JURNALIS.co.id – Perubahan data perolehan suara pada real count (Sirekap) Komisi Pemilihan Umum (KPU) mendapatkan protes dari sejumlah caleg yang berkontestasi di daerah pemilihan Kalbar 1. Para caleg DPR RI dari berbagai partai politik yang telah bersusah payah merebut hati masyarakat ini merasa dirugikan karena suara yang telah diperoleh tiba-tiba hilang atau berubah.
Salah satu diantaranya yang merasa dirugikan akibat perubahan data KPU tersebut, adalah caleg DPR RI dari Partai Demokrat Djohansyah.
Djohansyah mengaku telah kehilangan banyak suara dalam perhitungan suara yang dilakukan oleh KPU melalui Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) dalam laman pemilu2024.kpu.go.id. Untuk itulah, Ia datang ke kantor KPU Kalbar guna memprotes hilangnya suara yang telah diperoleh, pada Senin 19 Februari 2024.
“Berdasarkan keterangan KPU Kalbar, Kita mendapat informasi jika penurunan jumlah suara karena ada kesalahan sistem dari pusat. Kemudian juga ada kesalahan input data dari Sirekap,” ujar dia usai bertemu dengan Ketua KPU Kalbar, Muhammad Syarifuddin Budi.
Dia mengatakan, telah menyampaikan kepada Ketua KPU Kalbar, bahwa persoalan ini jika dibiarkan tentunya akan menyulut reaksi yang akhirnya terjadi demo dimana-mana, sehingga hal itu yang sangat ditakutkannya.
“Saya berharap Sirekap dapat dibenahi, dan Ketua KPU juga menyampaikan jika pihaknya telah memperketat pengawalan suara dari saksi partai Demokrat untuk mengikuti pleno di PPK,” ujar Djohansyah.
Ada data yang masuk dari C1 tertulis XXX, dan penjelasan dari KPU misalnya 1 bisa menjadi 441, kemudian kalau tertulis 001 bisa berubah menjadi 991, sehingga hal ini menurutnya sangat luar biasa.
Persoalanannya, ada pada sistem dari Sirekap yang membuat polemik di partai politik seperti di Partai Demokrat sendiri, karena caleg-caleg yang ada di partai Demokrat merasa sangat dirugikan dengan polemik tersebut.
“Kita juga melihat pengurangan suara yang diperoleh dari caleg-caleg partai demokrat dapil Kalbar 1 sangat banyak kehilangan suara, khususnya saya sendiri caleg DPR RI nomor urut 7 dapil Kalbar 1. Suara Saya yang hilang sekitar 5 ribu lebih dan sekarang yang tersisa tinggal 3 ribu lebih,” jelasnya.
Diharapkannya, agar polemik ini tidak menjadi benturan, apalagi ia bersama caleg yang ada merasa diadu domba dengan masalah tersebut, sehingga yang ada adalah saling curiga antar sesama caleg.
“Saya kira hal ini bukan hanya di partai kita saja, namun mungkin juga terjadi di partai politik yang lainnya,” ujarnya.
Selain itu, Ia juga telah meminta kepada ketua KPU Kalbar agar Sirekap segera di take down atau tidak digunakan dulu, supaya tidak terjadi miss persepsi dan miss komunikasi.
Berdasarkan penjelasan dari KPU, kata dia, KPU Kalbar akan menyampaikan kepada KPU pusat, karena KPU pusat mengambil data C1 yang dibawa, sehingga suara-suara yang ada akhirnya bertambah besar dan tidak berdasarkan dengan hasil yang ada lantaran adanya sistem penulisan tersebut.
“Saya yakin jika pihak KPU akan bekerja sesuai aturan dan berharap agar KPU bisa menjaga netralitasnya sebagai lembaga negara yang menjadi penyelenggara Pemilu, sehingga hal-hal buruk yang tidak kita kehendaki tidak akan terjadi. Jadi ada pepatahnya, jangan dianggap air di Kalbar sangat tenang, namun bisa juga air itu menjadi keruh ketika KPU tidak bisa mengakomodir dan tidak dapat memberikan penjelasan,” ujarnya.
Menurut Djohansyah, Partai Demokrat adalah partai besar, dan pernah memimpin perolehan suara dalam Pemilu. Tentunya memiliki saksi di 12 ribu lebih TPS yang ada di Kalbar dan pengawalan yang dilakukan juga sangat ketat.
Bila ada kecurangan yang merugikan Partai Demokrat, maka akan diangkat dan dilaporkan melalui partai yang selanjutnya akan diteruskan ke pihak-pihak terkait seperti Mahkamah Konstitusi.
“Kita tidak terbiasa berbuat curang seperti yang disampaikan oleh Ketua Umum kami, dan kami berjuang dengan jujur yang berdasarkan hasil di lapangan. Tetapi jika ada oknum kader Demokrat yang coba bermain curang nantinya akan ada sanksi hukumnya, baik itu dari partai maupun dari lembaga penegak hukum yang ada di negara ini,” tegasnya.
Ketika ditanya seberapa besar peluang untuk mendapatkan kursi DPR RI, Ia mengatakan, jika semua caleg memiliki kesempatan yang sama, dan memang belum ada caleg yang menonjol apalagi mengklaim jika sudah pasti mendapatkan kursi di Senayan.
Tak hanya Djohansyah, caleg DPR RI dari Partai Demokrat lainnya juga mengalami hal yang sama. Diantaranya adalah caleg nomor urut 2 dapil Kalbar 1 Harti Hartidjah.
Dalam pengakuannya, Harti Hartidjah juga merasa dirugikan karena suara yang diperolehnya hilang ketika dicek melalui laman pemilu2024.kpu.go.id.
“Waktu cek suara masih 2 ribu lebih berkurang menjadi 1.600, Saya kira salah lihat. Tapi berjalannya waktu, dari 6 ribu menjadi 5 ribuan disitu Saya mulai curiga,” ujar dia.
Kemudian berlanjut ke perolehan suara 9 ribu turun menjadi 8.900 suara, sehingga kecurigaannya semakin kuat.
“Akhirnya, bukti itu pun discreen shot, tapi dicek lagi menjelang malam, dan anehnya suara Saya turun lagi menjadi 8.700 suara,” ujar dia.
Sementara itu, Ketua KPU Kalbar Muhammad Syarifuddin Budi mengatakan, saat ini Sirekap milik KPU tengah dilakukan perbaikan data berdasarkan foto C hasil di TPS.
Dikatakannya, selain itu KPU saat ini juga melakukan perbaikan berdasarkan bukti otentik foto C hasil ukuran pleno di masing-masing TPS.
“Sedang perbaikan data. Insya Allah secepatnya akan selesai,” ujarnya, pada Senin 19 Februari 2024.
Ia menjelaskan, bahwa KPU baru merapikan data yang keliru akibat kesalahan pembacaan sistem komputer dari foto C hasil di TPS.
“Misalnya di foto C hasil plano data yang benar 001 seharusnya ditulis petugas XX1, Tetapi dibaca sistem menjadi 991. Sekarang kita benarkan berdasarkan C hasil pleno yang ada di TPS. Angka yang benar adalah 001 bukan 991,” jelasnya.
Ia menambahkan kalau ditulis XX1 peluang salahnya di Sirekap bisa 001, 441 dan 881.
“Itulah sekarang yang sedang dilakukan untuk memperbaiki data sesuai dengan hasil di TPS,” tegasnya. ***
(Ndi)
Discussion about this post