JURNALIS.co.id – Kabupaten Sanggau mengalami surplus beras. Sehingga ketersediaan beras di kabupaten dipimpin Bupati Paolus Hadi ini masih aman, bahkan untuk tiga bulan ke depan.
“Dari data kami pekan kedua Maret, beras kita surplus, jagung kita juga surplus, baik persediaan di gudang, di pasar, dan di masyarakat. Beras ini masih 3604 ton. Sementara kebutuhan kita 953 ton. Artinya masih cukup untuk tiga bulan ke dapan. Kemudian jagung. Kebutuhan kita enam ton, stok masih tujuh ton. Artinya masih ada untuk satu bulan kedepan,” terang Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perikanan (DKPTPHP) Kabupaten Sanggau, Kubin, Selasa (23/03/2022).
Data dibuat mingguan secara aplikasi ini juga dapat dipantau Kementerian Pertanian.
Untuk beras, kata dia, kalaupun terjadi jual-beli dari Pontianak ke Sanggau adalah hal biasa. Dimana harga menarik penjual, akan dibawa ke tempat yang lebih untung.
“Sehingga sirkulasi itu tadi, seolah-olah dari Sanggau diangkut ke Pontianak, dari Pontianak balik lagi ke Sanggau. Distribusi pangan dari skala jual-beli. Baru berikut kekurangan beras kita, masih didatangkan dari Singkawang, Sambas,” katanya.
Jika terjadi kekurangan beras di pasaran hal itu lebih disebabkan petani yang enggan menjual beras dan lebih memilih menahanya di lumbung mereka.
“Sehingga tidak tersebar di pasar. Persediaan beras di Bulog juga masih aman-aman saja,” ujarnya.
Berbeda dengan beras dan jagung, Kubin mengaku Kabupaten Sanggau defisit bawang merah, putih, cabai besar, cabai rawit, daging sapi, ayam dan telur, gula pasir dan minyak goreng. Tapi tidak terlalu jauh. Bawang putih defisit 3 ton, bawang mereah 6 ton.
“Defisit dalam pengertian dari kebutuhan seharusnya di Sanggau. ini dari data kami. Tapi kadang juga di kampung-kampung, di desa-desa, masih ada persedian mereka di toko-toko ataupun di warung-warung atau di rumah, itu tidak terdata di kita. Paling tidak data kami ini sebagai pembanding ada sirkulasi yang konstan dan stabil sehingga ketersediaan di pasar cukup. Sehingga masyarakat bisa cepat mudah mendapatkan komoditi itu,” bebernya.
Kubin mengatakan untuk bawang merah dan bawang putih didatangkan dari luar Sanggau. Sedangakan cabai merah, cabai rawit, sebagian dari Sanggau sebagian dari luar.
“Dari skala profitable, untung tidak untung, justeru pedagang ini akan mendapatkan marjin keuntungan ketika membawa barang dari luar dan dibawa ke Sanggau. Itu akan dialami oleh para petani kita, bahwa ketika menjual dengan harga yang sama dari luar, justeru mereka rugi. Karena biaya produksi di kita relatif tinggi,” jelasnya.
Untuk cabai rawit, lanjut Kubin, masih ada petani di Menyabo, Tayan Hulu. Merekalah justeru yang menghimpun dan mengisi di Pasar Flamboyan Pontianak.
“Tapi ketika produksi kita di sini (Sanggau) kurang, karena cabainya belum berbuah, mereka datangkan dari Flamboyan juga. Ini sirkulasi pasar,” pungkas Kubin. (DD)
Discussion about this post