– Angka kematian mendadak ternak babi di Kabupaten Kapuas Hulu akibat penyakit African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika mencapai ratusan ekor yang tersebar di sepuluh kecamatan.
Kasus kematian ternak akibat Demam Babi Afrika ini meliputi Kecamatan Putussibau Utara, Putussibau Selatan, Bika, Seberuang, Embaloh Hulu, Silat Huilir, Batang Lupar, Embaloh Hilir, Kalis dan Mentebah.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kapuas Hulu, Marytiningsih menyampaikan, penyakit Demam Babi Afrika tidak ada obat maupun vaksinnya. Sehingga yang bisa dilakukan masyarakat adalah melakukan pencegahan.
Di antaranya melalui penyemprotan disinfektan pada kandang-kandang secara rutin langsung. Kemudian mengisolasi ternak yang mulai sakit agar tidak menularkan kepada ternak sehat.
“Tidak ada vaksin, jadi cara supaya ternak babi tidak terkena virus ini segera lakukan pembersihan kandang dengan disinfektan dan jangan biarkan orang sembarangan memasuki kandang ternak karena berpotensi menularkan,” katanya kepada Jurnalis.co.id, Kamis (02/12/11).
Marytiningsih menyampaikan dari data yang ada hingga 25 Oktober 2021 sudah ada 600 ekor babi yang mati.
“Sebenarnya banyak babi yang mati, namun masyarakat banyak tidak melapor,” tuturnya.
Perempuan disapa Ningsih ini mengatakan, virus ASF tidak menular ke manusia hanya menular sesama hewan ternak khususnya babi.
“Penularan virus ASF ini secara kontak langsung dan tidak langsung. Karena virus ASF bisa bertahan lama jika berada dikotoran,” ungkapnya.
Lanjut Ningsih, di Kapuas Hulu sebenarnya kasus kematian babi terjadi di bulan Agustus 2021, namun tidak pernah dilaporkan ke pihaknya.
“Sehingga pada tanggal 8 September 2021 kita dapat laporan kematian babi secara mendadak di Kecamatan Putussibau Utara dan kita cek di laboratorium hasilnya positif karena virus ASF,” ujarnya.
Sejak awal adanya virus ASF ini, kata Ningsih, pihaknya sudah mengambil langkah mulai dari melakukan investigasi dan mengambil sampel darah dan tulang belakang kemudian ditambah jeroan, hati, jantung, sampel air dikirim ke balai Veteriner Banjar Baru Kalsel.
“Kita juga melakukan edukasi kepada masyarakat langsung terhadap penangan virus ASF ini,” jelasnya.
Lanjutnya, selain itu pihaknya juga sudah menyurati para penyuluh untuk waspada virus ASF, kemudian menyurati tiga Kades yakni Kades Mendalam, Dataah Dian dan Tanjung Karang. Selain itu menyurati Camat Putussibau Utara dan Selatan, Seberuang untuk menutupi lalu lintas ternak dan olahannya.
“Selain itu dari Bupati juga sudah mengeluarkan SE Nomor 524.31/2460/Distan/2021 tentang pengendalian terhadap penyebaran penyakit menular pada babi,” ujarnya.
Ningsih pun mengimbau kepada masyarakat jika menemukan babi yang meninggal jangan dibuang ke sungai, tapi dikubur kedalaman minimal 60 centimeter.
“Selain itu juga kita harapkan kepada masyarakat yang memiliki ternak Babi agar dapat memisahakan babi yang sakit dengan yang sehat serta kandangnya dilakukan penyemprotan disinfektan,” pungkas Ningsih. (opik)
Discussion about this post