JURNALIS.co.id – Memperingati Hari Kesehatan Nasional ke-59 Tahun 2023, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) mengadakan Program Bakti Sosial, yakni sunatan massal untuk 100 anak dan pengobatan gratis bagi masyarakat.
Dalam agenda tersebut, Penjabat (Pj) Gubernur Kalbar, dr Harisson M Kes, memberikan sambutan serta menyerahkan bingkisan secara simbolis kepada anak-anak yang akan disunat di UPT Puskesmas Alianyang, Minggu (12/11/2023).
Mengawali sambutannya, Harisson mengingatkan sejarah Hari Kesehatan Nasional yang dimulai pada tahun 1964 oleh Presiden Pertama Republik Indonesia (Soekarno) yakni Pencanangan Pembasmian Malaria.
“Jadi waktu itu di Jogja banyak sekali masyarakat kita yang terkena malaria. Waktu itu Pak Soekarno langsung melakukan pencanangan dengan dibentuk Komando Khusus, Komando Malaria (Kopem) dengan seluruh rumah itu disemprotkan dengan DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane),” ungkapnya.
Sedangkan di Kalbar sekitar tahun 2000 sampai sekarang khususnya Kota Pontianak sudah aman dari Penyakit Malaria.
“Kota Pontianak ini sudah tidak ada lagi malaria, di daerah-daerah Kabupaten lain juga di Kalbar, sebenarnya sudah tidak ada lagi malaria, tetapi mereka belum bisa dinyatakan sebagai daerah eliminasi malaria ya, tapi memang sudah sedikit,” tambahnya.
Dirinya mengajak masyarakat Kalbar beserta Pemerintah untuk bahu-membahu dalam menjalankan program-program kesehatan guna mencegah penyakit-penyakit yang menyebabkan resiko kematian.
“Program-program kesehatan ini, sebenarnya tidak bisa dijalankan sendiri oleh pemerintah. Jadi memang harus kerjasama ya, bahu-membahu antara Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kab/Kota, masyarakat, Organisasi Provinsi maupun media, kemudian perguruan tinggi, akademisinya,” ajak Harisson.
Selain itu, dirinya juga menyoroti penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang sedang mengalami peningkatan di Kalbar. Masyarakat diharapkan dapat menjaga kebersihan di lingkungan sekitar kawasan tempat tinggal mereka.
“Demam berdarah ini sekali lagi saya ucapkan tidak bisa pemerintah sendiri bekerja dalam pencegahannya. Jadi kalau ada teori dari H. L. Blum itu bilang derajat kesehatan suatu masyarakat itu 40% dipengaruhi oleh lingkungan, kemudian 30% oleh perilaku, 20% oleh pelayanan kesehatan yang kita berikan, dan 10% itu oleh faktor genetika. Berarti sebenarnya kalau demam berdarah itu 70% itu sebenarnya dari perilaku dan lingkungan,” ucap Pj Gubernur.
Dalam mengatasi atau mencegah DBD, masyarakat harus peduli dengan lingkungan tempat tinggalnya, dengan cara berperilaku hidup bersih dan sehat.
“Sebenarnya diperlukan kepedulian semua masyarakat terhadap lingkungannya dan juga perilaku hidup untuk lebih bersih dan sehat. Jadi saya minta tolong kepada bapak-bapak ibu-ibu untuk benar-benar memperhatikan lingkungannya. Sekarang demam berdarah sedang meningkat, jangan sampai anak kita atau tetangga kita menjadi korban dari penyakit demam berdarah ini,” ajak Harisson.
Dilanjutkannya terkait anak-anak yang akan disunat, bahwa sunat bukan hanya perintah agama semata, namun di dalam dunia kesehatan yakni untuk mencegah resiko infeksi saluran kemih (ISK) atau penyakit lainnya.
“Ini bukan hanya perintah agama semata, memang ini (sunat/khitan) kalau di dunia kesehatan itu dianjurkan untuk kebersihan dan termasuk langkah pencegahan,” jelasnya sembari mengakhiri sambutannya.
Usai memberikan sambutan, Pj Gubernur beserta Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Kalbar, dr Rifka MM, Kepala Dinas Kesehatan Kalbar, dr Erna Yulianti, dan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak meninjau proses penyunatan. ***
(prokopim/wnd/ndi)
Discussion about this post