JURNALIS.co.id – Seorang warga binaan kasus pembunuhan pada 2018 silam, EF kini tak lagi merasa jenuh dengan masa hukuman penjara yang dilaluinya di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Cilegon Kemenkumham Banten.
Kesibukan mengikuti pembinaan yang diberikan oleh Seksi Kegiatan Kerja (Giatja) Lapas Cilegon, seolah menjadi pemecut semangat baginya untuk menjadi manusia yang lebih baik saat dirinya bebas kelak.
EF terbilang baru mengikuti pelatihan yang digelar. Ia, mendapat info dari teman se-aulanya bahwa ada pelatihan membuat kursi sofa di Giatja. Kebetulan, dirinya juga pernah mencari penghasilan dengan mereparasi sofa.
“Dulu, saya pernah ikut saudara kerja jasa servis sofa. Saat itu, saya bisa mencukupi kebutuhan keluarga saya. Selalu ada saja yang butuh direparasi sofanya. apalagi saat menjelang Hari Raya,” tuturnya disela-sela mengikuti pelatihan di Aula Pembinaan Kegiatan Kerja, Senin (11/07/2022).
Selain untuk mengisi keseharian selama menjalani sisa hukuman di Lapas, Kesibukannya kini juga ampuh untuk melupakan luka di masa lalu. EF yang sempat terpuruk karena perbuatannya, kini merasa menjadi insan yang jauh lebih sabar dan tenang. Terlebih, dukungan istri dan anak tercinta selalu menjadi penyemangat di saat dirinya merasa tersisihkan.
“Mereka jauh lebih kuat daripada saya, selama saya di sini Istri yang tak pernah kerja kini berjualan nasi uduk, anak-anak saya juga kerja sambil sekolah. Keluar dari sini saya harus menjadi lebih baik. Pelatihan membuat dan mereparasi Sofa ini jadi modal saya nanti,” pungkas EF yang diketahui mendapat vonis tinggi, karena dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain.
Sementara itu, Kepala Seksi Kegiatan Kerja Lapas Kelas IIA Cilegon, Aditya Jatari membeberkan bahwa semangat para Napi yang dibina untuk menjadi lebih baik selalu menginspirasi ke Napi yang lain. Tak ayal, jika Seksi Kegiatan Kerja yang ia bina selalu dipenuhi warga binaan untuk belajar berbagai macam bimbingan yang telah disiapkan.
“Semangat ini menular. Jika ada yang sudah berhasil membuat satu produk, biasanya akan datang lagi warga binaan lain untuk belajar. Tentu kita mengapresiasi semangat mereka. Kita juga datangkan pelatih yang profesional, dan kita sediakan bahan bakunya,” papar Jatari.
EF mungkin telah memiliki bakat yang sama di masa lalu. Tapi tak sedikit produk yang dihasilkan di Lapas Cilegon, dari tangan-tangan mereka yang tak pernah memiliki keahlian di bidang serupa.
Pada tahun 2021, Lapas Cilegon sempat menggelar acara One Prison Product yang tujuannya mempromosikan hasil prakarya yang dibuat oleh warga binaan di Lapas Kelas IIA Cilegon. Berbagai macam produk dipromosikan, mulai dari aneka kuliner, hasil bumi seperti sayur dan buah, berbagai jenis ikan yang dibudidayakan hingga pernak-pernik dan pajangan yang diolah dari barang bekas dipamerkan lalu dijual.
Pihak Lapas yakin, Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang telah berkarya akan menjadi lebih sukses dan lebih baik dari sebelumnya. Semua itu dapat mereka wujudkan, jika tetap bersemangat dalam mengasah kemampuannya agar mampu menghasilkan produk terbaik, sehingga mampu bersaing dengan produk-produk lainnya. (edo/m@nk)
Discussion about this post