JURNALIS.co.id – Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan mengatakan nilai-nilai Pancasila mampu mempersatukan seluruh Indonesia.
“Maknanya bahwa ini adalah suatu dasar yang dinamis dan mampu mempersatukan seluruh Indonesia. Ini bagian yang membuat kita harus punya kesadaran kolektif,” kata usai menjadi inspektur upacara memperingati Hari Lahir Pancasila di halaman kantor Bupati Kubu Raya, Kamis (01/06/2023).
Nilai-nilai itu, kata Muda, tidak banyak secara normatif. Bukan sekadar formalitas, tapi bisa diimplikasikan dalam hidup keseharian.
“Sederhana saja dalam kehidupan kita untuk saling peduli, saling peka dan tidak banyak pembiaran-membiarkan,” ujarnya.
Apalagi di pemerintahan, sebagai mewakili negara untuk melayani masyarakat. Jangan justru malah banyak membiarkan kebutuhan maayarakat.
“Kita tahu kondisi seperti ini, terus kita punya anggaran, kita punya kewenangan, tapi kita biarkan, tidak kita injeksi, tidak kita lakukan, misalnya membiarkan kemiskinan, pengangguran dan yang itu tidak boleh dibiarkan,” ucapnya.
Muda menuturkan memperingati Harlah Pancasila harus syukuri dengan semangat dan keberagaman. Nilai-nilai ini juga akan menghasilkan kebahagiaan, bukan ancaman.
“Dari Kubu Raya paham dan sadar, dari situlah kita justru menjadi kekuatan, menjadi perekat. Jadi kita sifatnya bersanding bukan bertanding,” ucapnya.
“Kita harus selalu berusaha melihat toleransi ini, bukan cuma sekadar kata-kata yang indah, tapi kita harus melihatnya dalam konteks introspeksi bukan arogansi. Kita menjalankan amanah bukan amarah,” tambah Muda.
Lanjut Muda, toleransi bukan justru malah membuat suasana menjadi lebih memecah belah. Menjaga harkat martabat rakyat itu penting, karena sama dengan menjaga harkat martabat pemerintahan.
“Jadi kita bukan mempermalukan atau memecah, tapi kita menjaga harkat martabat seluruhnya, termasuk pemerintahan,” pintanya.
Jadi, mindsetnya dikatakan Muda harus berubah. Bahwa yang dikejar jaga harkat martabat rakyat.
“Apalagi dalam ke kehidupan, seperti masalah pendidikan, masalah kesehatan yang langsung menukik ke rakyat,” jelasnya.
Makaud pembiaran di sini, lanjut Muda, harus benar-benar dalam konteks praktik bernegara.
“Kita menjalani kewenangan, supaya benar-benar sampai dirasakan dan benar-benar nyata, terukur dirasakan dan bisa meningkatkan, bisa menyelamatkan generasi dari kemiskinan dan pemiskinan. Kalau misalnya tidak bisa melakukan amanah, itu namanya pemiskinan juga,” tuturnya.
Makanya, Muda meneruskan, menghilangkan peluang rakyat untuk bisa mendapatkan sesuatu yang jauh lebih baik, apakah di sektor kesehatan, ekonomi, infrastruktur dan sebagainya juga sama dengan pemiskinan.
“Ini harus dipahami sebagai suatu makna yang dalam, bahwa ini adalah benar-benar pemersatu dan membangkitkan dan betul-betul harus menjadi sebuah dorongan apalagi anak-anak muda. Anak muda jangan mudah cengeng, Jangan mudah menyerah, ini justru memang kita hindari,” pungkas Muda. (sym)
Discussion about this post