
JURNALIS.co.id – Maraknya kasus keracunan makanan yang menimpa pelajar di sejumlah daerah akibat program Makanan Bergizi Gratis (MBG) memicu kekhawatiran berbagai pihak. Orang tua hingga pihak sekolah merasa waswas anak-anak mereka bisa menjadi korban.
Kekhawatiran itu turut dirasakan di MIN 1 Kapuas Hulu. Kepala MIN 1 Kapuas Hulu, Iskandar Syahputra, mengakui pihaknya terus meningkatkan kewaspadaan meski belum ada kasus keracunan yang terjadi di sekolahnya.
“Kami dari pihak sekolah alami kekhawatiran yang sama. Walaupun belum pernah terjadi di kami jangan sampai,” kata Iskandar, Kamis (25/9).
Di sekolah tersebut, tercatat 645 siswa menerima program MBG yang sudah berjalan selama dua minggu.
Menurutnya, hingga kini program berlangsung cukup baik dan anak-anak masih menyukai menu yang disajikan, meski sebagian tidak menghabiskan makanan karena enggan memakan sayur.
Iskandar menegaskan pihaknya memiliki mekanisme pengawasan internal terhadap distribusi MBG.
Sebelum makanan diberikan kepada siswa, tim pengawas sekolah bersama guru piket selalu mencicipi terlebih dahulu.
“Jika MBG yang diantar ini benar-benar layak maka baru kita distribusikan kepada para siswa. Jika tidak layak kita stop distribusinya,” jelasnya.
Meski begitu, Iskandar menyampaikan keberatan terhadap konsep program MBG, apalagi dengan maraknya kasus keracunan di berbagai daerah.
“Saya lebih setuju program MBG ini diganti dalam bentuk uang saja. Lebih pemerintah pusat memberikan uang kepada orang tua murid. Biarkan orangtua anak yang membuat makanan bergizi tersebut,” tegasnya.
Pandangan serupa disampaikan Lia, salah seorang orang tua murid. Ia mengaku cemas dengan banyaknya kasus keracunan akibat MBG.
“Saya selalu berpesan kepada anak, jika makanan yang dirasa terasa aneh dan apalagi basi, makanan tersebut jangan dimakan,” ujarnya.
Menurut Lia, alokasi dalam bentuk uang tunai lebih bermanfaat agar orang tua bisa memastikan sendiri makanan bergizi yang aman untuk anak.
“Mending pemerintah kasi saja uangnya ke orang tua, biar kami orang tua yang memasak untuk anak. Sudah pasti terjamin. Toh sebelum adanya MBG ini, kita selalu bekalkan anak tersebut makanan ke sekolah,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kapuas Hulu, Petrus Kusnadi, mengaku prihatin dengan kasus keracunan MBG di berbagai daerah.
“Untuk di Kapuas Hulu jangan sampai ada terjadi keracunan makanan,” tegasnya.
Ia menekankan pentingnya pengawasan dari semua pihak, terutama Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang sudah ditunjuk.
“Makanya kita minta pengawasan MBG ini diperkuat. Terutama SPPG yang sudah ditunjuk agar dapat mengawasi dapur MBG,” ucapnya.
Menurutnya, selain pengawasan, penyediaan menu yang bervariasi juga penting sebagai langkah pencegahan.
“Dengan merubah menu makanan setiap hari, tentunya menjadi upaya kita dalam mencegah terjadinya keracunan,” pungkas Kusnadi.[Opk]





















Discussion about this post