JURNALIS.co.id – Ketua Aliansi Jurnalis Ketapang (AJK), Theo Bernadhi menjadi pembicara dalam seminar pelatihan Jurnalistik sekolah tingkat regional di Kecamatan Air Upas, Selasa (12/09/2023) pagi di SMKN I Air Upas.
Kegiatan yang diselenggarakan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kecamatan Air Upas tersebut mengangkat tema ‘Saatnya Mejadi Jurnalis Sekolah yang Kritis, Kreatif dan Berdedikasi’.
Dalam paparan materinya, Theo Bernadhi diberikan kesempatan menyampaikan tentang ‘Media Massa dalam Penyebaran Informasi Anti Hoaks dan Pencerdasan di Masyarakat’.
Theo mengatakan secara pengertian, media massa merupakan sarana menyampaikan pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas melalui berbagai jenis jaringan seperti radio, televisi, surat kabar dan media online.
Namun, saat ini di tengah masyarakat juga semakin marak penggunaan media sosial. Pada bagian ini, media massa dan media sosial memiliki perbedaan sangat signifikan.
“Perbedaan sangat mendasar adalah media sosial tidak memiliki izin atau legalitas dalam penyebaran informasi seperti media massa,” kata Theo.
Mengacu kepada fungsi dan peran Media massa sendiri, lanjut Theo, setidaknya ada beberapa peran. Di antaranya menyiarkan informasi, pendidikan, menghibur, mempengaruhi, edukasi dan kontrol sosial.
“Jika dilihat dari peran media massa, maka kehadirannya di masyarakat adalah untuk mencerdaskan sekaligus menjadi penyeimbang di tengah maraknya berita hoaks saat ini, serta menjadi kontrol sosial, menyuarakan suara-suara yang tak terdengar,” ungkapnya.
Selain itu, Theo juga mamaparkan ciri-ciri berita hoaks. Itu disampaikan lantaran pelajar merupakan salah satu objek yang mudah percaya atas informasi yang tersebar di media sosial sekaligus pengguna Media sosial tersebut.
Berita hoaks, menurut dia memiliki ciri seperti, menciptakan kecemasan, kebencian, permusuhan atau pemujaan. Sumber tidak jelas, tidak ada yang bisa dimintai klarifikasi atau tanggung jawab. Kemudian mencatut nama tokoh berpengaruh, judul atau pengantar tidak cocok dengan isi, dan tampilan judul bersifat provokatif.
“Pelajar mestinya harus cerdas sesuai tema pelatihan ini. Kita harus periksa sumber berita, verifikasi fakta, perhatikan gaya bahasa dan narasi, periksa kredibilitas penulis dan perhatikan tanggal dan waktu publikasi,” jelasnya.
Ia menambahkan, memerangi hoaks dalam rangka mencerdaskan masyarakat merupakan tugas bersama, tidak hanya tertumpu pada media massa, melainkan semua pihak, termasuk para pelajar.
“Media massa sebagai sosial kontrol tentu memiliki komitmen untuk turut serta mencerdaskan kehidupan di masyarakat sesuai kode etik Jurnalistik,” tambahnya.
Selain itu, Theo mengaku kalau saat ini dunia media massa khususnya di Ketapang semakin berkembang dengan semakin banyaknya media dan jurnalis.
Hal tersebut tentu berdampak positif, namun juga berdampak negatif jika para pihak yang mengklaim dirinya sebagai Jurnalis malah melakukan pekerjaan dengan tidak mengkedepankan kode etik jurnalistik. Sehingga terkesan menamengkan profesi untuk hal-hal yang tidak seharusnya.
Sementara Ketua PGRI Kecamatan Air Upas, Ulin Nuha meyebut pihaknya sengaja nenggelar pelatihan Jurnalistik dengan menggandeng media massa. Pasalnya, media massa sebagai pusat informasi turut berpartisipasi besar dalam mencerdaskan para pembacanya.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan perlu menjalin mitra dengan media massa, agar cita-cita luhur mencerdaskan anak bangsa dapat tercapai. Agar tujuan dan cita-cita luhur bangsa dapat terwujud dengan baik, kerja sama dan peran serta media massa di dunia pendidikan sangat dibutuhkan.
“Atas dasar pandangan demikian, kami mengunisiasi kegiatan seminar dan pelatihan dengan menghadirkan pembicara dari Kepala Dinas Pendidikan, Ketua AJK, wartawan harian Kompas TV dan Litbang Kompas,” sebut Ulin.
Dalam pelaksanaan kegiatan, pihaknya mengundang pelajar tingkat SMP dan SMA dari berapa Kecamatan. Yakni Kecamatan Air Upas, Manis Mata, Marau, Jelai Hulu dan Singkup.
Dia menjelaskan, sesuai jadwal kegiatan dilaksanakan selama tiga hari. Adapun terget kegiatan, dapat membekali para siswa sebagai agen perubahan di sekolah, sehingga menciptakan iklim sekolah lebih dinamis, tumbuhnya budaya literasi dan munculnya karya-karya siswa maupun guru.
“Tidak kalah penting adalah dapat menstimulasi para siswa agar tekun dalam belajar, giat dalam berorganisasi, semangat dalam berkarya dan spirit raih prestasi. Serta menumbuhkan sikap kritis, produktif, mandiri, tanggungjawab dan optimistis,” timbalnya. (lim)
Discussion about this post