JURNALIS.CO.ID – Pasangan Alexander Wilyo-Jamhuri Amir baru saja mendeklarasikan diri maju di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Ketapang. Tepat 29 Agustus 2024, keduanya resmi mendaftar sebagai peserta pilkada ke Komisi Pemilihan Umum.
Otomatis, kedua tokoh ini harus rela kehilangan jabatan yang mereka emban. Alex meninggalkan jabatan sekda, sedangkan Jamhuri kehilangan Jabatan anggota DPRD provinsi yang sebentar lagi bakal dilantik.
Sebagian pihak menilai, keputusan mereka maju di pilkada adalah pilihan keliru. Sebab dua jabatan tersebut didambakan banyak orang, terlebih mencapainya perlu proses panjang.
Jabatan sekda bagi para ASN adalah mimpi besar. Begitupun anggota DPRD kabupaten/provinsi. Tidak sedikit orang rela habis-habisan untuk meraih kursi yang periodenya hanya lima tahun tersebut.
Mungkin, cara berpikir sebagian orang tentang majunya Alex-Jamhuri di pilkada dengan melepas jabatan adalah benar. Tapi, tampaknya Alex dan Jamhuri memiliki pemikiran dan cara pandang berbeda.
Mereka justru mengambil sikap di luar nalar. Energi Baru, Semangat Baru untuk Ketapang Maju berani digaungkan. Spekulasi menukar jabatan dengan kepentingan rakyat yang lebih besar jadi keputusan.
Bagi Alex, dirinya rela mengorbankan jabatan Sekretaris Daerah Ketapang yang sudah tiga tahun dijalani. Langkah demikian dilakukan demi menjawab keinginan masyarakat yang menginginkan ia maju di pilkada.
“Merelakan diri saya. Mengorbankan dan meletakan jabatan saya. Karena saya ingin kita sama-sama berjuang demi terwujudnya Ketapang baru, maju, lebih baik dan lebih sejahtera,” ungkap Alex saat berorasi politik, Kamis (29/08/2024) malam.
Pria kelahiran 1979 ini menyebut, keinginannya maju bukan karena ambisi pribadi. Melainkan melihat kehendak dan harapan masyarakat yang mendambakan Ketapang menjadi lebih baik. Tidak kalah penting adalah kuasa tuhan.
“Saya bukan orang partai. Kalaupun bisa pakai ongkos, saya tidak punya uang banyak. Di menit akhir, memang ada kuasa Tuhan. Dimulai dari keputusan MK. Kedua, restu Pak Oso, dan kemarin sore ditelepon Pak Boyman, bahwa PAN mendukung sepenuhnya,” ungkap Alex saat Deklarasi.
Potensi SDA Ketapang luar biasa dan sangat melimpah, namun belum dapat dimaksimalkan untuk kemajuan masyarakat, juga menjadi faktor pendorong maju di pilkada.
“Saya sudah banyak keliling di pelosok, kampung. Saya tahu apa yang jadi persoalan. Saya melihat dan merasakan langsung. Inilah yang mendorong dan mengetuk hati saya dengan menukar jabatan saya,” tuturnya.
Maju sebagai calon bupati dengan menukar jabatan, menurutnya bukanlah soal mengejar kekuasaan tertinggi level Daerah. Meletakkan jabatan untuk kepentingan masyarakat Ketapang lebih besar jauh lebih terhormat nilainya.
“Ini bukan soal kekuasan. Jabatan sekda pun sebenarnya cukup, dan karir saya di ASN masih panjang. Tapi mengapa berani meninggalkan itu, saya ingin berbuat lebih besar. Jika diamanahkan menjadi bupati, saya akan jawab itu semua,” tuturnya.
Demikian pun dengan Jamhuri Amir. Jabatan lima tahun ke depan yang bakal ia jalani di DPRD Provinsi Kalbar batal dinikmati. Jamhuri lebih memilih menjadi calon wakil bupati yang masih berjuang memperolehnya.
“Kalau bicara cukup, saya bakal menikmati gaji puluhan juta di DPRD Provinsi, itu dipastikan cukup bagi keluarga. Persoalannya bukan itu, mendahulukan kepentingan orang demi kepentingan pribadi, saya kira jabatan bukanlah tukaran,” bebernya.
Politikus kawakan Ketapang ini menilai, untuk berbuat lebih besar terhadap daerah harus berani berkorban, termasuk mengorbankan jabatan. Dia berprinsip langkah yang diambil sekarang merupakan pilihan.
“Yang jelas, saya dengan Pak Alex sangat tahu seluk-beluk kondisi Ketapang hari ini. Sehingga kami juga tahu harus memulai dari mana membenahinya. Kami mohon doa dan dukungan masyarakat dalam ikhtiar membangun Ketapang lebih baik,” timpalnya.
Diketahui, pasangan Alex – Jamhuri diusung empat Partai Politik (Parpol). Yakni Partai Hanura, PAN, Perindo dan PSI. Ditambah satu Parpol pendukung yaitu Gelora. (lim)
Discussion about this post