Oleh: Rosadi Jamani
BAGI yang antiaseng, tak usah baca tulisan ini, soalnya cerita kerja sama Indonesia dan China. Presiden Jokowi masih berada di China saat ini. Bertemu Presiden China, Xi Jinping.
Dua kepala negara ini bertemu tentu membicarakan kerja sama. Bukan ngerumpi kayak mak-mak ketemu mamang sayur. Ngerumpi tentang ekonomi global pula, hehehe.
Apa hasilnya Pakde ketemu pemimpin komunis itu, Bang. Jangan-jangan nak nambah hutang lagi?
Jangan suuzon gitu. Ente ni, lamis benar mulutnya. China memang negara komunis. Soal ideologi urusan badan yang ngurus Pancasila yang jawabnya.
Ini soal kerja sama yang saling menguntungkan. Ingat saling menguntungkan. Bukan macam Timses ya, ia sukses duluan.
Maaf ye, Bang. Soalnye budak kalau dah dengar China itu, kalau tak komunis, ya hutang. Jadi ana pun ikut kebawa. Terus apa hasilnya, Bang?
Hasilnya, negara kita tercinta lewat Pakde minta China membuka akses pasar lebih besar komoditas kita. Macam sawit, andalan kita ni bosku. Dibuka lebih lebar lagi agar petani dan perusahaan sawit bisa senang. Sebab, China itu pasar besar dan luas.
Mau cari negara potensial mana tempat pemasaran selain China. Ke Eropa? Boro-boro mau, malah mau dilarangnya dengan sederet persyaratan.
Kerja sama dengan China pasti menguntungkan. Kalau merugikan, untuk apa jauh-jauh Pakde ke sana. Komoditas lain juga demikian.
Terus apalagi hasil lainnya, Bang? Soalnya Pakde bawa rombongan besar. Ada Pak Luhut pula yang rumornya mau mengkudeta Airlangga. Ente ni, Pak Luhut dan Airlangga pula disinggungnya. Itu urusan internal Golkar. Tak ada kaitannya kerja sama dengan China.
Secara garis besar kerja sama meliputi penguatan perdagangan, investasi, kesehatan, pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), hingga kerja sama riset serta teknologi. Sarang burung walet juga dibicarakan. Wah, kalau di Kalbar, yang nama sarang burung walet sudah kayak apartemen di Jakarta. Coba ente ke Teluk Pakedai, dah mirip perkampungan walet.
Yang paling demen abang soal proyek pembangunan IKN. China siap investasi di tanah Kalimantan. Sebagai budak Kalimantan, bangga dong. Kecuali yang tak setuju ibukota pindah.
Pembangunan IKN sudah berjalan 30 persen. Istana negara sudah terlihat empat lantai. Selubung sayap Garuda sedang dikebut Nyoman Nuarta.
Target 17 Agustus 2024, rezim Jokowi mau gelar upacara di depan istana baru, sepertinya tercapai. Bahkan, Menteri Basuki menteri pertama jadi penghuni IKN disusul Airlangga.
Tapi, Bang, kalau China mau investasi, kita ngutang lagi dong?
Logika sederhana ngutang. Ente mau beli Innova Reborn secara kredit di Anzone. Ente baru pertama ngajukan kredit. Pihak Anzone pasti periksa dulu, berapa gaji, apa pekerjaan, punya catatan jeleknya ndak di bank, dan kira-kira bisa bayar ndak. Bila lolos verifikasi, bawa tu Innova.
Artinya, tukang kredit ok, bila yang mau kredit mampu bayar. Indonesia juga begitu di mata China, pasti mampu bayar.
Lagian, coba ente cek negara pengutang terbesar di dunia, tak ada Indonesia tu. Kemudian, untuk ngutang sudah ada ketentuan, tak boleh melebihi kemampuan bayar dan harus disetujui Dewan dulu. Paham ndak ente ni…!
Paham ana, Bang. Memang di negara maju pasti banyak hutang. Macam Amerika dan Jepang itu, hutangnya melonggok (banyak, dalam bahasa Melayu Pontianak). Hutangnya tinggi, tapi sesuai dengan hasilnya. Bukan begitu, Bang?
Pintar ente, tak sia-sia selalu ngopi dengan abang. Hutang dibolehkan dalam bernegara sepanjang untuk pembangunan. Menjadi masalah, hutang tinggi, korupsi tinggi.
Capek-capek dapat hutang sampai ke China, di dalam negeri malah digarong pejabat serakah. Ini yang patut berantas. Penghianat rakyat. Turutkan emosi, dibuang ke laut biar dimakan hiu sekalian. Geram dah…! Makanya musuh utama pembangunan itu, korupsi. Bukan yang demo-demo itu. Ayo lawan korupsi!
Negara kita tinggal selangkah menjadi negara maju. Banyak kekurangan, iya. Tapi, jangan nafikan juga kemajuannya.
Bila hidup ente susah, jangan salahkan Jokowi, coba introspeksi. Jangan-jangan suka milih kerja, atau pengangguran menunggu nasbung.
Mau hidup senang, kerja kawan, jangan malas dan suka berpangku tangan. Hidup susah jangan pula iri dengan keturunan China. Mereka kaya karena dari kecil diajarkan kerja keras, dagang.
Udah, Bang. Jangan ngomong China lagi. Nanti, banyak yang marah.
Baiklah. Ente memang kawan ngopi yang asyik. Ngopi di warkop orang China pula. Esok kita ngopi lagi ngobrol topik hot lainnya. (*)
*Penulis: Ketua PW Persatuan Penulis Indonesia (Satupena) Kalbar
Discussion about this post