
JURNALIS.CO.ID — Pemerintah Kota Pontianak berhasil mencatatkan prestasi gemilang dengan meraih peringkat pertama dalam pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting tingkat kabupaten/kota se-Kalimantan Barat tahun 2024. Pengumuman ini disampaikan dalam forum resmi yang diselenggarakan oleh Bappeda Provinsi Kalbar pada 18–19 Juni 2025 di Kota Pontianak.
Dengan total skor 116 poin, Pontianak unggul dari 13 kabupaten/kota lainnya di Kalbar. Capaian ini menjadi bukti nyata dari komitmen kuat pemerintah kota dalam memperkuat kerja sama lintas sektor, memperluas akses layanan gizi, serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pencegahan stunting sejak dini.
“Ini adalah hasil kerja kolektif. Kami berkomitmen menghadirkan generasi Pontianak yang sehat, cerdas, dan berdaya saing. Kunci keberhasilan ada pada sinergi, intervensi dini, dan pendekatan berbasis keluarga,” ujar Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, Selasa (15/7/2025).
Edi menegaskan bahwa penanganan stunting tidak bisa hanya mengandalkan pemberian makanan tambahan semata. Menurutnya, stunting adalah isu multisektor yang berkaitan dengan lingkungan, sanitasi, pendidikan, hingga ketahanan ekonomi keluarga.
“Kita tidak bisa hanya melihat angka, tapi harus memahami konteks sosial di lapangan. Oleh karena itu, pendekatan kami holistik dan partisipatif,” tambahnya.
Pemkot Pontianak juga memanfaatkan sistem pemantauan gizi digital melalui e-PPGBM dan mengoptimalkan peran kader posyandu sebagai garda terdepan di masyarakat. Kecepatan deteksi dini serta ketepatan intervensi menjadi fokus utama dalam menekan angka stunting.
“Kami menyiapkan infrastruktur data yang akurat dan cepat. Dengan data yang valid, kami bisa melakukan tindakan terarah. Kami juga menggandeng dunia pendidikan dan sektor swasta dalam gerakan bersama cegah stunting,” jelas Edi.
Ia pun menekankan pentingnya edukasi kepada calon orang tua, terutama sejak masa kehamilan.
“Masa depan anak-anak kita ditentukan sejak dalam kandungan. Edukasi kepada ibu hamil, pemberian ASI eksklusif, dan pemantauan tumbuh kembang anak menjadi pilar penting,” tuturnya.
Sebagai tambahan informasi, posisi kedua diraih secara bersamaan oleh Kabupaten Sanggau dan Landak, sementara Sintang dan Ketapang menempati posisi ketiga. Keberhasilan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi seluruh daerah di Kalimantan Barat untuk terus memperkuat kolaborasi dalam menurunkan angka stunting secara signifikan dan berkelanjutan.[rdh]
Discussion about this post