JURNALIS.co.id – Peringatan HUT ke-78 Republik Indonesia, Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan berpesan dengan semua masyarakat, agar kemerdekaan ini tetap dirawat, dijaga dan diperkuat. Terutama membawa pesan-pesan keberagaman, toleransi, solidaritas, kepedulian, dedikasi totalitas, kedamaian dan kebahagiaan.
“Itu harus dilakukan, tidak hanya banyak bicara, tapi lebih banyak berpikir bergerak meskipun dengan langkah kecil. Yang terpenting bisa melakukan dengan bersama-sama semuanya,” kata Muda usai menjadi inspektur upacara pengibaran bendera merah putih perayaan HUT ke-78 RI, Kamis (17/08/2023).
Muda menyampaikan di era digital, distraction dan mendunia ini, semua dituntut untuk berpikirnya lebih luas. Karena Indonesia dengan keberagamannya yang nyata ini perlu cara mengelola dan meramu semuanya, baik itu kebijakan maupun lain sebagainya.
“Dengan langkah-langkah ini bahwa keberagaman itu justru adalah kebahagiaan bukan ancaman, bukan juga keresahan, sehingga diperlukan untuk melakukan hal-hal action,” ungkapnya.
Ia menyatakan di semua penjuru dengan era media sosial dan dunia ini, informasi dan sirkulasi tuntutan dan sebagainya, perlu gerakan yang lebih cepat, efektif, tepat, dan terukur.
“Jadi tidak bisa serampangan, tidak mubazir, tidak bisa kita yang sifatnya halnya mohon maaf kamuflase, tapi harus benar-benar real, sehingga segala sesuatu yang dikerjakan semua termasuk Pemerintah Daerah dikerjakan dengan amanah dan tanggungjawab,” ujarnya.
Apalagi, lanjut Muda, diberi amanah kewenangan untuk mengelola kebijakan, mengelola masyarakat dalam konteks, terutama mengelola anggaran yang sumber anggaran itu dari rakyat, baik dari pajak maupun dari sektor lainnya.
“Kita harus menyadari bahwa yang dikelola itu harus benar-benar efektif, amanah dan tepat, ada dampak terukur, bukan sekedar hanya mubazir atau hanya hal-hal yang kemudian tidak berdampak langsung kepada pengangguran, tidak berdampak langsung kepada masalah kemiskinan dan itu dapat dilihat pada hal-hal yang simbolik,” ungkapnya.
Dia mengingatkan jangan membangun hal-hal yang simbolik dan memperkuat dengan yang real yang, substantif yang dirasakan langsung oleh rakyat.
“Semua bisa tahu, apakah kita bangun ini secara fisik atau benar-benar dirasakan oleh rakyat banyak atau hanya elit-elit, atau hanya untuk kamuflase atau simbol-simbol di belakang,” katanya.
Muda menambahkan, pihaknya harus melihat bahwasanya Kubu Raya mengutamakan hal-hal yang lebih langsung mengarah kepada masyarakat dan bahkan hal-hal yang penting tidak terbangun. Misalnya beberapa fasilitas gedung masih tunda semuanya, karena mau mengalah pada Masyarakat. Termasuk gedung DPRD, termasuk kantor-kantor lain.
“Semua harus mengalah dengan masyarakat. Kita utamakan dulu kepentingan hajat hidup orang banyak, sehingga kesehatan dasar, pendidikan, ekonomi rakyat juga infrastruktur dasar yang ada di seluruh penjuru desa yang harus diperhatikan,” ujarnya.
“Kita harus punya kinerja, bagaimana amanah ini apapun namanya, kita ngomong anggaran itu tidak boleh sifatnya besar. Kalau silpa-nya besar artinya kita gagal, tidak ada alasan yang nama silpa itu sebuah kegagalan. Kalau besar artinya enggak pakai ada alasan, karena di situ berarti perencanaan tidak tepat,” timpal Muda.
Dia menambahkan dengan hal tersebut tidak bisa menyalakan siapa-siapa, tidak bisa menyalakan SKPD, tidak bisa menyalakan dinas.
“Semua itu adalah tanggung jawab kita dan kita harus gentlemen untuk melihat dan di sinilah bahwa kita melihat harus ada perencanaan,” pungkas Muda. (sym)
Discussion about this post