– Sebanyak 29 pelajar Temboro, Magetan di Kabupaten Ketapang hingga kini belum dilakukan rapid test. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang sampai saat ini juga belum mengambil langkah memutus mata rantai penyebaran Covid-19 pada klaster pelajar Magetan ini.
Diketahui, para pelajar tersebut sudah beberapa pekan pulang ke Ketapang di tengah pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu. Bahkan, tiga di antarannya dinyatakan positif Covid-19 berdasarkan swab yang diumumkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalbar pada 25 Mei 2020.
“Dari 93 yang sudah rapid test, ada tiga dinyatakan positif setelah hasil swab keluar. Sedangkan 29 lainnya belum melakukan rapid test,” kata Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Ketapang, Rustami, Selasa (26/5/2020).
Baca juga: 29 Pelajar Magetan di Ketapang Belum Rapid Test, Tersebar di Empat Kecamatan
Menurut Rustami, pihaknya telah meminta para pelajar serta keluarganya untuk bekerjasama agar melakukan rapid test di fasilitas kesehatan terdekat, termasuk memberikan edukasi dan pemahaman.
Namun, ia mengaku mereka tidak mengindahkan. Padahal saat ini banyak pelajar dari klaster Magetan yang hasil swabnya positif Covid-19.
“Sebab itu, jika tidak segera melakukan rapid test, maka kami Tim Gugus Tugas dibantu Polri dan TNI akan mengambil tindakan mendatangi rumah-rumah yang yang bersangkutan guna melakukan rapid test,” tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, 29 pelajar Temboro yang belum rapid test tersebar di empat kecamatan. Di antaranya Kecamatan Matan Hilir Selatan 4 orang, Benua Kayong 1 orang, Matan Hilir Utara 5 orang dan Sungai Melayu Rayak 19 orang.
Anggota DPRD Ketapang, Abdul Sani menilai Pemda terkesan lamban melakukan pemutusan mata rantai Covid-19, khususnya klaster pelajar Magetan. Terbukti masih adanya puluhan pelajar yang tidak di-rapid test.
“Informasinya masih ada 29 orang tidak mau di rapid test. Padahal dari 93 orang yang telah di rapid test, tiga orang dinyatakan positif,” ujar Abdul Sani.
Politis PPP ini berpendapat, dengan kondisi saat ini harusnya segala upaya memutus rantai dilakukan. Terlebih klaster pelajar Magetan terdapat kasus positif, belum lagi mereka telah pulang ke Ketapang satu bulan lalu.
Baca juga: Kasus Konfirmasi Positif Covid-19 di Ketapang Meningkat
Mestinya, lanjut dia, dengan jangka waktu mereka di Ketapang yang cukup lama, sudah selesai menjalani rapid test semua agar bisa dipisahkan. Sehingga hasil yang reaktif bisa diisolasi dan swab.
“Jika seperti ini, sudah berapa banyak mereka berkontak dengan masyarakat. Sedangkan 29 orang yang tidak mau di-rapid test itu belum diketahui apakah mereka positif atau negatif. Seandainya suatu saat diketahui positif, maka semakin sulit men-tracing pihak-pihak yang telah kontak dengan mereka, bersyukur kalau semua negatif,” terangnya.
Untuk itu, ia meminta Pemkab Ketapang melalui pihak terkait untuk tidak ragu-ragu melakukan langkah-langkah dan tindakan tegas. Kata dia, persoalan Covid-19 bukan hanya dihadapi Ketapang, tetapi juga dunia.
“Jangan buat kesan di mata masyarakat Pemda lamban memutus mata rantai dengan adanya pihak-pihak terindikasi namun tidak mau di rapid test. Apalagi dana penanganan Covid sangat besar, harusnya menjadi motivasi supaya penanganan sigap,” tuturnya.
“Apakah anggaran sudah disalurkan atau tidak, itu bukan jadi alasan. Sebab ini bicara soal kemanusiaan sesuai keahlian masing-masing,” timpal Anggota DPRD Dapil VI ini.
Sementara itu, Ketua Harian Gugus Tugas Covid-19 Ketapang, H Farhan mengaku akan membicarakan langkah-langkah yang akan diambil mengenenai klaster pelajar magetan pada besok, Rabu (27/5).
“Ini nanti akan kami bicarakan, insyaallah besok. Semua itu menjadi perhatian serius,” ucap Sekretaris Daerah Ketapang ini ketika dikonfirmasi Jurnalis.co.id melalui pesan Whatsapp, Selasa (26/5). (lim)
Discussion about this post