan lainnya. Pada kesempatan tersebut Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpusnas RI, Deni Kurniadi mengukuhkan Arita Apollina sebagai Bunda Literasi Kabupaten Sanggau. (faf)





Discussion about this post