
JURNALIS.CO.ID — Program TMMD ke-124 Kodim 0824/Jember Tahun 2025 di Desa Plalangan membangkitkan harapan Ustadz Jazuli.
Asa yang sempat terpendam selama bertahun-tahun kini muncul kembali berkat kegiatan fisik TMMD yang ditempatkan di yayasan yang diasuhnya.
Sejak awal, Ustadz Jazuli tidak menyangka tempatnya mengajar agama akan menjadi sasaran kegiatan fisik TNI.

Tidak hanya satu, tapi dua proyek sekaligus, pembangunan MCK dan sumur bor. Lokasinya pun bukan di pinggir jalan, melainkan melewati permukiman warga, tersembunyi di balik bukit kecil di Dusun Jambuan, Desa Plalangan.
Di sana hanya ada mushola kecil, rumah tinggal ustadz, dan beberapa kamar tidur, yang dulunya digunakan para santri. Selama TMMD berlangsung, beberapa personel TNI juga tinggal di sana.
Jazuli bercerita kepada awak media. Ia adalah santri asal Kabupaten Bangkalan yang pernah belajar di Pondok Pesantren Darul Ulum, Banyuanyar, Kabupaten Pamekasan.
Setelah lama belajar, ia diberi tugas oleh pengasuh pondok untuk mengajar. Pertama, ia dikirim kembali ke kampung halamannya di Bangkalan.

Setelah itu, ia sempat mengajar di Pontianak, Kalimantan Barat, selama 1,5 tahun. Lalu, ia dipindahtugaskan ke Desa Sumberjeruk, Kecamatan Kalisat, di Pondok Pesantren Darul Ulum asuhan Kyai Haji Achmad Bahri Bakir. Di situlah ia bertemu dengan perempuan yang kini menjadi istrinya.
Setelah menikah, Jazuli pindah ke rumah istrinya dan membuka tempat mengaji untuk anak-anak sekitar, yang sekarang menjadi lokasi kegiatan fisik TMMD.
Pada awal tinggal di dusun itu pada 2009, Jazuli tidak langsung mengaku sebagai ustadz, melainkan sebagai wirausaha.
Namun, jati dirinya akhirnya diketahui warga, dan ia pun mulai mengurangi aktivitas bisnis untuk lebih fokus mengajar.

Tahun 2015, ia mulai menerima santri untuk dibina. Jumlahnya terus bertambah, bahkan pernah mencapai 50 santri.
Warga sekitar banyak yang membantu pembangunan di yayasan, dan Jazuli juga menjalin kerja sama dengan Yayasan IBU (Islam Bustanul Ulum) yang memiliki sekolah dari tingkat SD hingga SMA dan SMK.
Namun, sebuah peristiwa tragis mengguncang mimpinya. Pada 2023, salah satu santrinya meninggal dunia karena digigit ular.
Peristiwa itu membuat Jazuli stres, hingga memutuskan untuk memulangkan semua santrinya ke orang tua masing-masing.
Dua tahun berlalu, Jazuli mendapatkan berkah melalui TMMD tahun ini. Tak disangka, ia dihubungi Kepala Desa Sofyan Zulkarnain, yang memberitahukan bahwa Yayasan Al-Jazuli terpilih menjadi lokasi kegiatan fisik TMMD berupa pembangunan MCK dan sumur bor lengkap dengan tandon air.
“Alhamdulillah, ini baru mau bangkit lagi, bareng dengan bantuan dengan TMMD ini,” ungkap Ustadz Jazuli, Kamis (29/5/2025).
Ia pun bersemangat membantu pengerjaan sehingga MCK dan sumur bor beserta tandon air di yayasannya selesai lebih awal dibandingkan empat titik lainnya.
Saat ini, ustadz asal Bangkalan itu mengajar di PAUD Al Qur’an di yayasannya, yang juga menjadi tempat kegiatan TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) pada sore hari.
Jazuli masih menyimpan mimpi untuk mendirikan pondok pesantren lagi. “Gara-gara sumur bor ini saya tambah semangat. Insyaallah, mohon doanya, bimbingannya, toleransinya, tenggang rasanya dari semua pihak, kalau ada izin dari Allah Subhanallah Wataallah, ke depan akan saya rintis pesantren lagi,” katanya.
Sebagai informasi tambahan, keluarganya pernah mencoba membuat sumur gali di berbagai sudut halaman, namun selalu gagal.
Hanya satu sumur yang berhasil dengan kedalaman lebih dari 35 meter. Memang, wilayah Desa Plalangan yang berada di dataran tinggi dengan banyak bukit membuat sulitnya akses air bersih dari sumur gali. (Sgt)
Discussion about this post