Atbah RS di Akhir Masa Jabatan Bupati (bagian 3)
Oleh: R. Rido Ibnu Syahrie
SIAPA yang berpeluang menang di Pilkada Sambas 2020? Pertanyaan lumrah ini kerap dikemukakan banyak orang pada umumnya yang ingin tahu tentang Pilkada dan sering menjadi bahan pembicaraan. Untuk menjawabnya memerlukan kajian ilmiah dan tidak asal tebak. Salah satunya menggunakan instrumen hasil riset atau survei. Itupun masih bisa meleset jika pasangan figur belum deklarasi dan belum mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) disertai dukungan Partai Politik (Parpol).
Di awal tahun 2020 memang begitu banyak figur yang berminat, bahkan didaulat kelompok maupun komunitas. Ada juga yang digadang-gadang tetapi figur yang bersangkutan tak bersedia. Mereka antara lain dari tokoh masyarakat, politisi dan anggota dewan, akademisi, hingga birokrat. Demikian pula dari kepala daerah dan wakil kepala daerah yang masih menjabat dan hendak ikut kontestasi lagi yang lazim disebut petahana (incumbent).
Setidaknya sejumlah figur sudah dapat diketahui menjadi bakal calon dan selanjutnya menjadi pasangan calon (Paslon). Hal ini ditandai dengan keseriusan melobi Parpol sesuai mekanisme. Tidak ada Parpol pengusung yang berdiri sendiri, melainkan mesti berkoalisi untuk mendapatkan 20% dukungan minimal dari total kursi (jumlah legislator) di DPRD Sambas hasil Pilegislatif 2019 setara dengan 9 kursi.
Pada Pemilu 2019, total kursi legislatif berjumlah 45 orang telah menempatkan Gerindra pada posisi teratas dengan meraih 7 kursi, PDIP 6 kursi, Golkar 6 kursi dan Nasdem 5 kursi. Sedangkan PKS, PAN dan PKB masing-masing 4 kursi. Hanura dan Demokrat masing-masing 3 kursi, sisanya PPP 2 kursi dan 1 kursi Perindro. Beberapa opsi koalisi Parpol dapat dijabarkan setelah mempertimbangkan kader Parpol yang maju.
Mereka adalah Darso dan Ferdinan Syolihin dari PDIP, Atbah RS dan Eko (PKS), Rubaety Erlita Prabasa dan Arifidiar (Golkar), dan Hairiah (PPP). Parpol pengusung lainnya tidak memajukan kadernya sehingga muncul nama-nama diluar kader parpol seperti Helman, Satono, Rofi dan Hero. Semuanya masih abu-abu sampai Parpol secara final mengeluarkan rekomendasi pasangan calon.
Dengan jumlah figur 10 orang tersebut dapat dibuat beberapa opsi koalisi Parpol. Opsi pertama 5 paslon dengan membagi rata setiap paslon diusung 9 kursi. Opsi ini sangat kecil kemungkinannya mengakomodir semua figur dengan komposisi Gerindra+Demokrat, Golkar+Hanura, Nasdem+PKB, PKS+PAN+Perindo dan PDIP+Demokrat.
Opsi kedua, 4 paslon dengan komposisi koalisi Parpol antaralain Gerindra+PAN, Nasdem+PDIP, Golkar+PKB+Hanura dan PKS+PPP+Demokrat+Perindo. Maka yang mucul adalah pasangan Satono-Rofi, Helman-Darso, Hero-Rubaety dan Atbah-Hairiah.
Opsi ketiga, 3 paslon dengan komposisi koalisi parpol antara lain Gerindra+PAN+PKB, Nasdem+PDIP, PKS+Golkar+Hanura. Tiga Parpol sisanya dibiarkan menggantung dan tidak bisa mengusung paslon dan ‘dipaksa’ gabung dengan salah satu dari tiga koalisi tersebut. Maka paslon yang muncul adalah Satono-Rofi, Helman-Darso, Atbah-Rubaety.
