JURNALIS.co.id – Kecamatan Badau Kabupaten Kapuas Hulu salah satu daerah yang menjadi wajahnya Indonesia. Tentunya wajah Indonesia ini harus lebih baik dari negeri seberang Malaysia dari segala hal, termasuk di bidang kesehatan.
Namun fakta di lapangan tidak seperti yang dibayangkan, misalnya untuk bidang kesehatan. Di Kecamatan Badau tersebut terdapat satu rumah sakit yang dibangun oleh pemerintah pusat yakni Rumah Sakit Bergerak (RSB) Badau.
Namun sayangnya SDM, sarana dan prasarana masih kurang. Hingga hari ini misalnya untuk SDM, rumah sakit perbatasan tersebut terdapat 20 tenaga kesehatan dengan empat dokter umum.
“Untuk dokter spesialis kita masih kosong,” kata Muhammad Dimas Haryoko, Plh Direktur RSB Badau, Rabu (31/08/2022).
Kendati dokter spesialis kosong, kata Dimas, pihaknya tetap berupaya bagaimana memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat perbatasan dengan mengupayakan ada kunjungan berkala dokter spesialis ketempat mereka sebulan sekali.
“Sebelum Covid-19, kunjungan berkala ini rutin dilakukan. Saat ini sedang diupayakan kembali,” ujarnya.
Dimas mengatakan, adanya dokter spesialis di RSB Badau tentunya membuka kesempatan untuk kerjasama dengan BPJS dan rumah sakit tersebut bisa naik tingkat menjadi tipe D.
“Kami juga berharap Kemenkes memberikan kesempatan kami untuk menjadi wahana PGDS (semacam PTT bagi dokter spesialis),” harapnya.
Lanjut Dimas, namun harus diakui bahwa jumlah dokter spesialis di Kapuas Hulu masih kurang. Permasalahan terkait dokter spesialis ini juga dialami Rumah Sakit Semitau.
Sambung Dimas, tak hanya persoalan SDM di RSB Badau, pihaknya juga sangat berharap kepada Kemenkes RI dapat memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana di tempat mereka.
“Untuk saat ini yang paling penting adalah kembalinya pelayanan foto roentgent.Mesin roentgentnya sudah ada. Namun belum ada plat fotonya. Jika pelayanan roentgent sudah aktif, maka penduduk sekitar RS Badau tidak perlu ke Putussibau untuk foto roentgen,” pungkas Dimas. (opik)
Discussion about this post