JURNALIS.co.id – Pemerintah Kabupaten Kubu Raya melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) bekerjasama dengan USAID ERA gelar lokakarya Pemetaan Masalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), Senin (17/01/2023) di Qubu Resort. Kegiatan ini dalam rangka menekan AKI dan AKB di Kubu Raya.
Kegiatan tersebut diikuti sebanyak 98 peserta. Terdiri dari OPD, kepolisian, Rumah Sakit, Camat dan Kepala Desa, akademisi, tim penggerak PKK, GOW, dan ormas di Kubu Raya.
Sekretaris Daerah Kubu Raya Yusran Anizam mengatakan masalah pelayanan kesehatan merupakan urusan wajib mandatory yang harus dijalankan. Jajaran pemerintah baik tingkat kabupaten, kecamatan, desa dan semua stakeholder organisasi perempuan menyelenggarakan urusan kenegaraan yang menjadi tanggungjawab bersama.
“Bupati sangat konsen terkait pelayanan kesehatan. Sejak awal bupati buat kebijakan mendesentralisasikan pelayanan kesehatan tidak terpusat, tapi kejar bola. Jadi semangatnya untuk lebih cepat untuk memberikan pelayanan kesehatan,” kata Yusran usai membuka Lokakarya Pemetaan Masalah AKI dan AKB.
Dijelaskannya, secara persentase pertumbuhan jumlah penduduk, AKI dan AKB ini menurun dan kecil. Tapi kalau bisa zero AKI dan AKB.
“Melalui upaya, ikhtiar secara lebih maksimal lagi, harapan ini tidak mustahil. Tahun 2022 tinggal 10 kasus,” ujarnya.
Yusran menuturkan di Kubu Raya, Bupati selalu membuat kebijakan yang mengarahkan dan lebih cenderung mengutamakan proses preventif dibandingkan program-program bersifat kuratif. Hal tersebut membutuhkan strategi sendiri, sehingga nanti di lokakaryakan.
“Disitu akan muncul ide-ide untuk penguatan di program ini. Sebentar lagi ada musrenbang, semoga dapat rekomendasi untuk mengembangkan sektor ini,” harap Yusran.
Sebelumnya, Kepala Bappeda Kubu Raya Amini Mahros mengatakan, pelaksanaan kegiatan lokakarya Pemetaan Masalah AKI dan AKB merupakan kegiatan kepong bakol antara pemkab Kubu Raya Bappeda Litbang dengan Usaid Erat.
“Kegiatan ini tahun kedua untuk mendukung daerah meningkatkan akses masyarakat menurunkan angka AKI/AKB,” ucap saat memberikan kata sambutan Lokakarya Pemetaan Masalah AKI dan AKB.
Amini Maros menambahkan keberhasilan dalam upaya menurunkan angka tersebut dilihat dari IPM, salah satunya adalah dimensi umur panjang yang dapat dilihat dari umur hidup.
“AKI/AKB memiliki harapan besar dalam angka harapan hidup. Dalam 4 tahun terakhir jumlah AKI Kubu Raya sejak 2019-2022. Tahun 2021 menurun, namun bertambah di tahun 2022. Penyebab masih didominasi hipertensi. AKB didominasi asfiksia dan berat badan rendah,” ucapnya.
Dia menyatakan beberapa persoalan yang terjadi berkaitan dengan AKI dan AKB di Kubu Raya, diantaranya rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terkait dengan AKI/AKB, Sistem masih belum memadai.
“Tak hanya itu, terlalu tua, terlalu muda, terlalu dekat, terlalu banyak. Itu juga menjadi penyebab,” katanya.
Dari permasalahan tersebut, Pemkab Kubu Raya terus menyusun strategi, terutama peningkatan akses layanan, fasilitas Kesehatan, penanganan perawatan ibu dan bayi, esensial biaya, pemberdayaan masyarakat, pemberian buku KIA, kelas ibu hamil, bayi anak dan balita, posyandu, peran PKK dan program perencanaan kehamilan.
“Serta peningkatan tata kelola kebijakan preventif dan survey penguatan berbasis analisis data dan pemetaan regulasi. Dengan adanya kegiatan lokakarya ini, untuk mengidentifikasi permasalahan tingginya AKB dan AKI Kubu Raya serta merumuskan lokasi prioritas penurunan AKI dan AKB,” harapnya.
Hal yang sama diungkapkan Provincial Coordinator USAID ERAT kalbar Muhammad Bisri mengatakan, program ini fokus pada tata Kelola pemerintahan dan kebijakan public. Sejak September tahun 2020 dimulai dengan kegiatan stunting, geospasial, penguatan SP4N.
“Awal desember membantu proses disertifikasi anak tidak sekolah dan hari ini diskusi mengenai isu jumlah kasus AKI dan AKB di Kabupaten Kubu Raya,” katanya.
Dia menambahkan, hal tersebut sudah dilakukan dan sangat luar biasa juga sudah ada pengadaan USG di setiap puskesmas, penguatan kader dan lain sebagainya.
“Kalau dilihat kasus AKI seperti gergaji, 2019 ada 16 kasus, 2020 turun jadi 12 kasus, 2021 naik menjadi 26 dan 2022 turun 10. Dengan kegiatan ini, kita perlu refleksi apa yang kurang apa yang perlu dipertajam dan diperkuat,” katanya.
Muhammad menambahkan, Program erat ini dilakukan untuk pendampingan menuju zero AKB dan AKI. Maka akan ditentukan strategi apa yang tepat untuk di Kubu Raya.
“Karena dari harapan hidup di Kubu Raya terjadi peningkatan. Erat akan di Kubu Raya akan sampai di 2025 untuk mencapai Kubu Raya semakin menanjak. (m@nk)
Discussion about this post