
JURNALIS.CO.ID – Event Grasstrack 2025 yang digelar di kawasan wisata Pantai Pulau Datok menjadi sorotan warganet. Bukan karena jalannya perlombaan, melainkan harga tiket masuk sebesar Rp30 ribu per orang yang dianggap terlalu mahal oleh sejumlah warga.
Keluhan ini ramai dibagikan di media sosial dan menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat Kayong Utara.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Panitia Grasstrack, Adri Kurniawan, menjelaskan bahwa penentuan harga tiket telah melalui pembahasan dalam forum resmi yang melibatkan berbagai pihak, termasuk Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar), Dinas Perhubungan, serta sejumlah instansi lainnya.

Menurut Adri, tingginya biaya penyelenggaraan menjadi faktor utama yang memengaruhi harga tiket. Ia menyebutkan bahwa pada tahun pertama pelaksanaan, panitia bahkan belum memperoleh keuntungan apa pun karena harus memulai dari nol.
“Modal event tahun lalu mencapai Rp292 juta. Kami harus membangun infrastruktur dasar seperti penataan dan penimbunan lapangan. Semua itu membutuhkan biaya besar,” jelasnya pada Minggu (9/6/2025).
Meski dihujani kritik, Adri menekankan bahwa penyelenggaraan Grasstrack memberi dampak positif secara ekonomi bagi masyarakat.
Event ini mendatangkan pengunjung dari berbagai daerah di Kalimantan Barat dan provinsi lain seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, hingga Jawa Timur.
“Selama event berlangsung, okupansi penginapan penuh, warung makan ramai, dan para pelaku UMKM ikut merasakan manfaatnya. Ini jadi momentum positif untuk ekonomi lokal,” ujarnya.

Adri juga menyampaikan bahwa pihaknya merekrut sekitar 120 tenaga kerja untuk mendukung pelaksanaan kegiatan, mulai dari teknis lapangan hingga keamanan dan kebersihan.
Grasstrack 2025 sendiri merupakan ajang balap motor trail tingkat regional yang mendapat perhatian luas dari pecinta otomotif, dan menjadi salah satu agenda wisata olahraga yang diharapkan rutin digelar.
Terkait isu harga tiket, Adri menilai bahwa hal serupa juga terjadi di berbagai kota lain, seperti di Singkawang, di mana pengunjung dikenakan tarif masuk dan biaya tambahan untuk sejumlah wahana.
“Kami sudah melakukan sosialisasi tarif sejak jauh hari. Ini praktik yang umum di banyak daerah. Harapannya, masyarakat bisa melihat dari sisi manfaat yang dihasilkan,” ungkapnya.
Meski begitu, Adri tetap menerima masukan dari masyarakat. Ia menyadari perlunya evaluasi terhadap sistem tarif dan peningkatan fasilitas umum, seperti kebersihan, toilet, area parkir, dan ruang bersantai, agar kenyamanan pengunjung semakin terjamin.
“Masukan dari warga tetap kami tampung. Ke depannya, kami akan evaluasi agar pelaksanaan event serupa bisa lebih baik dan tidak memberatkan masyarakat,” tutupnya. [Bak]

Discussion about this post