– Triwulan pertama tahun 2021 sekitar 3.754 Balita di Kabupaten Sanggau mengalami stunting. Tingginya angka stunting ini dipengaruhi banyak faktor, salah satunya gizi. Oleh karenanya, harus ada intervensi soal gizi.
“Kalau bicara gizi, maka itu terkait Dinas Kesehatan. Kemudian dukungan lain bagaimana gizi itu bisa baik, termasuk unsur makanan yang tersedia, juga akses atau kemudahan masyarakat memperoleh gizi itu,” kata Bupati Sanggau Paolus Hadi usai memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) dan Sosialisasi tentang Penurunan Angka Stunting dan Rencana Aksi Tahun 2021-2022 yang digelar di lantai 2 Bappeda Sanggau, Kamis (15/04/2021).
Disampaikan Bupati dua periode disapa PH ini, dalam menangani stunting harus dilakukan secara terencana dan baik, terutama persoalan data. Oleh karena itu, data ini harus sinkron dengan kondisi real di lapangan. Sehingga memudahkan langkah dan strategi menurunkan angka stunting.
“Harus ada langkah strategis. Stunting bisa dilihat dan diukur di masyarakat melalui Posyandu salah satunya. Untuk Sanggau dari 885 Dusun baru 600-an Dusun yang sudah memiliki Posyandu. Oleh karena itu, kita akan dorong setiap Dusun memiliki Posyandu,” lugasnya.
Kemudian, kata dia, sasaran strategis untuk menurunkan angka stunting ini adalah melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pemkab Sanggau punya PAUD yang masih terdaftar secara Dapodik sebanyak 200-an lebih. Artinya, belum semua dusun miliki PAUD.
“Dengan adanya PAUD ini anak-anak yang mengalami stunting bisa diintervensi pertumbuhannya,” sebutnya.
“Saya juga mendorong Dasawisma kita ini karena Dasawismai ikut berperan menurunkan angka stunting. Ibu-ibu bisa memberikan asupan makanan yang sehat dan bergizi,” sambung PH.
Yang tak kalah pentingnya, timpal Bupati, keterlibatan dunia usaha. Melalui CSR mereka bisa membantu menurunkan angka stunting. Misalnya dengan memberikan makan atau minuman bergizi melalui program CSR-nya.
“Artinya ini harus menjadi gerakan bersama untuk menurunkan angka stunting,” demikian PH.
Dikesempatan sama, Kepala bidang Promosi Kesehatan (Promkes) Dinas Kesehatan Sanggau, Najori mengatakan data jumlah stunting tahun 2020 di kabupaten itu sebanyak 3.111 kasus. Dari sasaran balita 44.230 atau 28,50 persen dari jumlah sasaran.
“Sementara tahun 2021 triwulan pertama (Januari, Februari Maret) ada sekitar 3.754 balita yang mengalami stunting atau 21,74 persen dari sasaran 39.861. Entri data yang masuk baru 35,34 persen. Nanti kita tunggu sampai akhir tahun,” kata Najori.
Rakor dan Sosialisasi tentang Penurunan Angka Stunting dan Rencana Aksi Tahun 2021-2022 ini diinisiasi Bappeda Sanggau. Selain Kepala Bappeda Sanggau Yulia Theresia, kegiatan tersebut dihadiri Ketua TP PKK Kabupaten Sanngau Arita Apolina Paolus Hadi.
Hadir pula, Plt Kepala Dinas Kesehatan Ginting, Kadis Kominfo, Joni Irwanto, Diretur RSUD MTh Djaman dr. Edy Suprabowo, Kepala Dinsos P3AKB Sanggau, Aloysius Yanto, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sanggau Soedarsono, Kadis Perindagkop dan UM Sanggau Syarif Ibnu Marwan, OPD terkait dan Kepala Puskesmas se Kabupaten Sanggau. (faf)
Discussion about this post