
– Meski telah memasuki fase kenormalan baru, pandemi Covid-19 masih menjadi momok di Indonesia. Termasuk di Kalimantan Barat, cukup banyak sektor yang terdampak. Tidak hanya kesehatan, tapi sektor perekonomian juga terganggu. Akibatnya sejumlah pekerja turut terdampak pandemi.
Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan mengatakan pandemi mengakibatkan kondisi ekonomi melemah. Jika ini terus berlarut, maka juga berdampak luas terhadap psikologis sosial masyarakat.
“Maka kita harus menghidupkan kembali aktivitas ekonomi, mulai dari perdagangan dan jasa maupun sektor usaha lainnya,” tuturnya saat menjadi salah satu narasumber pada kegiatan Silaturahmi Gugus Tugas Covid-19 Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan Pelaku Usaha Kafe dan Warung Kopi, Jumat (3/7/2020) di Function Hall Hotel Kapuas Palace Pontianak.
Kegiatan silaturahmi digelar Kepolisian Daerah Kalimantan Barat menindaklanjuti Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/335/2020 tanggal 20 Mei 2020 tentang Protokol Pencegahan Penularan Covid-19 di Tempat Kerja Sektor Jasa dan Perdagangan (Area Publik) dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha.
Muda mengatakan meski aktivitas ekonomi harus segera dihidupkan, hal itu tetap dilakukan secara bertahap. Sejumlah pembatasan masih harus diterapkan dengan mengacu pada protokol kesehatan. Fase-fasenya disesuaikan di setiap daerah.
“Artinya tidak serta merta atau euforia langsung dihidupkan secara terbuka, melainkan secara bertahap. Jika terjadi kenaikan (kasus penyebaran), maka ditutup kembali. Jadi bersifat fleksibel namun tetap dievaluasi,” ujarnya.
Karena itu, ia mengajak seluruh pengusaha kafe dan warung kopi untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan dalam menjalankan usaha. Sehingga roda perekonomian dapat bergerak sekaligus memastikan upaya pencegahan pandemi juga terlaksana. Dirinya menyebut kenormalan baru adalah hal sederhana. Yakni sekadar adaptasi terhadap sejumlah kebiasaan baru. Yang itu sebenarnya adalah isi dari protokol kesehatan. Seperti kewajiban memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak pribadi dan sosial, dan seterusnya.
“Soal kebiasaan saja. Kita tak boleh tersinggung kalau diminta untuk cuci tangan. Kami terus berusaha untuk membuat langkah-langkah terhadap pelaku usaha terutama agar tidak panik. Ini soal rasa. Jadi kita soal rasa kadang-kadang kurang enak kalau kita harus diajak ke ‘new normal’ itu,” ujarnya.
Terkait kenormalan baru yang ditandai dengan penerapan protokol kesehatan, dirinya mengajak seluruh pengelola usaha utnuk mengimplementasikan hal itu. Yakni dengan menerapkan sejumlah aturan di tempat usaha. Seperti pengaturan jarak antar-konsumen, penyediaan fasilitas cuci tangan, mewajibkan penggunaan masker, dan sebagainya.
“Teman-teman harus mengerti tentang ini. Ada beberapa poin pernah saya buat, terutama tentang petunjuk teknis. Bahkan kami juga melakukan survei, desa masing-masing yang sudah membuat aturan tentang Covid-19 ini. Itu strategi saja. Ini sudah tingkat pemahaman masker dan cuci tangan dengan satu kesadaran. Ini Cuma soal membangun mindset atau pola pikir saja,” terangnya.
Muda mengingatkan semua pihak agar siap beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru. Sebab menurutnya sikap adaptif adalah kunci keberhasilan menjalani fase kenormalan baru.
“Justru kalau tidak siap malah kita tidak belajar. Kita harus belajar beradaptasi dan inilah tantangan untuk semua hingga tingkat desa, bagaimana kembali menghidupkan aktivitas ekonomi,” tuturnya. (Sym)
Discussion about this post