JURNALIS.co.id – Sepanjang tahun 2023, Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Pontianak menemukan tujuh anak yang terlibat prostitusi.
Ketua KPAD Kota Pontianak, Niyah Nurniyati mengatakan tahun ini pihaknya menemukan ada enam hingga tujuh anak-anak perempuan yang terlibat prostitusi.
Niyah menjelaskan, anak-anak tersebut rata-rata berusia 13 sampai 17 tahun. Mereka terlibat prostitusi dengan berbagai modus, seperti menjual diri sendiri hingga dijual oleh teman dekatnya melalui aplikasi media sosial (Mechat).
“Dari enam kasus tersebut, beberapa di antaranya sudah dilaporkan ke kepolisian,” kata Niyah, Jumat (08/12/2023).
Niyah mengungkapkan, adapun penyebab anak-anak tersebut terlibat prostitusi hampir semua orangtuanya bercerai. Mereka tinggal dengan anggota keluarga yang lain.
Menurut Niyah, akibat kondisi itu menyebabkan pola asuh anak menjadi salah. Didukung pula dengan lingkungan anak berteman dengan orang yang tidak tepat.
“Kondisi ini akhirnya membuat anak-anak putus sekolah, kurang kerjaan hingga akhirnya terjerumus ke dunia prostitusi,” ungkapnya.
Niyah mengatakan faktor lain yang juga ikut mendukung anak terlibat prostitusi adalah gaya hidup mewah. Seperti paham perawatan kulit, mencuci pakaian di tempat laundry, ingin memiliki gadget mahal dan makan di tempat mewah.
“Hasil identifikasi yang kami lakukan, jadi ketika anak terlibat prostitusi bukan karena masalah ekonomi tetapi lebih kepada gaya hidup,” terangnya.
Niyah menyatakan anak-anak yang terlibat prostitusi lalu terjaring, maka terhadap mereka dilakukan pendampingan dan pembinaan di Rumah Aman yang telah disediakan. Anak-anak tersebut dibimbing psikologi dan keagamaanya agar tidak kembali ke dunia prostitusi.
“Di Rumah Aman anak-anak ini dibina selama dua minggu. Sesuai dengan tahapannya setelah dilakukan penilaian, hasilnya biasa belum bisa dikembalikan ke orangtua. Anak-anak akan melanjutkan pembinaan di pondok pesantren mitra KPAD Kota Pontianak,” tuturnya.
Namun sayang, Niyah menambahkan, proses pembinaan lanjutan yang harusnya diikuti oleh anak-anak terlibat prostitusi sampai saat ini tidak ada yang berjalan. Karena orangtuanya tidak mendukung dengan berbagai alasan.
“Jujur kami paling terpukul dengan kondisi anak-anak ini. Kami berusaha untuk memperbaiki mentalnya. Tetapi orangtuanya malah tidak mendukung dan terkesan mereka biasa-biasa saja,” ucapnya.
Niyah mengatakan, anak terlibat prostitusi harusnya menjadi perhatian semua pihak. Terlebih menjelang pada pergantian tahun baru nanti, ia berharap masyarakat dapat ikut mengawasi aktivitas anak. Jika mengetahui ada aktivitas anak yang mencurigakan segera melapor baik ke kepolisian maupun ke Satpol PP Kota Pontianak. (hyd)
Discussion about this post