JURNALIS.co.id – Calon Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) nomor urut 1, Sutarmidji mendorong para petani di Kabupaten Sambas membenahi tata kelola kegiatan pertanian mereka menjadi lebih baik. Hal tersebut dinilai sangat penting, mengingat Kabupaten Sambas merupakan salah satu daerah lumbung pangan Kalbar, khususnya penghasil padi atau beras.
Hal tersebut disampaikan Midji-sapaan karibnya saat menggelar kampanye dialogis di Kecamatan Salatiga, Kabupaten Sambas, Sabtu (26/10/2024) sore. Ia mengatakan jika hasil pertanian masyarakat hanya bisa mencapai 3,2 ton padi per hektare, maka hasilnya hanya akan balik modal. Perlu produktivitas yang lebih tinggi agar bisa untung.
“Masalahnya selama ini kita (petani) tidak pernah menghitung (keuntungan), di sawah setiap hari berladang, setiap hari upah (pekerja) tidak pernah dihitung. Misalnya panen 100 hari, kalau ngupah orang sehari Rp20 ribu, maka 100 hari menjadi Rp2 juta, itu biaya pengeluaran harus dihitung. Kalau kita selama ini tidak dihitung, hasil berapa pun Alhamdulillah, padahal sebenarnya itu rugi,” paparnya.
Makanya, lanjut dia, tata kelola kegiatan pertanian masyarakat harus diperbaiki. Semua harus diusahakan yang terbaik, agar hasilnya optimal. Seperti sawah-sawah di Kecamatan Salatiga yang ia lihat, ada yang kondisi irigasinya sudah kering. Yang seperti itu menurutnya jangan dibiarkan.
“Perlu mesin pompa irigasi, itu ada, harus diisi (irigasi), jangan berharap tadah hujan. Nanti itu kita benahi, karena Sambas ini sumber pangan Kalbar. Sambas ini berasnya kalau untuk orang Sambas lebih dari cukup, makanya daerah lain beli dengan Sambas,” terangnya.
Jika dirinya kembali mendapat amanah sebagai gubernur, di periode kedua nanti, Midji memastikan sektor pertanian akan dibenahi. Akan ada program-program yang mendukung peningkatan produktivitas pertanian khususnya padi, dan beras.
“Petani harus buat kelompok tani, berasnya yang lebih, dibuatkan merek sendiri (oleh) kelompok tani itu. Nanti dikemas bagus-bagus, lalu pasarkan melalui Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) misalnya, dan lain-lain, pasti bagus,” sarannya.
Apa yang disampaikannya itu, lanjut Midji merupakan bagian dari hilirisasi. Ia berharap masyarakat petani di Kabupaten Sambas bisa semakin melek dengan upaya-upaya hilirisasi, dan bisa semakin sejahtera.
“Kenapa presiden itu selalu bicara hilirisasi, yaitu bagaimana suatu produk memiliki nilai tambah, misalnya jeruk kecil, jeruk sambal itu, kalau jual begitu saja sekilo berapa? Ketika dimasukkan di botol sudah jadi jus, jadi berapa? Nilai tambahnya naik,” pungkasnya. (m@nk)
Discussion about this post