JURNALIS.co.id – Jalan yang menjadi akses bagi anak-anak untuk pergi ke sekolah, yakni Jalan H. Said dan Jalan Mak Panji, Desa Tebas Sungai, Kecamatan Tebas kini menjadi jalur yang cukup membahayakan. Kondisi ini menimbulkan berbagai keluhan dari masyarakat setempat.
Ketua RT 06 RW 03 Desa Tebas Sungai, Ruslan menjelaskan bahwa Jalan H. Said terus memakan korban, terlebih pada saat malam hari. Tidak hanya tabrakan, kecelakaan tunggal pun sering terjadi. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat untuk melintasi jalan tersebut.
“Yang kami keluhkan adalah jalan banyak berlubang, berdebu, dan sering terjadi kecelakaan, terutama bulan puasa dan lebaran Idul Fitri tadi banyak kejadian dan pernah memakan korban jiwa,” jelas Ruslan, Sabtu (23/07/2022).
Mengingat banyaknya pelajar yang menggunakan jalan H. Said sebagai akses untuk berangkat sekolah, Ruslan mengharapkan pihak terkait segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah jalan tersebut. Sehingga pengendara dapat menggunakan jalan dengan nyaman dan terhindar dari kecelakaan.
“Itu adalah jalur anak-anak menuju sekolah, ada SMKN 1 Tebas Mak Panji, SD N 4 Tebas Sungai, SMP N 1 Tebas, dan Pondok Pesantren, kami lihat jalan ini dalam 1 menit bisa mencapai 60 kendaraan yang lewat waktu pagi hari, tolong secepatnya diperbaiki,” jelas Ruslan.
Sementara itu, salah seorang warga, Engkun, merasa jalan tersebut sudah tidak layak untuk digunakan terlebih bagi anak-anak yang hendak pergi sekolah. Selain kondisinya rusak, saat musim panas jalan akan berdebu. Tentunya jika setiap hari anak-anak sekolah menghirup debu akan membahayakan bagi kesehatan mereka.
“Kalau sudah hujan, lecet parah sekali, belum genangan air di jalan berlubang dan jalan miring, kalau panas debunya luar biasa. Kadang-kadang selisih dengan mobil perusahaan bawa sawit, kita kasian melihat anak-anak sekolah,” ungkap Engkun.
Kerusakan Jalan H. Said hingga Jalan Mak Panji dengan jarak kurang lebih 1 kilometer merupakan akses utama untuk menuju SMK Negeri 1 Tebas. Sebelumnya perbaikan jalan sempat dilakukan sebanyak dua kali, namun tidak berselang lama jalan rusak kembali.
“Jalan yang paling parah itu di H. Said sampai Mak Panji jaraknya kurang lebih 1 kilo, jalan rusak parah sudah sejak 2019, pertama tahun 2020 ditutup dengan batu kong, tapi tidak sampai satu bulan rusak lagi,” sebut Engkun.
“Setelah itu tahun 2021 dilanjutkan dengan kualitas yang sangat bagus menggunakan PLB, itu pun tidak sampai 1 bulan sudah hambur, intinya kalau sudah terkena hujan lebat pasti hancur,” sambung Engkun.
Engkun mengharapkan perbaikan jalan dilakukan secara maksimal, meski harus bertahap paling tidak jalan yang dibangun dapat bertahan lama. Sehingga jalan yang menjadi akses utama bagi masyarakat dapat digunakan dengan nyaman dan tidak membahayakan.
“Duitnya itu mubazir, lebih baik dibuat aspal meski jaraknya pendek, ini jalan sentral, terutama pusat perekonomian warga dan juga banyak Desa-Desa lainnya didalam sana intinya pentingkan dulu jalur sekolah,” pungkas Engkun. (gun)
Discussion about this post