– Merespon kebutuhan masyarakat akan ketersediaan gas, Pemerintah Kabupaten Kubu Raya mulai mengembangkan teknologi tepat guna berbasis potensi lokal desa. Teknologi itu yakni pengolahan sampah berupa pemanfaatan limbah organik sebagai bahan bakar biogas. Selain itu, juga dikembangkan pupuk organik dan pemanfaatan limbah plastik untuk mengurangi pencemaran lingkungan.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kubu Raya, Jakariansyah, mengatakan sejumlah terobosan dibutuhkan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya terkait dengan kebutuhan gas yang masih menjadi masalah di sejumlah wilayah di Kubu Raya.
“Gas ini sekarang merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat. Kalau dulu masyarakat di perdesaan masih menggunakan kayu bakar, tapi sekarang kondisi hutan kita sudah banyak yang hilang. Sehingga ini menimbulkan kecemasan di masyarakat. Kalau cemas, kebahagiaan pun hilang,” tuturnya pada kegiatan Bimbingan Teknis Pengembangan dan Penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) Berbasis Potensi Lokal Desa di Aula Bank Kalbar Kubu Raya, Senin (21/09/2020).
Jakariansyah mengatakan kegiatan bimtek merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan lomba teknologi tepat guna yang digelar tahun lalu. Menurutnya, lomba saat itu sukses menghasilkan teknologi terapan yang baik.
“Artinya, sekarang ini kita tindak lanjuti persoalan itu dengan mengundang narasumber dari pemerintah provinsi dan secara teknis narasumber ahli dari Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak,” ujarnya.
Ia mengatakan Pemerintah Kabupaten Kubu Raya memerlukan sinergi dengan sejumlah pihak terkait. Sebab pemerintah kabupaten tidak ingin teknologi tepat guna hanya berhenti pada workshop atau bimbingan teknis. Pihaknya berkomitmen agar teknologi tepat guna dapat sampai kepada masyarakat.
“Meminjam istilah pak bupati, kita ingin agar teknologi ini benar-benar ‘mendarat’ pada tujuan. Karena itu, sekretaris desa meski belum semua, kita undang. Juga pengelola Badan Usaha Milik Desa diundang. Kenapa? Supaya nanti diharapkan bisa merencanakan di dalam APBDes dengan draf yang sudah diperhitungkan,” jelasnya.
Terkait hal itu, dirinya meminta masukan dari tim teknis Universitas Tanjungpura mengenai estimasi biaya dan komponen yang diperlukan. Adapun Bumdes diharapkan dapat merencanakan wilayah atau tempat untuk pelaksanaan kegiatan penerapan teknologi tepat guna.
“Bila perlu, nanti pada tahun 2021 kita hadir di rumah penduduk yang telah menggunakan gas dari hasil pengolahan sampah. Kita cicipi masakannya, apakah rasa sampah atau tidak. Kenapa? Karena gas ini merupakan hal yang pokok. Kalau terlambat dalam distribusi, maka rumah tangga-rumah tangga yang ada akan mengalami masalah. Dan itu merupakan bagian juga daripada masalah sosial,” terangnya.
Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan mengapresiasi penerapan teknologi tepat guna pengolahan sampah menjadi gas. Ia menyebut hal itu sebagai langkah kreatif yang solutif. Terlebih di saat krisis akibat pandemi Covid-19 saat ini. Di mana juga sangat dibutuhkan penciptaan peluang kerja bagi generasi muda.
“Hari ini kita dihadapkan dengan situasi yang justru membutuhkan tangan-tangan dan pemikiran kreatif. Sampah yang dianggap sesuatu yang tidak produktif, bisa menjadi bernilai buat kemanfaatan,” sebutnya.
Muda mengatakan pentingnya membangun pola pikir yang tepat agar sampah bisa bermanfaat. Karena itu, bimbingan teknis pengembangan teknologi tepat guna menjadi upaya curah gagasan supaya sampah dapat dilihat dengan konteks yang positif. Yaitu sebagai proses sirkulasi ulang demi sebuah pemanfaatan.
“Hasil sampah di Kubu Raya ini luar biasa. Dan yang sekarang kita kejar adalah peningkatan nilainya. Setidaknya dalam kebijakan pemerintah kabupaten itu ada hal-hal yang bisa dikawal. Kalau pengolahan sampah bisa jadi biogas dan produk-produk lain, artinya tinggal peningkatan produknya saja,” tuturnya.
Ia menambahkan, teknologi tepat guna pengolahan sampah sekaligus menjadi upaya pelestarian lingkungan. Yaitu keamanan dari keberadaan sampah dengan segala dampaknya. Prinsipnya, memaksimalkan zero waste atau ‘bebas sampah’.
“Semua itu bisa kita olah sehingga memaksimalkan yang sudah terbuang. Bahan-bahan plastik misalnya, ini salah satu yang terbesar diproduksi dan dijadikan sampah oleh manusia. Nah, di sini kita juga punya misi menyelamatkan dunia,” ucapnya.
Lebih jauh Muda menilai keterlibatan Badan Usaha Milik Desa dalam penerapan teknologi tepat guna juga sangat strategis untuk mengurangi pengangguran. Di mana generasi muda usia kerja di desa-desa akan bisa diberdayakan. Pengolahan sampah dengan peran serta kaum muda di desa, pada gilirannya akan berdampak positif pada peningkatan pembangunan desa. Termasuk menjadikan desa-desa semakin menarik tanpa kehadiran sampah. Hal itu, menurutnya, juga menjadi bagian dari upaya menjaga dan menata lingkungan menjadi lebih baik.
“Sekarang semuanya berlomba mempercantik desa. Kalau desa bersih dan menarik, orang juga senang. Ini salah satu semangat untuk memperkuat wisata-wisata desa kita. Jadi semangat kita adalah juga semangat untuk menata agar desa lebih cantik dan asri selain tentu saja mengurangi pengangguran,” jelasnya.
Selain pemanfaatan limbah organik untuk bahan bakar biogas, Muda Mahendrawan juga mengapresiasi teknologi pemanfaatan limbah plastik untuk bahan paving block. Hasil dari teknologi yang bisa mengurangi pencemaran lingkungan ini dinilainya sangat penting untuk menggerakkan perekonomian desa.
“Daripada beli sama pengusaha yang sudah besar, ya kita belikan kepada produk masyarakat. Jadi dana itu larinya ke masyarakat,” katanya.
Kegiatan bimtek teknologi tepat guna dirangkaikan dengan rencana kerja tindak lanjut dalam dokumen perencanaan desa. (Sym)
Discussion about this post