JURNALIS.co.id– Dinas kesehatan dan KB kabupaten Kayong Utara melaksanakan rapat koordinasi evaluasi program percepatan penurunan stunting tahun 2024 di hotel mahkota, Sukadana, Rabu (11/12/2024) .
Pemerintah Kabupaten Kayong Utara melalui Dinas Kesehatan dan KB kembali melakukan langkah penting dalam upaya percepatan penurunan stunting, dengan menggelar Aksi Konvergensi ke-7 yang kali ini bertemakan “Publikasi Stunting”.
Dalam sambutannya pejabat PJ Alfian mengatakan percepatan penurunan stunting merupakan mandat yang harus dilaksanakan, peran, dan tanggung jawab serta target kerja masing-masing sektor tertuang jelas didalamnya, menurut Perpres No. 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting.
Untuk itu, Pj Bupati Alfian menuturkan sudah ditetapkan 5 (lima) strategi nasional dalam percepatan penurunan stunting diantaranya.
Peningkatan komitmen visi kepemimpinan, peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat, peningkatan konvergensi intervensi spesifik dan intervensi sensitif, peningkatan ketahanan pangan dan gizi serta penguatan dan pengembangan sistem, data, informasi, dan inovasi.
Selain itu, Pj Bupati Alfian membahas target nasional penurunan stunting yang berada pada angka 14%, menurutnya hal tersebut bukan hal mudah. Perlu sinergitas dan kerjasama yang konkrit terhadap semua sektor.
Namun Alfian menilai semua tim dan pihak yang terlibat pada Tim Penurunan Percepatan Stunting (TPPS) sudah melakukan dengan baik melalui rapat kerja dan evaluasi capaian.
“Kabupaten Kayong Utara sudah bergerak secara terintergrasi dan konvergen dalam penanganan stunting yang sangat serius, saya melihat TPPS telah melaksanakan rapat kerja dan evaluasi capaian program semester satu, ditambah dengan tahun 2024, aksi penanganan stunting terintergrasi dilaksanakan melalui 8 aksi konvergensi melibatkan semua OPD maupun sektor-sektor terkait,” ujar alfian
Perlu untuk diketahui bahwa, kasus Stunting di Kabupaten Kayong Utara pada tahun 2023, menurut SKI adalah 22,9% dari tahun 2022 25,1%, menurun 2,2%.
Kedepannya, Alfian berharap melihat ada penurunan 2,2% dari tahun 2022 ke tahun 2023, artinya target nasional 14% dapat tercapai untuk di Kabupaten Kayong Utara.
“Saya berharap seluruh elemen untuk selalu meningkatkan komitmen dan tanggung jawab dalam percepatan penurunan stunting dan bersama berbuat yang terbaik untuk pengembangan sumber daya manusia yangvsehat dan unggul bagi percepatan pembangunan Kabupaten Kayong Utara,” pungkasnya.
Di kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Kayong Utara Maria Fransisca mengungkapkan, kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen Pemerintah Kabupaten Kayong Utara dalam menyediakan data terkini terkait prevalensi stunting di wilayah tersebut, serta upaya untuk memperkuat pemantauan status gizi anak hingga ke tingkat puskesmas, kecamatan, dan desa.
“Pengukuran dan publikasi angka stunting salah satu langkah yang dilakukan dalam aksi konvergensi ini adalah pengukuran dan publikasi angka stunting yang diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi gizi anak di Kabupaten Kayong Utara”, ujar Maria Fransisca.
Ia juga menjabarkan, berdasarkan data yang dihimpun hingga bulan Oktober 2024, rata-rata jumlah sasaran balita usia 0-59 bulan di wilayah ini mencapai 9.349 anak. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.444 balita (47,53%).
“Ini kan telah diukur dan dinilai status gizinya melalui aplikasi e-ppgbm (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat). Hasil pengukuran menunjukkan bahwa 808 balita atau 18,18% dari total balita yang telah dinilai berada dalam kategori stunting” ungkapnya.
“Angka ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah yang terus berupaya menurunkan prevalensi stunting dengan berbagai program intervensi yang terintegrasi” tambah Sisca panggilan akrabnya.
Lebih lanjut, upaya percepatan penurunan stunting Kabupaten Kayong Utara telah mengimplementasikan berbagai program percepatan penurunan stunting melalui intervensi spesifik di sektor kesehatan serta intervensi sensitif di sektor non-kesehatan.
Sisca bilang, beberapa capaian penting yang dilaporkan pada program intervensi spesifik antara lain, skrining anemia pada remaja puteri telah dilakukan dengan capaian 97,77%.
Konsumsi tablet tambah darah oleh remaja puteri sebanyak 83,17% remaja puteri telah mengonsumsi tablet tambah darah untuk mencegah anemia.
Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) pada ibu hamil sebanyak 45,64% ibu hamil telah menjalani pemeriksaan ANC. Konsumsi tablet tambah darah oleh ibu hamil capaian sebesar 46,08% ibu hamil mengonsumsi tablet tambah darah untuk mencegah anemia.
“Untuk Ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK), sebanyak 89,44% ibu hamil dengan KEK telah mendapatkan makanan tambahan guna mendukung kehamilan yang sehat” jelasnya.
Pemantauan pertumbuhan balita sebanyak 31,53% balita dipantau pertumbuhannya secara rutin asi eksklusif pada bayi Uusia 6 bulan sebanyak 48,3% bayi usia 6 bulan mendapatkan ASI eksklusif.
Pemberian MP-ASI pada balita Usia 6-23 bulan sebanyak 82,65% balita usia 6-23 bulan telah menerima makanan pendamping asi (MP-ASI) yang bergizi dan bervariasi.
“Nah pemberian makanan tambahan bagi balita gizi kurang sebanyak 71,9% balita dengan status gizi kurang telah diberikan makanan tambahan” ucapnya.
Tatalaksana gizi buruk pada balita sebanyak 100% balita yang terdeteksi dengan gizi buruk telah mendapatkan tatalaksana yang sesuai, imunisasi dasar lengkap bagi balita capaian imunisasi dasar lengkap untuk balita mencapai 29,34%.
Desa bebas BABS (Buang Air Besar Sembarangan) sebanyak 20,93% desa telah dinyatakan bebas dari buang air besar sembarangan (BABS), yang merupakan langkah penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat.
“Ini sebagai bagian dari upaya penurunan stunting, pemerintah daerah mengingatkan pentingnya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak secara rutin. Sesuai dengan regulasi Kementerian Kesehatan” ungkapnya.
Pemantauan pertumbuhan balita idealnya dilakukan setiap bulan di posyandu oleh tenaga kesehatan, dengan dukungan dari pelaku percepatan penurunan stunting dan kader posyandu yang ada di tingkat desa.
“Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk mendeteksi adanya masalah gizi secara dini, tetapi juga untuk memberikan intervensi yang cepat dan tepat agar dapat mencegah stunting sejak dini” pungkas Sisca.
Meskipun terdapat beberapa capaian yang signifikan, Kabupaten Kayong Utara menyadari bahwa masih banyak tantangan yang perlu diatasi. (Bak)
Discussion about this post