– Bupati Sintang Jarot Winarno melakukan panen padi sawah sistem Tabela milik Kelompok Tani Harapan Jaya di Desa Kajang Baru, Kecamatan Sungai Tebelian, Kamis (25/6/2020). Sistem tanam tabela adalah sistem tanam yang menggunakan alat “PesPa Tabel” yang berarti pelek sepeda dan paralon tanam benih langsung.
Panen padi sawah sistem tabela tersebut diperoleh hasil 5,3 ton gabah per hektar sawah. Kelompok Tani Harapan Jaya Desa Kajang Baru Kecamatan Sungai Tebelian setiap tahun dua kali panen dengan menggunakan bibit padi inpari 43, sistem tanam jajar legowo, dan masa tanam 95-115 hari.
Turut mendampingi Bupati dalam kegiatan panen tersebut Kepala Bappeda Sintang Kartiyus, Pengurus Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Sintang. Hadir dalam panen padi sawah tersebut, Ketua Kelompok Tani Harapan Jaya Desa Kajang Baru Kecamatan Sungai Tebelian Sukiman beserta anggotanya, Kepala Desa Kajang Baru Yatiman, jajaran pemerintah kecamatan Sungai Tebelian, dan masyarakat Desa Kajang Baru.
Dalam kesempatan tersebut, selain panen padi sawah, Bupati Sintang juga berdialog dengan petani serta menyerahkan satu unit alat perontok padi kepada Kelompok Tani Harapan Jaya Desa Kajang Baru.
Bupati Sintang Jarot Winarno mengajak untuk menghargai adat. Kalau bukan karena pandemi Covid-19, ia biasanya sudah banyak menghadiri pelaksanaan Gawai Dayak Nyelapat di berbagai kampung. Di mana masyarakat Dayak menutup musim berladang dan bersyukur atas rezeki yang sudah Tuhan berikan serta memulai musim berladang tahun berikutnya.
“Dan hari ini kita menghadiri acara wiwitan yang artinya memanen padi dan memulai tanam lagi. Silakan dilestarikan adat tersebut,” ajak Bupati.
Jarot mengatakan Sintang akan segera memasuki kenormalan baru. Untuk itu, ia mengajak hidup produktif, tetapi tetap aman dari virus corona.
“Corona akan selalu ada namun harus kita kendalikan dengan tetap produktif dan melaksanakan protokol kesehatan. Bertani juga perlu memakai masker. Berjemur sambil tetap produktif dan sehat dengan vitamin D dan membunuh kuman. Tetap jaga jarak dan cuci tangan, jaga kesehatan,” terangnya.
Menurutnya, sektor pertanian dan digital akan menjadi unggulan di masa sekarang maupun mendatang. Akar masalah di Indonesia itu adalah kemiskinan. Kalau tidak mendapatkan penghasilan 550 ribu per bulan per orang, maka masuk kategori miskin.
“Kalau dalam satu keluarga dengan anggota 4 orang, maka penghasilan harus di atas 2,2 juta sehingga tidak masuk kategori miskin,” jelasnya.
Akar masalah lainnya, kata Bupati, adalah ketersediaan pangan dan gizi. Sintang masih kurang soal beras dan daging. Ketersediaan beras di Sintang juga memiliki empat masalah yakni kurang luas lahan sawah, yang mana di Sintang ini hanya ada 7.700 hektar sawah yang tidak semuanya produktif.
“Kita perlu 27 ribu hektar untuk bisa memenuhi kebutuhan 400 ribu jiwa penduduk Kabupaten Sintang. Kita masih kurang 20 ribuan hektar sawah. Maka sawah tidak boleh dialih fungsikan. Masalah kedua adalah kurang banyak pada soal produktivitas. Kalau bisa satu hektar menghasilkan 6 ton per hektar,” tuturnya.
“Kita juga kurang sering panen, seharusnya dua sampai tiga kali panen setahun. Kurang orang muda di sektor pertanian, kebanyakan orangtua yang mau menjadi petani. Petani milenial hanya ada di temawang muntai sepauk. Petaninya dari kaum muda. Anak muda saya tantang untuk berani terjun menjadi petani,” tambah Bupati.
Jarot minta luasan sawah terus ditambah di Kabupaten Sintang. Soal irigasi silakan dikomunikasikan dengan anggota DPRD dan jajaran Pemkab Sintang. Sistem Tabela ini sesuatu yang baru dan ia dukung untuk disebarluaskan ke petani lainnya.
“Saya akan keluarkan peraturan bupati sintang tentang lahan penyangga ketahanan pangan yang artinya tidak boleh lagi ada pengalihfungsian lahan pertanian dan perkebunan untuk perumahan dan sebagainya,” pungkas Bupati.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Sintang Elisa Gultom menyampaikan selalu mengamati data dan kelompok tani di setiap kecamatan dalam rangka memperluas cakupan tanam dengan sistem tabela di setiap tahunnya.
“Kita harus tetap produktif di semua sektor di masa pandemi covid-19 ini. Sistem tanam tabela akan kita sebarluaskan ke seluruh kecamatan untuk diterapkan karena memang terbukti lebih produktif dan murah,” terang Elisa.
Lasino Penyuluh Pertanian yang melakukan pembinaan di Desa Kajang Baru menjelaskan bahwa alat “PesPa Tabel” yang berarti pelek sepeda dan paralon tanam benih langsung ini sangat murah. Namun, pihaknya membeli alat ini hanya satu. Kelompok tani yang mau memakai silakan meminjam atau bisa ditiru dan diperbanyak.
“Benih padi yang akan ditanam kami rendam dengan air garam selama satu malam dua hari,” ucapnya.
Pengunaan alat tanam “PesPa Tabel” dengan cara ditarik sehingga satu hektar bisa 25 sampai 30 kg bibit saja. Satu hektar sehari bisa dikerjakan satu orang dan biaya juga murah. Selisih biaya antara yang menggunajan tabela dan bukan itu sekitar 4 juta per hektar. Sistem tabela ini, polulasi tanam lebih luas, umur panen lebih cepat.
“Sistem tanam ini sudah diterapkan di Kecamatan Sepauk, Dedai, Kayan Hilir, dan Kelam Permai. Kami menggunakan pupuk NPK, Urea, dan TSP untuk 1 hektar akan menghabiskan 5,3 ton. Menurut saya, ada tiga keuntungan dengan mengunakan alat PesPa Tabel ini yakni biaya lebih ringan, panen lebih cepat, dan panen lebih banyak” terang Lasino. (pul)
Discussion about this post