JURNALIS.co.id – Kolaborasi antara instansi pemerintah dan pihak swasta di Kabupaten Ketapang, terus dijalin untuk memperkuat upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Kali ini, langkah kolaborasi dibentuk melalui forum diskusi yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Ketapang (AJK) bersama Sinar Mas Agribusiness and Food.
Kegiatan bertema ‘Kolaborasi Lintas Sektor Jaga Langit Biru Kabupaten Ketapang’ ini turut mengundang Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan (Distanakbun) Ketapang serta Manggala Agni Ketapang.
Penyelenggaraan diskusi tak lepas dari kondisi cuaca ekstrem yang terjadi belakangan. Fenomena El Nino yang diperparah dengan adanya Indian Ocean Dipole (IOD) positif membuat potensi kekeringan di berbagai daerah di Indonesia menjadi lebih besar dibandingkan tiga tahun terakhir.
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kalimantan Barat, Ketapang menjadi salah satu area yang berpotensi mengalami karhutla dengan kategori merah atau sangat mudah terbakar.
Ketua AJK, Theo Bernadhi mengatakan bahwa sinergi yang lebih erat perlu dijalin untuk bersama-sama meminimalkan dampak negatif perubahan iklim berupa Karhutla.
Menurut Theo, seluruh pihak perlu sama-sama belajar dari pengalaman masa lalu ketika Karhutla membuat kondisi ekonomi dan kesehatan terpuruk.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang mendukung kegiatan diskusi hari ini. Sinergi sangatlah penting untuk mencegah dampak buruk Karhutla, misalnya seperti yang pernah kita alami pada beberapa tahun lalu. Semoga semakin banyak pihak yang berkontribusi dalam pencegahan dan pengendalian karhutla di Ketapang,” ujarnya.
Menanggapi cuaca ekstrem yang terjadi, Head of Fire and Peat Management Sinar Mas Agribusiness and Food, Anselmus A Supriyanto menyampaikan bahwa pihaknya mendukung upaya-upaya pemerintah dalam pencegahan dan pengendalian karhutla.
Sinar Mas Agribusiness and Food menerapkan lima aspek utama yang tergabung dalam manajemen terpadu pencegahan karhutla. Langkah terpadu manajemen karhutla itu terdiri dari kegiatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan.
“Kemudian peningkatan kapasitas sumber daya, sarana, dan prasarana, pengembangan teknologi sistem peringatan dan deteksi dini, respons cepat penanganan kebakaran lahan serta rehabilitasi dan pemulihan pasca kebakaran lahan. Upaya ini diterapkan di seluruh area perkebunan Sinar Mas, termasuk area Ketapang,” ujar Supriyanto.
Supriyanto menambahkan, untuk area Ketapang, Sinar Mas Agribusiness and Food senantiasa berkolaborasi dengan pemerintah daerah, TNI-Polri serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pengendalian karhutla.
Misalnya, sambung dia, ketika perusahaan mendukung sosialisasi Perda Kalbar No.1/2022 di Kecamatan Nanga Tayap bulan lalu, atau melalui latihan gabungan bersama Manggala Agni dan apel siaga bersama seluruh pemangku kepentingan terkait.
“Kami sangat merasakan manfaat dari kolaborasi lintas sektor ini. Pada 2022 lalu, sebanyak 99,96 persen kawasan kelola perusahaan secara keseluruhan terbebas dari karhutla, dan kami terus berusaha menjaga dan meningkatkan torehan tersebut. Mencegah karhutla adalah tanggung jawab kita bersama. Karhutla hanya akan menimbulkan dampak buruk bagi sosial, lingkungan, dan ekonomi,” ungkapnya.
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan (Distanakbun) Ketapang, Fardy Akhyarsyah menyambut baik upaya-upaya kolaborasi yang ditunjukkan oleh lintas sektor. Menurutnya, dukungan dari berbagai pihak dapat membuat pelaksanaan tugas Distanakbun menjadi lebih optimal.
“Tugas konkret Distanakbun dalam hal pencegahan dan pengendalian karhutla adalah sosialisasi regulasi, memonitor kebakaran, serta menerapkan regulasi. Salah satu aturan yang selalu kami awasi terkait hal ini adalah Permentan Nomor 5 Tahun 2018 tentang pembukaan dan atau pengolahan lahan perkebunan tanpa membakar,” tuturnya.
Kepala DaOps Manggala Agni Kalimantan X/Ketapang, Rudi Windra Darisman mengatakan menghalau potensi karhutla bukanlah tanggung jawab Manggala Agni semata, tetapi merupakan kewajiban seluruh pihak.
Manggala Agni siap menjadi garda terdepan pengendalian karhutla dengan dukungan berbagai pihak agar hasil yang didapat menjadi lebih optimal.
“Kami menerapkan upaya pencegahan karhutla secara permanen yang terdiri dari analisis iklim dan lingkungan, pengendalian operasional, serta pengelolaan landscape, atau yang kami sebut strategi ini sebagai IOL” jelasnya.
“Kami membutuhkan dukungan dari berbagai pihak dalam menjalankan tugas ini, terlebih lagi saat ini Ketapang telah ditetapkan berstatus siaga sejak 16 Januari hingga 31 Desember 2023,” timpal Rudi.
Rudi mengingatkan, sosialisasi terkait pencegahan karhutla harus lebih gencar. Karena tantangan cuaca ekstrem yang melanda banyak daerah di Indonesia, khususnya Kabupaten Ketapang.
“Secara umum, Karhutla disebabkan karena perilaku pembakaran yang tidak bertanggung jawab, baik karena budaya maupun secara sporadis. Kita harus terus melakukan edukasi kepada masyarakat, sehingga ancaman Karhutla dapat diminimalkan bahkan dihilangkan sepenuhnya,” tutupnya. (lim)
Discussion about this post