– Tak hanya menyasar di pasar-pasar atau tempat umum, rapid test rencananya juga akan dilakukan terhadap seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak. Tujuannya sebagai upaya memetakan penyebaran Covid-19 di Kota Pontianak.
“Rapid test ini akan kita lakukan terhadap seluruh ASN di lingkungan Pemkot Pontianak,” kata Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, Rabu (20/5/2020).
Dia mengungkapkan, beberapa kasus justru orang yang berdiam di rumah menunjukkan hasil rapid test reaktif Covid-19. Sebaliknya, ASN yang beraktivitas di kantor malah sedikit yang menunjukkan hasil rapid test reaktif.
“Sehingga menimbulkan tanda tanya, kemungkinan ASN tersebut keluyuran,” ulasnya.
Baca juga:Â 1.200 Sembako dari Pertamina untuk Warga di Parit Tokaya, Akcaya dan Kota Baru
Edi menjelaskan beberapa waktu lalu juga telah dilakukan rapid test terhadap eselon II, Camat dan Lurah. Selanjutnya, rapid test akan dilakukan terhadap eselon III dan IV. Setelah itu, seluruh staf di lingkungan Pemkot Pontianak yang rentan.
Sebelumnya, kata Edi, pihaknya sudah melakukan rapid test terhadap anggota Satpol PP dan Dinas Perhubungan Kota Pontianak. Hasil rapid test yang dilakukan terhadap mereka menunjukkan non reaktif.
“Rapid test tersebut dilakukan agar kita bisa memetakan sebaran Covid-19,” ungkapnya.
Baca juga:Â Dikarantina di Rusunawa, 8 Warga Pontianak Sembuh dari Covid-19
Pemkot Pontianak akan terus aktif melakukan penelusuran ASN yang sangat rentan tertular Covid-19. Apabila ada ASN hasil rapid testnya reaktif, pihaknya akan melakukan upaya protokol kesehatan dengan mengisolasi bersangkutan.
“Kita akan memberikan informasi makanan cocok untuk kesembuhan, sehingga rapid testnya non reaktif,” terang Edi.
Dirinya menyampaikan, virus corona bukan merupakan aib. Siapapun memiliki potensi untuk terkena Covid-19, tidak terkecuali, dari pejabat tinggi hingga masyarakat biasa. Ia pun mengingatkan agar penderita Covid-19 ditolong dan diberikan semangat sehingga membantu mereka lekas pulih.
“Coba bayangkan, mereka sudah terpapar virus yang tidak diinginkan, kemudian tertekan dari stigma masyarakat, sudah itu diisolasi lagi,” imbuh Edi. (m@nk)
Discussion about this post