JURNALIS.co.id – Calon Ketua Tanfidziah PWNU Kalbar, Andi Syafrani melanjutkan safari silaturahim ke PCNU di wilayah Kalbar. Kali ini, Andi Syafrani diterima jajaran struktural PCNU Kota Singkawang di kediaman H Karmayadi, Bendahara PCNU Kota Singkawang, Rabu (15/06/2022).
Hadir dalam silaturrahim tersebut di antara Ketua Tanfidziah PCNU Kota Singkawang, H Edy Purwanto, H Wakil Rois Syuriah PCNU Kota Singkawang, Daeng Abu Bakri, Wakil Sekretaris Kota Singkawang, Abdullah, dan Wakil Ketua PCNU Kota Singkawang, Mansur.
Diawali dengan perkenalan Andi Syafrani, obrolan berlanjut dengan diskusi terkait perkembangan teranyar mengenai situasi NU di Kota Singkawang berhadapan dengan paham keagamaan yang meninggalkan tradisi masyarakat.
“Munculnya pandangan yang menolak adat dan praktik keagamaan yang sudah biasa terjadi di masyarakat membuat kohesi warga menjadi rentan,” kata Edy Purwanto mengawali diskusi.
Merespon perkenalan dan cerita majunya Andi Syafrani sebagai calon Ketua Tanfidziah PWNU Kalbar, Mansur menegaskan bahwa hadirnya Andi Syafrani di Singkawang adalah atas perintah ulama.
“Jika ulama sudah turun, maka sudah patut bagi kita untuk taat, karena mereka pasti punya pandangan yang belum tentu dipahami secara lahiriah oleh kita yang awam,” tegasnya.
Mansur mengafirmasi persoalan kultural NU di lapangan yang disampaikan oleh Ketua PCNU Kota Singkawang.
“Di suatu masjid pernah ada imam yang ribut dengan makmum karena perbedaan pandanga,” urainya memberikan contoh apa yang dimaksud Ketua PCNU Kota Singkawang.
Diskusi berlanjut mengenai model dakwah yang dilakukan NU menghadapi berbagai tantangan zaman ini dibandingkan dengan dakwah masa lalu, seperti di masa Wali Songo.
Menanggapi yang disampaikan mereka, Syafrani mengatakan perlu strategi penguatan struktural dan kultural NU di Kalbar.
“Selain melibatkan ulama, pengurus NU harus mampu juga menjadi juru bicara manhaj Aswaja al nahdhiyah dengan menguasai literatur klasik ulama, sebab pengurus adalah garda depan gerakan NU,” jawab Syafrani.
Obrolan santai silaturahmi ini berlanjut dengan berbagai tema seperti tasawuf, fikih, dan bahkan demokrasi.
“Amaliah NU seperti tahlil dan pembacaan barzanji sudah terbukti merupakan variabel penting yang menjaga demokrasi dan membedakan Islam Indonesia dengan lainnya yang membuat demokrasi kompatibel dengan Islam,” ujar Syafrani mengutip riset disertasi Saiful Mujani yang memperoleh penghargaan sebagai disertasi terbaik oleh Asosiasi Ilmu Politik Amerika Serikat.
“Temuan Saiful Mujani ini membantah tesis Huntington yang menuduh Islam tidak kompatibel dengan demokrasi. Kompatibilitas Islam dengan demokrasi di Indonesia didasarkan pada praktik amaliah NU yang tidak ada di negara muslim demokrasi lainnya di dunia,” tambahnya.
Para peserta yang hadir dalam silaturahmi ini sangat senang dan sebenarnya ingin melanjutkan obrolan santai yang penuh ilmu ini.
“Inginnya lanjut obrolan sampai pagi kalau tidak ingat waktu karena menarik,” kata Mansur.
“NU butuh figur yang bisa menjawab persoalan yang didiskusikan, menguasai agama dan juga politik, serta bisa diterima oleh semua pihak di Kalbar ini seperti sosok Andi Syafrani,” tambah Mansur.
Di akhir pertemuan, Andi Syafrani menyerahkan pataka NU serta foto Rois ‘Am dan Ketum PBNU kepada Ketua PCNU Kota Singkawang.
“Semoga silaturrahim ini berlanjut dan saya bisa diterima oleh pengurus PCNU Kota Singkawang,” tutup Syafrani.
Tuan rumah pertemuan mengatakan, setelah menutup pertemuan, “Ini pertemuan silaturahmi terlama waktunya dan berbobot isinya dibandingkan pertemuan dengan calon-calon Ketua Tanfidziah PWNU Kalbar lainnya yang ada di Singkawang,” selorohnya saat menerima penitipan pataka dan foto dari Ketua PCNU untuk dijaga selaku tuan rumah. (m@nk)
Discussion about this post