JURNALIS.co.id – Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi polemik yang dihadapi oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Tidak hanya pada pengguna kendaraan roda dua dan empat, kenaikan BBM juga berimbas pada penambang perahu di Kecamatan Tebas.
Hermanto, salah seorang penambang perahu di penyeberangan Tebas Kuala hingga Perigi Piyai, mengungkapkan semenjak kenaikan BBM perekonomian keluarganya mengalami penurunan.
Menurutnya, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tidak menjadi solusi bagi masyarakat kecil. Terlebih bagi mereka yang menjalankan usaha kecil di bidang transportasi atau penambang perahu.
“Saat ini kami sangat sakit, pendapatan kami sudah sangat berkurang, untuk keseharian saja terpaksa dikurang-kurangi mencukupi untuk keluarga,” ungkap Hermanto, Jumat (23/09/2022).
Menurut Hermanto, menaikan harga BBM merupakan kebijakan pemerintah yang kurang tepat. Mengingat kenaikan harga BBM tidak mampu menyesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat.
Sementara itu, kata Hermanto, tarif perahu tambang belum mengalami kenaikan. Sehingga berimbas pada anjloknya penghasilan penambang perahu.
“Kami dulu mengambil minyak Rp7.500 sekarang sudah Rp11.500 dan itupun belum termasuk oli, sedangkan tarif hingga saat ini belum ada kenaikan,” jelas Hermanto.
Hermanto mengaku hingga saat ini masih belum merasakan Bantuan Langsung Tunai (BLT) BBM yang menurut pemerintah program tersebut menjadi pengganti BBM bersubsidi.
Dia berharap pemerintah memberikan solusi terbaik untuk menyelesaikan polemik kenaikan harga BBM yang berimbas pada pekerja penambang perahu.
“Kami sangat mengharapkan bantuan itu, paling tidak bisa meringankan beban kami para penambang ini, bami benar-benar mengharapkan tindakan pemerintah, karena bukan kewenangan kami untuk menaikan tarif di sini,” demikian Hermanto. (gun)
Discussion about this post