
JURNALIS.co.id – Pembangunan jalan di ‘beranda negeri’, tepatnya Badau – Empanang di Kabupaten Kapuas Hulu dengan sumber anggaran dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Project Based Sukuk (2020-2022) sebesar Rp191 miliar hingga hari ini tak kunjung selesai. Proyek yang dimulai sejak tahun 2020 membuat masyarakat perbatasan kecewa.
Pelaksana pekerjaan jalan tersebut PT Adhi Karya yang di KSO kan ke Natama – Gemilang. Pengerjakan proyek KSO ini selama 750 hari kalender dari Januari 2021 hingga 1 Januari 2023. Namun, pekerjaan jalan tersebut kembali terhenti tengah jalan tanpa diketahui pasti apa alasannya.
“Bulan Agustus 2023 pekerjaan jalan ini sudah tidak dikerjakan lagi,” kata Donatus Dudang, warga Kecamatan Empanang, kemarin.
Dudang menjelaskan pembangunan jalan Badau – Empanang ini harusnya diaspal sepanjang 44 kilometer. Fakta di lapangan baru sekitar 7-8 kilometer yang diaspal. Itu pun, pengaspalannya dilakukan secara terputus dan titik-titik tertentu saja.
“Yang paling parah jalan itu ada di Dusun Sebindang – Ensanak Desa Bajau Andai. Kalau hari hujan tidak bisa dilewati saking hancurnya,” ujarnya.
Mantan Camat Empanang ini mengatakan selain pekerjaan jalan tidak beres, ada juga proyek box yang juga baru 20 persen. Masyarakat dibuatkan jalan darurat, namun tetap kesulitan untuk melewatinya lantaran dimitting dengan kayu besar.
“Bukan hanya itu saja, ada juga beberapa tempat juga sulit untuk dilewati,” ucapnya.
Dudang mengatakan pembangunan jalan di perbatasan ini masih menjadi tanggung jawab dari PT Adhi Karya. Namun belum lama ini jalan yang dibangun ada pemeriksaan dari PU Provinsi dengan BPK RI.

“Kita tetap berharap jalan ini cepat diselesaikan,” harap Dudang.
Warga perbatasan lainnya, Gaspar mengaku sangat kecewa dengan hasil pekerjaan jalan di perbatasan yang tak kunjung selesai ini. Sementara anggaran yang dikucurkan mencapai Rp200 miliar.
“Sekarang pekerjaan jalan ini lagi terhenti dari bulan Agustus 2023 ini. Apalagi kalau kita lihat mutu pekerjaan jalan ini buruk sekali,” ujarnya.
Gaspar melihat hasil pekerjaan tersebut banyak yang tak layak mulai dari gorong-gorong, box dan lainnya.

“Saat ini masyarakat mengeluhkan jalan daerah Sebindang makin parah dan tak bisa dilalui. Kalau hujan tidak bisa dilewati,” kesalnya.
Sebagai masyarakat perbatasan, Gaspar mengaku sangat kecewa dengan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh PT Adhi Karya dan rekanannya. “Sangat jauh dari harapan yang kita inginkan hasil pekerjaan jalan di perbatasan ini,” pungkas Gaspar. (opik)





Discussion about this post