JURNALIS.co.id – Angka Stunting di Kota Singkawang masih masuk dalam kategori tinggi karena belum mampu mencapai target pemerintah pusat yakni harus di bawah 14 persen. Saat ini, angka Stunting di Kota Singkawang berada di sekitaran angka 14 persen.
Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Dinkes-KB) Kota Singkawang, dr Alexandre mengatakan bahwa data terakhir tahun 2021. Tahun sebelumnya masih dalam masa pandemi Covid-19, sehingga tidak ada Posyandu yang buka dan melakukan pendataan.
“Kita memang sekitar 14 persen. Kalau untuk di Kalbar kita memang tidak terlalu tinggi. Cuma kan memang tetap harus kita benahi, karena pertimbangan kita selama Covid itukan, tidak berjalan dan sekarang baru kita benahi sekarang Posyandu sudah kita jalankan lagi,” katanya, Selasa (09/08/2022).
Menurut Alexandre salah satu pengaruh besar stunting faktor segi ekonomi. Pasalnya, untuk mencegah stunting terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan. Seperti pola makan, pola asuh, dan pola hidup sehat. Ketiga hal tersebut sangat dipengaruhi oleh perekonomian masyarakat dalam mencegah tingginya angka stunting.
“Banyak kendalanya, yang selalu kita masalahkan income mereka kurang, sehingga gizi keluarga kurang. Tapi Ndak, semata-mata di situ, banyak faktor. Ya pertama memang kita bilang ekonomi keluargalah, kedua pola asuh, masalah pola asuh itu erat kaitannya dengan mitologi lama,” jelasnya.
Alexandre mengatakan pengaruh lain yang dapat berdampak pada peningkatan stunting adalah pola hidup sehat. Salah satunya dengan tidak Buang Air Besar (BAB) sembarangan. Dalam hal ini, menurut dia, masih banyak masyarakat yang suka BAB sembarangan. Mengingat, masih banyaknya masyarakat yang tidak punya WC dengan pembuangan ke septic tank.
Alexandre meyakini masyarakat yang tidak memiliki WC bukan sepenuhnya disebabkan oleh masalah ekonomi. Melainkan, dipengaruhi oleh minset hidup yang sudah terbiasa BAB sembarangan. Kebiasaan ini sulit untuk diubah.
“Kami banyak ni dapat data-data keluarga yang buang air besarnya tidak pada tempatnya, tidak pada WC yang baik. Mindsetnya saya dapat laporan di satu kelurahan itu ada 40 lebih tidak punya MCK. Tapi kita lihat mereka-mereka merokok sehari bisa dua bungkus, bikin WC satu juta lebih. Tapi tidak mau bikin WC, maunya merokok, kan susah, berartikan pola pikirnya. Minsetnya itu, bahwa BAB sembarangan itu udah biasa bagi mereka,” paparnya.
“Banyak hampir semua kelurahan, jangan pikir yang di pasar ini rumah gedung-gedung itu septic tank nya udah benar. Banyak yang langsung ke sungai, nah itu yang harus kita ubah. Itu, harus melalui pendampingan supaya pola pikir mereka. Nah, memang sudah mengalami pola pikir menjaga kesehatan,” tambah Alexandre.
Terkait permasalahan banyaknya masyarakat yang belum mempunyai WC sesuai standar, Alexandre akan berupaya mengubah minset masyarakat. Sehingga, masyarakat akan mengurangi kebiasaan yang lebih senang merokok.
“Seperti ada satu tempat itu WC nya di bawah pohon pisang. Ya bertahun-tahun begitu, Ndak mikir dia. Apakah layak atau tidak, tapi tiap hari merokoknya kuat, jadi saya berpikir kalau saya bantu bikinkan dia WC pasti ndak dirawat ni. Bagus saya minta dia kurangi lorong nabung lalu bikin WC,” tuturnya.
Terakhir, Alexandre mengingat agar masyarakat Kota Singkawang mendengarkan setiap imbauan pemerintah dalam mengatasi angka stunting. Hal itu dilakukan agar setiap anak Balita dapat bertumbuh kembang secara maksimal.
“Ikutilah anjuran-anjuran pemerintah, karena anjuran pemerintah demi kebaikan, jangan dipandang dari sisi bahwa bikin repot. Seperti yang kita liat berapa banyak WC langsung ke sungai tu kan, kalau mau bikin septic tank ndak ada tanahnya” pungkas Alexandre. (gun)
Discussion about this post