Aura mistis telah lama melekat dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, salah satunya cerita masyarakat Minahasa yang diangkat ke dalam layar lebar, Film Mariara.
Legenda Mariara jika menurut berbagai sumber, adalah sebutan untuk dukun atau ahli pengobatan di daerah Minahasa, Sulawesi Utara, pada zaman dahulu, berangkat dari hal itu Film Mariara digarap, yang segera tayang di bioskop XXI di seluruh Indonesia.
Sang sutradara Veldy Reynold Umbas tak main main dalam penggarapan produksi film mariara ini. Dia bercerita butuh lebih dari lima tahun ia dan timnya untuk mewujudkan proyek ini. Tantangan bukan hanya dalam proses produksi, tetapi juga karena tabu yang melekat pada kisah Mariara.
“Di Minahasa, orang tidak sembarangan menyebutkan kata Mariara di tempat umum, apalagi difilmkan,” ungkap Umbas dalam diskusi film Mariara di Gedung Wayang, Jakarta Pusat, Senin, 30/09/2024.
Kisah Mariara mengandung kekuatan mistis yang dipercaya pernah hidup di tengah masyarakat Minahasa. Veldy, menyajikan narasi non-linear yang memperlihatkan sudut pandang dari beberapa karakter. Dengan alur maju-mundur, penonton diajak menyelami perjalanan mistis yang penuh teka-teki dan mencekam.
“Kami tidak ingin sekadar menjual ketakutan atau jump scare yang berlebihan,” jelas Veldy.
Baginya, Mariara harus lebih dari sekadar film horor, melainkan dapat membawa pesan sosial. “Ini bukan sekadar hiburan, tapi juga dapat menjadi bahan diskusi,” tambahnya.
Proses produksi film Mariara tak lepas dari berbagai tantangan. Syuting dilakukan di sembilan lokasi berbeda, dengan Dusun Pelita di Kabupaten Minahasa Selatan sebagai salah satu lokasi utama. Tim produksi menghadapi medan sulit dan keterbatasan fasilitas.
“Kami harus naik mobil 4×4 selama tiga jam untuk mencapai lokasi. Selain itu, air bersih juga menjadi kendala,” ungkap Veldy.
Meski begitu hal tersebut menjadi suatu tantangan yang menambah keaslian film. Lanskap dan suasana alam yang keras serta terpencil menciptakan atmosfer yang kuat untuk cerita mistis ini.
Sutradara asal Manado ini menekankan dalam Film garapannya tidak hanya mengangkat kisah mistis yang jarang dibicarakan, tetapi juga memperkenalkan potensi Sulawesi Utara sebagai sumber cerita lokal yang kaya akan budaya dan mitologi.
“Sulut selama ini lebih dikenal sebagai lokasi syuting karena keindahan alamnya, tetapi belum banyak yang mengeksplorasi kekayaan cerita di dalamnya,” ungkap Veldy.
Cerita yang berasal dari Minahasa ini memiliki daya tarik universal, yang membuatnya dapat diterima oleh penonton di seluruh Indonesia. Hal ini pula yang diharapkan oleh Nova Sumolang, Executive Producer Mariara, yang bangga mengungkapkan bahwa film ini juga akan diputar di luar negeri, termasuk di New York.
“Sebagai perempuan Minahasa, saya bangga terlibat dalam produksi film ini. Ini adalah film Minahasa pertama yang diproduksi oleh orang yang peduli dengan film lokal Sulut,” ungkap Nova.
Produser Melan Rumintjap menambahkan bahwa Mariara akan tayang di 50 layar bioskop XXI pada perilisan awalnya, dengan harapan jumlah layar akan bertambah. Harapan agar film ini sukses di pasaran juga diungkapkan oleh Executive Producer Rike Callebaut, yang optimis bahwa film ini bisa mencapai satu juta penonton.
“Saya berharap film Mariara sukses dan bisa menembus angka satu juta penonton,” ujarnya penuh antusias.
Film Mariara siap membawa penonton ke dunia mistis masyarakat Minahasa. Film ini tidak hanya menghadirkan ketegangan, tetapi juga merefleksikan kepercayaan lokal yang mungkin masih hidup hingga kini.
Film ini dibintangi oleh aktor berpengalaman seperti Leon Alexander, Servie Kamagi, Mercy Lateka, Eric Dajoh, dan Yashinta Tetelepta. Diangkat dari legenda urban Minahasa, Mariara diproduksi oleh Gorango Pictures dan dijadwalkan tayang pada 28 November mendatang. (RDH)
Discussion about this post