– Pasien Dalam Pengawasan (PDP) RSUD Agoesdjam Ketapang meninggal dunia, Minggu (12/4/2020) malam. Proses pemakaman Jenazah berusia 44 tahun itu dilakukan sesuai protap penanganan Covid-19.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Ketapang, Rustami mengatakan almarhum merupakan PDP yang sudah dirawat selama sepekan di RSUD Agoesdjam, terhitung sejak 6 April 2020.
“Terhadap almarhum, kita sudah lakukan pengiriman swab ke Jakarta, tapi hasilnya belum keluar. Keluarga dekatnya, anak dan istri almarhum juga sudah di rapid test, hasilnya non reaktif,” katanya, Senin (13/4/2020) siang.
Baca juga: Didominasi Pelajar, 39 Orang Nongkrong di Tengah Wabah Corono Diangkut Tim Gabungan Ketapang
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Ketapang itu, pasien meninggal pukul 21.57 Wib dengan diagnosa Caediac Arrest (gagal jantung). Sedangkan kepastian positif atau negatif terjangkit Covid-19 baru bisa diketahui setelah hasil swab keluar.
“Namun demikian, karena ditetapkan PDP, maka pemakaman jenazah dilaksanakan sesuai dengan protap Covid-19,” ungkapnya.
Atas meninggalnya almarhum, dirinya turut berduka cita kepada keluarga yang ditinggal. Ia juga mengucapkan terima kasih karena sudah mengizinkan pemakaman sesuai prosedur penanganan Covid-19.
“Mudah-mudahan keluarga yang ditinggal diberi ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan. Kami atas nama pemerintah turut berduka cita,” ucap Rustami.
Baca juga: Pemkab Ketapang Gerak Cepat, Eks Kantor PT BSM Segera Difungsikan
Sementara itu, salah satu keluarga almarhum, NS meminta agar masyarakat tidak menstigma pasien. Kata dia, pasein meninggal karena gagal jantung sesuai dengan surat keterangan dari RSUD.
“Surat keterangan kematian sudah keluar. Penyebab meninggalnya adalah gagal jantung. Saya harap masyarakat tidak beropini sendiri-sendiri, mengingat hasil swab belum keluar, terlebih hasil rapid test keluarga dekat almarhum non reaktif,” tuturnya.
Alamarhum, lanjut dia, memiliki riwayat penyakit gondok beracun atau teroit selama delapan tahun belakangan. Bahkan sejak tiga bulan terakhir, almahum sudah beristirahat total akibat sakit yang diderita.
“Almahum juga tidak ada riwayat pergi ke daerah terpapar Covid-19. Hanya saja, karena kondisi semakin parah dan terdapat sesak napas, dia dianjurkan Dokter Sony yang biasa mengobati untuk dirujuk ke RSUD. Tepat sekitar pukul 21.15, almahum menghembuskan nafas terakhir,” paparnya.
Ia menambahkan, beberapa hari sebelum meninggal, pihak keluarga sempat dipanggil dokter ahli jantung. Dimana hal terburuk yang mungkin terjadi pada almarhum adalah gagal jantung akibat dari penyakit gondok beracun.
“Jadi, karena kondisi di negara kita sedang ada wabah, dan kebetulan almahum ada gejala sesak napas, kemudian pihak keluarga diminta mengikuti prosedur, termasuk pemakaman. Kita dari keluarga mengikuti dan ikhlas,” terang NS. (lim)
Discussion about this post