JURNALIS.co.id – Batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, meninggalkan luka yang mendalam bagi pecinta sepakbola dan menjadi sorotan berbagai kalangan di tanah air. Kekecewaan juga disampaikan Ketua Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Kalimantan Barat, Suyanto Tanjung.
Suyanto menilai, batalnya Indonesai menjadi tuan rumah merupakan pukulan telak yang memang sakit untuk diterima. Mengingat Indonesai sudah lama menunggu momentum ini, namun hilang dalam sekejap mata.
“Kita berduka ketika gelaran Piala Dunia U-20 ini dibatalkan. Kita sebagai pecinta sepakbola tentu sangat berharap, gelaran Piala Dunia di Indonesia ini bisa membangkitkan semangat dan gairah anak-anak kita untuk bisa setenar atau sehebat, Ronaldo, Messi, Mbappe atau bintang-bintang dunia lainnya,” katanya, kemarin.
Tapi, kata Suyanto, semua harapan harus pupus gara-gara ada penolakan dari beberapa oknum dan organisasi yang menurutnya mencampur adukan masalah politik dengan olahraga. Tentu itu sangat disayangkan.
“Sekarang yang terjadi kita dicabut jadi tuan rumah, lalu dipindahkan ke negara lain, lolosnya kita ke Piala Dunia karena sebagai tuan rumah. Dengan kondisi sekarang, akhirnya kita tidak bisa tampil di Piala Dunia, sementara Israel masih tetap tampil,” ujarnya.
Bahkan, lanjut pria yang juga sebagai anggota DPRD Kalbar ini, Indonesia tidak hanya jadi penonton di pagelaran Piala Dunia U-20 nanti. Lebih dari itu, bisa saja sanksi-sanksi lainnya akan diberikan FIFA untuk sepakbola Indonesia atas penolakan yang dilakukan oleh oknum-oknum tersebut.
“Jadi di mana letak keuntungan kita, tidak ada sama sekali. Nah, pertanyaan saya, setelah ini terjadi, siapa yang membela kita, siapa yang memihak kita. Siapa sih yang tidak berharap jadi tuan rumah Piala Dunia, bahkan seluruh negara berlomba-lomba ingin jadi tuan rumah, kita sudah dikasi jadi tuan rumah, tapi tidak dipergunakan kesempatan itu sebaik mungkin,” terangnya.
Dikatakan Suryanto, padahal Indonesia juga sudah punya mimpi untuk menyelenggarakan Piala Dunia senior yang ditonton seluruh dunia, karena sudah dicanangkan pada 2034-2038 untuk ikut maju bertarung memperebutkan tuan rumah.
“Tapi atas kejadian sekarang ini, sudah tentu tidak mungkin Indonesia bisa mendapatkannya. Mana mau FIFA mempertaruhkan reputasi mereka lagi menunjuk Indonesia jadi tuan rumah. Yang sudah di depan mata saja tidak dijaga dengan baik. Jadi inilah salah satu konsekuensi yang harus kita terima dari perbuatan sekelompok orang itu,” kesalnya.
Kalau urusan politik, dia bilang, sudah jelas bahwa itu clear and clean. Indonesia tetap mengutuk Israel yang menjajah Palestina. Pastinya, Indonesia mendukung sepenuh hati kemerdekaan Palestina.
“Tapi apakah dengan menolak kehadiran Timnas Israel ini barang itu bisa terwujud. Bahkan, hal ini bisa menambah lebih kisruh lagi, lebih kacau lagi. Makanya, saya tidak mau mencampurkan olahraga dengan politik,” ucapnya.
Menurut Suryanto, kejadian ini akan membuat mimpi anak-anak Indonesia untuk tampil di Piala Dunia terkubur dalam-dalam oleh perbuatan sekelompok orang yang menolak kehadiran timnas Israel tersebut.
“Pertanyaan saya, mau gak mereka bertanggung jawab atas apa yang telah mereka perbuat yang telah menghancurkan mimpi anak-anak kita untuk mengharumkan nama Indonesia di dunia sepakbola,” sebutnya.
Meski demikian, Suyanto tetap berharap agar kejadian ini jangan sampai membuat sepakbola di Indonesia berada di dalam jurang kehancuran. Peristiwa ini harus dijadikan pembelajaran ke depan agar hal serupa tidak terulang kembali.
“Saya rasa kejadian ini harus jadi pembelajaran yang sangat penting bagi kita semua, untuk menjadi kebangkitan kita bersama. Jangan sampai ini menjatuhkan kita, harus tetap optimis dan bangkit demi sepakbola Indonesia yang maju dan berkembang,” ajaknya.
“Kita persiapkan diri ke depan untuk lebih baik, orang-orang yang telah menghalangi kita sekarang ini, mudahanlah waktu yang akan menghukum mereka, pasti ada karmanya,” lanjut Suryanto.
Terlepas dari itu semua, sambung Suyanto, mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. Menurut dia, Erick Thohir sudah berjuang begitu keras untuk mempertahankan Indonesia menjadi tuan rumah dengan melakukan berbagai upaya hingga sampai menemui Presiden FIFA.
“Usaha Pak Erick Thohir sudah sangat maksimal perjuangannya, walaupun pada akhirnya kita semua harus menerima keputusan ini. Tapi memang FIFA ini merupakan sebuah organisasi yang tidak bisa diintervensi dari negara mana pun, FIFA tidak tunduk dengan negara mana pun. Jadi kita sama-sama dewasalah melihat kejadian ini, dan kita jangan pesimis, tetap harus bangkit untuk sepakbola Indonesia yang lebih baik lagi ke depan,” pungkas Tanjung. (pul)
Discussion about this post