Oleh: Syamsul Arifin
SETELAH menjalani perawatan yang cukup intensif di rumah sakit selama hampir satu bulan, Wakil Bupati Kubu Raya Sujiwo akhirnya dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan kini menjalani pemulihan di kediamannya.
Sujiwo yang sudah kurang lebih 10 hari menjalani pemulihan di kediamanya di Sungai Raya Dalam Kota Pontianak itu, turut membagikan pengalamannya selama terpapar virus corona. Ia sudah menjalani proses perawatan di rumah sakit selama kurang lebih satu bulan.
Sujiwo menceritakan rasa sakit yang dirasakannya begitu dahsyat bahkan membuatnya beberapa kali kritis. Rasa sakit itu, bahkan masih dirasakannya, hingga saat ini meskipun sudah dinyatakan negatif Covid-19.
Dengan mengalami kondisi beberapa kali kritis, ia merasakan sakit yang dahsyat dan mengerikannya. Bahkan Sujiwo tidak menyangka masa pemulihan sesakit ini.
Setelah beberapa lalu dinyatakan positif, ia mengisoasikan diri dikediamanya dan selalu istirahat. Di hari pertama sampai hari kelima pemulihan yang dilaluinya dengan penuh perjuangan dan kesabaran.
Ia berpikir seminggu sudah membaik, tetapi tidak, karena fisiknya masih lemah. Bahkan peristiwa yang dialaminya cukup parah, sehingga butuh waktu istirahat total, agar kondisi tubuhnya benar-benar membaik.
Dengan kondisi yang semakin parah, ia tetap menjalani proses sesuai protokol kesehatan, seperti di rumah 4 hari. Namun hal tersebut tidak membuat perubahan kesembuhan, sehingga dirujuk di RS Antonius selama 3 hari dan dilanjutkan ke RSUD Soedarso 19 hari.
Selama menjalani proses pengobatan di RSUD Sudarso, Sujiwo sempat diceritakan istrinya, bahwa ia sempat tidak sadarkan diri, bahkan denyut nadinya sampai di angka 20 yang seharusnya di angka 60 ke atas.
Hal tersebut membuat istri selalu terus berteriak dengan ucapan doa-doa kepada Allah Swt, sehingga tangannya bergerak. Dengan melihat kondisinya tersebut, sang istri memanggil pewat, agar melihat kondisi Sujiwo.
Dengan perlahan, denyut nadi yang di alami Sujiwo terus naik, hingga beberapa hari kemudian kembali normal.
Sang istri Atzebi Yatulensi tidak pernah berhenti bedoa meminta dengan Allah atas kesembuhan Sujiwo. Selain itu, istri selalu memberikan semangat dan motivasi, agar selalu menjaga kesehatan.
“Alhamdulillah saya diberikan istri yang mempunyai tanggung jawab yang selalu menunggu dan menemani saya di masa-masa kritis, dari proses awal di rumah, RS Antonius, RS Sudarso hingga kembali ke rumah untuk menjalani pemulihan,” ucap Sujiwo, Sabtu (07/11/20) saat di wawancara langsung melalui WhatsApp.
Sujiwo yang merupakan Bendahara DPD PDI Perjuangan Kalimantan Barat, selama menjalani perawatan, ia mendapat banyak sekali perhatian dan doa dari berbagai pihak. Sehingga, diakuinya menjadi tambahan motivasi untuk bisa sembuh dari corona.
Di akhir keterangan resminya, Wakil Bupati Kubu Raya, tak ingin pengalamannya terpapar virus corona juga dirasakan oleh orang lain. Makanya, Sujiwo mengajak seluruh masyarakat untuk benar-benar menjaga diri dari Corona dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat serta disiplin mentaati protokol kesehatan.
Di kesempatan tersebut, Sujiwo berterima kasih kepada seluruh pihak yang sudah memberikan dukungan moril kepadanya.
“Atas nama pribadi dan keluarga, saya menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya, bapak Gubernur, Kadis Kesehatan Provinsi, Bupati Kubu Raya, Kadis Kesehatan Kubu Raya semua pihak yang memberi perhatian, dari lubuk hati paling dalam saya sampaikan terima kasih,” ucapnya.
Dengan kondisi fisiknya kurang fit, Sujiwo perlu waktu untuk memulihkan fisiknya secara total hingga membaik.
