JURNALIS.co.id – Memasuki awal tahun 2023, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Sulawesi Utara untuk meninjau transformasi pendidikan di daerah Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa.
Dalam kunjungan pertamanya di SMP Lokon St. Nikolaus, Tomohon, Mendikbudristek berdialog dengan 170 pemangku kepentingan Program Guru Penggerak (PGP), Sekolah Penggerak, dan Program Organisasi Penggerak (POP) yang berasal dari Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa.
Dalam dialog ini, Mendikbudristek mengatakan bahwa ujung tombak transformasi pendidikan melalui Merdeka Belajar sepenuhnya berada pada guru dan kepala sekolah.
“Ujung tombak perubahan semuanya ada di tangan Bapak/Ibu bukan di tangan pemerintah, tapi di masing-masing sekolah,” ujar Menteri Nadiem, di SMP Lokon St. Nikalaus, Tomohon, melalui siaran pers diterima JURNALIS.co.id, Jumat (06/01/2023).
Mendkbudristek mengatakan tujuan dari Program Guru Penggerak adalah menjadikan guru sebagai pemimpin transformasi pendidikan.
“Kami (Kemendikbudristek) memilih anda, guru-guru penggerak hebat, kepala sekolah penggerak, organisasi penggerak, karena anda berani berinovatif, idealis, dan selalu memprioritaskan murid,” tutur Mendikbudristek.
Untuk itu, lanjut Menteri Nadiem, guru penggerak tidak akan bermakna besar bagi daerah, jika para kepala daerah tidak mengangkat mereka menjadi kepala sekolah atau pengawas. Menurutnya, guru-guru penggerak ini mampu memberikan perubahan besar bagi dunia pendidikan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Mendikbudristek Nomor 40 Tahun 2021 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah.
“Ini adalah hak bagi setiap guru penggerak untuk menjadi kepala sekolah maupun pengawas. Kita berikan mereka posisi sebagai pemimpin supaya bisa membuktikan dan mendorong gerakan transformasi pendidikan,” ungkapnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Minahasa, Tommy Wuwungan, berkomitmen akan memberikan masukan kepada kepala daerahnya untuk mengangkat guru penggerak menjadi kepala sekolah dan pengawas.
“Jika regulasi guru penggerak sebagai pengawas terbit tahun ini, kami akan mengakat 60 guru penggerak jadi pengawas. Ini bentuk komitmen kami mendukung Merdeka Belajar,” ucapnya saat berdialog.
Turut hadir dalam dialog ini, Anggota Komisi X DPR RI, Adriana Charlotte Dondokambey, dan Sofyan Tan. Keduanya mengapresiasi inovasi-inovasi yang diluncurkan Kemendikbudristek melalui kebijakan Merdeka Belajar.
“Merdeka Belajar ini bagus dan pantas dilaksanakan di era milenial ini. Merdeka Belajar adalah solusi bagi pendidikan untuk menuju perubahan yang lebih baik,” tutur Adriana.
Senada dengan itu, Sofyan Tan menyampaikan Kemendikbduristek saat ini memiliki berbagai inovasi yang dibungkus melalui Merdeka Belajar. Menurutnya, Merdeka Belajar ini menjadikan warga pendidikan bebas mengeluarkan berbagai inovasi dan kreasi.
Sofyan Tan juga mengatakan bahwa melalui Guru Penggerak, sumber daya manusia di Indonesia akan menjadi lebih baik.
“Guru penggerak itu adalah orang yang idealis. Dia orang pintar tapi tidak mengejar pekerjaan yang mendapatkan uang. Guru penggerak itu adalah agen perubahan, change maker,” tutur Sofyan Tan.
Program Organisasi Penggerak Tingkatkan Kompetensi Guru
Dalam dialog ini, Mendikbudristek juga mengapresiasi Ikatan Guru Indonesia (IGI), Majelis Pendidikan Kristen, dan Yayasan Pangudi Luhur sebagai organisasi penggerak di Provinsi Sulawesi Utara. Menurutnya, ketiga organisasi ini telah memberikan penguatan literasi, numerasi, serta menciptakan Profil Pelajar Pancasila kepada para guru dan kepala sekolah yang ada di Provinsi Sulawesi Utara.
“Kami mengapresiasi organisasi yang ada di sini, yang terus berkonsentrasi penuh pada peningkatan kompetensi guru di Indonesia,” kata Mendikburistek.
Ketua IGI Kota Tomohon, Vandy Rory, mengapresiasi Kemendikbudristek yang telah meluncurkan Program Organisasi Penggerak. Menurutnya, Program Organisasi Penggerak sangat relevan untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. “Terima kasih kepada Kemendikbudristek yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk berbagi praktik baik dengan sekolah-sekolah yang ada di bawah binaan kami. Melalui program ini, kami bisa melaksanakan dan menerapkan program literasi, numerasi, dan karakter,” ucapnya.
Senada dengan itu, Ketua IGI Kabupaten Minahasa, Rikhardson Moroki, mengatakan Program Organisasi Penggerak berdampak sangat besar sekali, tidak hanya bagi organisasi tetapi juga bagi sekolah-sekolah.
“Melalui POP banyak sekolah yang terbantu, banyak sekolah yang mendapatkan perhatian sehingga dapat bergerak bersama-sama dengan program-program strategis yang diterapkan oleh Kemendikbudristek,” imbuhnya.
Hingga saat ini, IGI telah memberikan pendidikan dan pelatihan literasi dan numerasi serta penguatan kompetensi kepada guru dan kepala sekolah di 100 sekolah yang tersebar di Sulawesi Utara. Di kota Tomohon sendiri, terdapat 15 sekolah dasar yang telah menerima manfaat dari program IGI.
IGI sendiri saat ini memiliki kurang lebih 67 kanal pelatihan yang aktif meningkatkan kompetensi guru dengan semangat sharing and growing together.
“Tujuan mencerdaskan bangsa dari organisasi penggerak pendidikan ini semakin mantap setelah terdaftar dalam POP yang dicanangkan dan diinisiasi oleh Kemendikbudristek,” pungkas Rikhardson. (jul)
Discussion about this post