– Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perikanan (Dishangpang Hortikan) Kabupaten Sanggau akan segera menyalurkan alat mesin pertanian (Alsintan) dari pemerintah pusat. Paling lambat pekan ketiga September bantuan berupa hand tracktor, mesin perontok padi dan mesin panen padi ditargetkan sudah selesai didistribusikan ke kelompok tani di Kabupaten Sanggau.
“Mengingat jadwal olah tanah petani itu kan pada September-Oktober, maka barang ini harus kita sampaikan kepada mereka,” kata Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perikanan (Dishangpang Hortikan) Kabupaten Sanggau, Kubin, Selasa (08/09/2020).
Pada pelaksanaan program ini nantinya akan ada Berita Acara (BA) serah-terima barang. Kelompok tani yang menerima bantuan menandatangani BA serah-terima barang.
“Ini harus kita selesaikan dan disampaikan ke pusat, karena ini dari pusat,” ujarnya.
Pada tahap awal, bantuan tersebut didistribusikan di tiga kecamatan, yaitu Bonti, Toba dan Kapuas. Khusus Kecamatan Kapuas diprioritaskan ke Mengkiang, karena di sana ada kegiatan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB).
“Kemudian sisanya paling lambat pekan ketiga September sudah terkirim semua, karena kami juga menyesuaikan jadwal tanan kelompok. Semua kecamatan dapat,” bebernya.
Kubin berharap, dengan bantuan peralatan tersebut, tak hanya lahan sawah yang digarap, tapi juga lahan kering. “Seperti di Mengkiang, Sungai Langir ini kan lahan kering. Harapan kita padi itu ditanam juga di lahan kering. Pontensinya juga tinggi,” ucap Kubin.
Terlebih, kata dia, Pemkab Sanggau melalui Dishangpang Hortikan juga memiliki program Lahan Berkelanjutan. Kemudian ada juga Perda Lahan Berkelanjutan.
“Istilah lahan berkelanjutan itu kan lahan menetap. Petani menanam di lahan yang sama. Kalau sawah kan sama. Kalau lahan keringnya melalui PLTB nya itu untuk lahan menetapnya mereka,” jelasnya.
Kubin juga menjelaskan tak semua lahan kering bisa ditanami padi. Dengan kemiringan tertentu, justru cocok untuk tanamamn holtikultura.
“Sehingga dengan PLTB itu tidak mengurangi rencana pentani untuk menanam berbagai komoditi pertanian. Seperti padi di lahan rata, pisang dan tebu toluk di lahan agak yang miring. Kalau yang tidak bisa dijangkau alat, di sana bisa ditanam buah-buahan,” paparnya.
Konsep Tembawang yang ada di masyarakat Dayak maupun Melayu, lanjut Kubin, bahwa pemerintah tak melarang mereka membakar lahan. Hanya mengurangi.
“Kita juga tidak meninggalkan mereka untuk tidak bertanam. Justeru kita minta bertanam padi pada lahan kering. Justeru di sini kami memperbaiki peningkatan produksi,” akunya.
Diakui Kubin, bantuan Alsintan dari pemerintah pusat tersebut belum mencukupi. Alsinta diberikan lantaran aktivitas pertanian cukup tinggi.
“Kalau mau dibilang kurang, ya kurang. Tapi kami kan memberikan mereka, karena aktivitas petani sudah cukup tinggi,” sebutnya.
Aktivitas kelompok tani juga sudah lebih baik. Efisiensi satu alat ini 1,3 per hari. Kalau olah tanah 10 hari. Berarti satu kelompok 25 orang.
“Anggap saja mereka punya 25 hektare, paling tidak 20 hari. Ini kan agak lama. Kalau bandingkan dengan dua ribu kelompok tani (yang ada), kalau satu kelompok dua alat, berarti empat ribu. Tapi ini bisa diatasi karena peralatan ini bisa pinjam pakai,” tuntas Kubin. (faf)
Discussion about this post