“Menjalani pemulihan, saya sudah izin dengan Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan dan saya perlu istirahat yang cukup lama, sampai benar-benar pulih. Saya tidak pernah menyangka masa pemulihan itu tidak sesakit ini. Butuh perjuangan dan bersabar,” kata Sujiwo.
Hal yang sama dipertegas Atzebi Yatulensi. Menurutnya, Sujiwo sempat kritis. Mulai dari saturasinya menurun, sehingga muntah-muntah dan kesakitan sekali masalah lambungnya. Begitu juga gula darah sewaktunya naik tinggi, detak jantung yang tidak stabil, tensi yang cenderung turun.
“Banyak masa-masa kritis yang bapak lewati. Saya selalu berada di samping bapak, selalu membisikan doa-doa, selalu mensupport bapak, supaya bapak kuat melewati ujian ini. Ya hanya itu yang bisa saya lakukan, sampai bapak benar-benar bisa melewati masa sulitnya, masa kritisnya,” ucapnya saat memberikan keterangan.
Ia menjelaskan,dari tanggal 9 Oktober, suaminya itu dirawat di RSUD Sudarso, sampai tanggal 27 Oktober. Di PCR dan dinyatakan negatif, sehingga tanggal 28 Oktober diperbolehkan pulang ke rumah.
Sebelum pulang, ia sempat menjalani tes swab selam tiga kali. Namun hasil ketiganya dinyatakan negatif. Tetapi kembali menjalani swab yang keempat, tepatnya di tanggal 20 dan hasilnya dinyatakan positif.
“Mungkin karena saya melihat, kondisi benar-benar sudah lelah dan kurang istirahat. Mungkin lebih stres ya selalu melihat kondisi bapak yang akhirnya ya saya positif juga,” ucapnya.
Tidak terlalu menjalani perawatan yang serius, namun pada 23 Oktober, kembali dilakukan swab dan hasilnya masih tetap positif.
“Tanggal 27 Oktober, swap lagi sama-sama bapak (Sujiwo) Alhamdulillah kami sudah dinyatakan negatif juga. Alhamdulillah sampai sekarang saya sehat wal afiat dan bapak juga sudah dinyatakan sembuh. Hanya tinggal pemulihan untuk fisiknya saja,” katanya.
Saat menjalani perawatan di RSUD Sudarso, sang istri memutuskan harus menemani Sujiwo saat menjalani perawatan. Bahkan istrinya belum dinyatakan positif dan harus mendampingi suaminya.
“Kami berbicara dengan pihak rumah sakit, akhirnya dibolehkan mendampingi bapak. Karena saya pikir kondisi bapak perlu ada yang mendampingi. Melihat bapak sudah mulai demam, batuk-batu dan sesak napas,” katanya.
Ia menceritakan, jikas sang suami dibiarkan sendirian, akan lebih down mentalnya, sehingga mengambil keputusan dengan berbagai risikonya.
“Saat di Dudarso juga bapak beberapa kali mengalami kritis yang sangat memerlukan perjuangan untuk bisa melewatinya, mulai dari tensi bapak rendah, sempat sampai 60/40 an. Habis itu denyut jantung nyampai di 20 an yang saya lihat sendiri di monitor,” ucapnya dengan rasa haru.
Bahkan sempat dijelaskan oleh perawat, tensinya di angka belasan.
“Waktu 20, saya keluar nemuin perawat jaga, tapi ya memang mereka tidak bisa apa-apa, karena memang untuk mengunjungi pasien, mereka harus perlu waktu untuk pakai APD dan sebagainya. Jadi saya balik lagi ke kamar,” ucapnya.
“Saya hanya bisa menyemangati bapak dan saya berdoa, terus-terusan berdoa sampai bapak ada responnya, jari-jarinya bergerak, matanya seperti pingin membuka, sampai denyut jantungnya naik kembali, dari 20 ke 21, 22, 23 turun lagi 22, terus sampai ke 30 lebih, baru perawatnya datang dan sudah membawa obat-obatan untuk memacu danyut jantung dan tensinya bapak,” katanya.
Ia ucapkan terima kasih banyak atas support yang diberikan kepadanya dan keluarga atas kesembuhan dalam masa-masa kritis. (*)
Discussion about this post