– Warga Kabupaten Kapuas Hulu mengeluhkan pelayanan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang ada. Sebab, diduga lebih mengutamakan pengisian kepada konsumen yang membeli menggunakan drum dan jeriken. Sehingga membuat BBM sering mengalami kekosongan.
“SPBU lebih senang melayani pelanggan pakai drum. Karena ada perbedaan harga antara pelanggan biasa. Makanya minyak sering kosong,” kata Isodorus, warga Kapuas Hulu, Senin (13/09/2021).
Isodorus mengatakan, kondisi pelayanan buruk SPBU di Kapuas Hulu ini sudah cukup lama. Sehingga membuat warga merasa kesal.
“SPBU Kapuas Hulu ini nakal dan harus dicabut izinnya biar mereka bisa tertib untuk ke depannya,” ujarnya.
Sebagai masyarakat Kapuas Hulu, Isodorus sangat berharap kepada SPBU di Bumi Uncak Kapuas untuk memperbaiki pelayananya sesuai aturan yang ada. SPBU jangan terlalu mengutamakan pengisian drum.
“Cukup saja melayani tangki kendaraan yang ada. Karena saya merasa kasihan dengan orang yang datang dari jauh,” ucapnya.
Isodorus mengatakan SPBU di Kapuas Hulu beroperasi tidak lama. Terkadang tutup awal dengan alasan minyak habis.
“Antrean masyarakat tidak pernah sampai 200 meter. Tapi drum dan jerigen itu paling banyak. Makanya minyak 8000 liter tidak sampai dua hari,” ungkapnya.
Warga Kapuas Hulu lainnya, Heny Sudayat mengatakan, pelayanan SPBU terhadap masyarakat sangat buruk. Setiap minyak yang datang, 70 persen dijual dengan harga non subsidi ke pedagang hingga sakitnya masyarakat harus membeli ke kios dengan harga yang sangat tinggi yakni Rp10 ribu per liter. Kondisi seperti ini pun sudah lama dialami masyarakat.
“Begitu juga dengan solar belum tentu sebulan sekali ada masuk ke SPBU di Kapuas Hulu ini, karena habis disetop ke proyek-proyek dengan harga yang sangat tinggi sekitar Rp9 ribu per liter. Jadi bisa dibayangkan berapa besar keuntungan pemilik SPBU,” ujarnya.
Begitu juga dengan bensin, kata pria yang disapa Dayat ini, pihak SPBU banyak menjualnya kepada pembeli yang memakai drum dengan harga yang tinggi.
“Inilah yang membuat BBM di SPBU sering kehabisan dan kosong,” ucapnya.
Dayat mengharapkan agar Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu peduli terhadap masalah ini dan memanggil pemilik SPBU agar menyalurkan penjualan BBM ke masyarakat sesuai dengan aturan yang benar.
“SPBU harus transparan berapa sebenarnya kuota solar dan bensin untuk mereka dan diwajibkan untuk pasang papan nama seperti paket proyek. Supaya masyarakat tahu dan bisa ikut mengontrol. Harapan saya jika tidak bisa di arahkan oleh pemerintah ya harus di cabut izin operasionalnya,” jelasnya.
Sementara Edy, satu diantara Plt Camat di Kapuas Hulu mengatakan, SPBU terkesan banyak tidak beres, terutama terhadap stok BBM yang sering habis.
“Yang saya pantau SPBU banyak mengantrekan ke kios pengecer. Ke drum juga ada, sehingga untuk pembeli reguler selalu kosong,” ujarnya.
Edy mengatakan dirinya sendiri sudah beberapa kali kecewa, setiap mau membeli minyak SPBU selalu habis.
“Sementara minyak sudah berpindah ke kios-kios yang harganya sudah berubah,” kesalnya.
Sebagai Camat dirinya meminta agar pemerintah kabupaten dapat turun langsung memantau pelayanan di SPBU.
“Karena masyarakat banyak mengeluh minyak selalu kosong,” demikian Edy. (opik)
Discussion about this post