JURNALIS.co.id – Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan didampingi Bunda PAUD Rosalina Muda membuka kegiatan Lomba Baca Puisi Berpasangan bertema ‘Di Bawah Payung Keberagaman’, Sabtu (11/03/2023). Kegiatan digelar oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Kubu Raya, di Aula Praja Utama Kantor Bupati Kubu Raya.
Peserta Lomba Baca Puisi Berpasangan membacakan puisi dengan judul ‘Pemuda Perekat Pemersatu Bangsa’ karya Muda Mahendrawan. Dalam sambutannya Bupati Muda mengapresiasi kegiatan ini.
“Saya berterima kasih atas inisiatif dan semangat PGRI Kubu Raya. Kita lihat, belakangan ini sudah tidak ada lagi lomba-lomba membaca puisi apalagi berpasangan, ini tentu inovasi yang sangat luar biasa,” kata Bupati Muda.
Bupati Muda menceritakan, ia menulis puisi ini dengan imajinasi ketika momentum pada tanggal 28 Oktober lalu. Di mana saat itu dilaksanakan Upacara Hari Sumpah Pemuda, kemudian dilanjutkan dengan konser Pesan Mendunia.
“Ketika itulah puisi ini lahir, sekaligus menjadi upaya menyentakkan kesadaran pemuda pada hari ini, yang dihadapkan dengan tantangan yang tidak ringan,” kata Bupati Muda.
Puisi Pemuda Perekat Pemersatu Bangsa ini kata Bupati Muda sudah merangkum sekaligus mengingatkan, serta memperkuat tekat dan menggambarkan momentum para pemuda yang bangkit.
“Dari puisi ini menggambarkan bagaimana perjalanan dari penjajahan, kebangkitan, persatuan kemerdekaan dan seterusnya hingga sampai pada hari ini,” kata Bupati Muda.
Substansi dari puisi ini lanjut Bupati Muda adalah dampak dari suatu karya, karena jika suatu karya semakin berdampak, maka literasi itu akan membuka pikiran dan mengingatkan.
“Minimal menancapkan dan menyentakkan kesadaran, sebab kita melihat, mengamati dan merasakan, betapa kemajuan informasi teknologi akan menggerus karakter-karakter unggul yang sejatinya sudah terbangun,” kata Bupati Muda.
Melalui puisi ini, kata Bupati Muda, generasi muda saat ini harus mengingatkan, kita hidup sudah di era yang berbeda, tapi jangan sampai justru kontra atau anomali dengan kondisi yang ada.
“Semangat dari puisi ini adalah semangat menyelamatkan, semangat untuk membentengi, semangat untuk mengingatkan semua, bahwa kita tetap harus menjadi bangsa yang berpikir besar, sebagaimana pemuda kala itu, yang sudah diakui dan mampu menembus zaman cara berpikirnya,” tegas Bupati Muda. (m@nk)
Discussion about this post