
– Setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai adat istiadat dan budaya yang berbeda-beda. Mempunyai ciri khas dan keunikan sendiri-sendiri.
Namun, secara substansi memiliki tujuan sama, yaitu selain napak tilas untuk mengambil spirit sejarah para pendahulu, juga memperkokoh jalinan silaturahmi/tali persaudaraan.
Keanekaragaman adat-istiadat dan budaya bangsa Indonesia merupakan khazanah, anugerah dari Allah SWT, Tuhan YME yang dapat menjadi modal besar bangsa untuk pembangunan, utamanya bidang budaya dan pariwisata.
Dari sekian banyak adat-istiadat, budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, salah satunya adalah Robo’-robo’. Robo’-robo’ adalah budaya yang dimiliki masyarakat Kalimantan Barat dari rumpun melayu. Penyelenggaraannya selalu pada Rabu terakhir Bulan Safar.
Adapun mengapa diselenggarakan pada hari Rabu terakhir Bulan Safar, masyarakat melayu Kalimantan Barat mengacu pada sejarah peristiwa penting pernah terjadi yang dilakukan oleh raja dan masyarakat kerajaan Matan dan Mempawah yang berada di Kalimantan Barat kala itu (1448 H/1737M).

Dilansir dari Indonesia.go.id, artikel dengan judul “Robo’-robo:, Sebuah Tradisi Merawat Sejarah dan Budaya di Kalbar”, diterangkan bahwa Robo’-robo’ adalah acara napak tilas atau untuk mengenang kembali kedatangan Opu Daeng Manambon.
Bergelar Pangeran Mas Surya Negara dari Kerajaan Matan di Kabupaten Ketapang ke Kerajaan Mempawah di Kabupaten Mempawah pada tahun 1448 H/1737M.
Dikisahkan, ketika Opu Daeng Manambon dan Putri Kesumba datang ke Mempawah tahun 1148 Hijriah atau 1737 Masehi untuk menerima tampuk pewaris Kerajaan Bengkule Rajangk.
Opu Daeng Manambon dan Putri Kesumba berlayar bersama 40 rombongan perahu dari Ketapang ke Kuala Mempawah.
Ketika Opu Daeng Manambon tiba di Kuala Mempawah, seluruh masyarakat menyambut gembira. Bahkan sampai dipasang kain warna warni di setiap rumah penduduk.
Merasa bahagia dengan penyambutan masyarakat Kuala Mempawah, akhirnya Opu Daeng Manambon membagikan seluruh bekal makanannya kepada warga.
Opu Daeng Manambon turun ke pinggiran sungai kemudian mengumandangkan azan lalu memanjaatkan doa pada Allah SWT, Tuhan YME agar diberikan keselamatan.

Selanjutnya, seluruh masyarakat Kuala Mempawah yang menyambut kedatangan Opu Daeng Manambon dan seluruh pengiring raja lantas bersantap bersama dengan sang raja.
Berdasar dari kisah tersebut, masyarakat Ketapang yang secara historis memiliki kerajaan Matan juga melakukan hal yang sama.
Acara Robo’-robo’ selalu diselenggarakan oleh masyarakat Ketapang pada setiap hari Rabu terakhir di bulan Safar, dengan spirit yang sama yaitu napak tilas sejarah dan juga menjalin silaturahmi dengan cara saling berbagi makanan.
Sampai hari ini, masyarakat Kalimantan Barat khususnya Kabupaten Ketapang tetap melestarikan tradisi Robo’-robo’. Bahka mendapat dukungan penuh dari Pemerintah.
Tepat pada Rabu (06/10/2021), atas nama Permerintah Ketapang, Wakil Bupati H Farhan turut hadir dalam kegiatan gelar budaya Robo-robo’ tingkat kelurahan.
Kelurahan penyelenggara gelaran tersebut adalah Kelurahan Kauman Kecamatan Benua Kayong, bertempat di Penambang Lama Kauman Ketapang (tepi sungai).
Pada acara, Wabup tampak larut dalam suasana gembira sembari memberi apresiasi tinggi kepada masyarakat Ketapang khususnya masyarakat Kauman, terutama kepada panitia yang telah mempertahankan Budaya Robo’-robo’.
“Saya sangat senang dan bangga sekaligus mengapresiasi budaya robo-robo’ ini masih dilestarikan di Kauman. Apalagi kita dengar tadi dari panitia bahwa Kelurahan Kauman sudah 4 tahun berturut menyelenggarakannya,” ujar Farhan
Ke depan, di berjanji akan menjadikan Kauman sebagai sentral Kegiatan budaya Robo-Robo’ Kabupaten Ketapang yang diharapkan dapat menjadi magnet untuk destinasi wisata budaya.
“Saya harap kedepannya di Kauman ini lah yang menjadi sentral budaya Robo’-Robo’ di Kabupaten Ketapang. Sedangkan di lain tempat tetap melaksanakan seperti biasanya,” tambah dia. (lim)





Discussion about this post