Opsi kedua, menempatkan petahana ‘head to head’ dengan lawan tandingnya karena hanya ada 2 paslon. Koalisi yang dibangun sangat gemuk dan berbiaya tinggi dalam hal political cost atau mahar politik untuk mendapatkan dukungan parpol. Opsi ini sangat tidak memungkinkan, terkecuali ada pergerakan kapital yang sangat besar.
Peluang menang
Pilkada pada akhirnya hanya soal menang dan kalah. Jika petahana Atbah ingin menang lagi dan berkuasa di periode kedua bisa menempuh opsi 3 dan opsi 4. Hal ini terkait dengan kondisi elektabilitas dan akseptabilitas Atbah berdasarkan survey yang berada dibawah 50%. Petahana akan relatif aman apabila elektabilitasnya diatas 50% (dikupas pada bagian berikutnya, pen).
Kesalahan dalam menentukan pasangan pendamping juga berpengaruh, misalnya dari sisi gender (mempertimbangkan pemilih perempuan) atau isu lain terkait disharmonisasi kepala daerah dan wakilnya dan banyak faktor lainnya. Dengan bekal 4 kursi PKS, sebetulnya Atbah cukup melirik Parpol pemilik 6 kursi yang tersisa yakni Golkar. Maka sudah cukup, sekaligus membiarkan parpol lain diperebutkan. Selain efisien 9 kursi, juga tidak menguras energi lobi politik kepada partai. Bisa juga mengemas parpol kecil, tetapi membuka celah opsi terbentuknya jumlah paslon yang semakin mengerucut.
Kemenangan memang bisa diprediksi seperti halnya kekalahan. Selanjutnya ikhtiar dari Paslon nantinya dalam meyakinkan pemilih. Bagi paslon penantang tentunya melalui sosialisasi program-program kerja dan khusus bagi petahana yang utama adalah pelaksanaan atas amanah selama menjabat di periode pertama.
Terkait amanah ini, Atbah menjelaskan sebenarnya amanah paling besar adalah kejujuran dalam memimpin. “Itu saya pegang. Sebab yang paling mahal hari ini adalah jujur dan amanah. Kalau yang harus begini begitu dan ditulis, semua orang bisa. Tetapi seseorang menjadi jujur dan amanah menjadi mahal,” kata Atbah.
Menurutnya, karena jujur dan amanah menjadi dasar gerak dan bekerja, maka setiap penggunaan uang negara atau uang rakyat berjalan dengan baik. Perlu orang-orang baik di situ untuk sukses menjalankannya dengan serius. “Itu amanah yang paling besar walaupun masyarakat sambas harus berhadapan dengan fakta, siapa siapa yang menjalankan pada tahap teknis, lapangan sampai implementasi dari kerja-kerja itu,” ujar Atbah.
Akankah Atbah kembali memenangkan di periode kedua? tentunya masih banyak faktor lain diantaranya sampai sejauhmana keinginan warga Kabupaten Sambas mendapatkan pemimpin yang baru. Parpol juga memiliki kepentingan lain untuk perolehan suara pemilu berikutnya di 2024 meskipun suara Pilkada tidak linear dengan suara Parpol.
Di samping itu terdapat kekuatan tokoh yang memiliki ikatan kuat dengan paslon dan potensial turut mendulang simpatik warga. Sebut saja misalnya Juliarti Djuhardi Alwi yang mendorong Hero, Prabasa Anantatur yang mendorong mantan senator Rubaety Erlita yang sekarang berkiprah di Golkar. Ada juga Burhanuddin A Rasyid yang mendorong Satono-Rofi. Para tokoh berperan menjadi co-branding. Pasti seru…
Menanggapi Pilkada Sambas 2020, Burhanuddin A Rasyid yang juga mantan Bupati Sambas ini mengharapkan agar semua paslon nantinya bertarung sportif, tenang dan damai dengan niat dan tujuan utamanya untuk Kabupaten Sambas yang lebih baik. “Semuanya masih berproses. Sekarang ini masing-masing figur masih menjalin komunikasi dengan pihak parpol. Insya Allah Pilkada mendapatkan hasil terbaik bagi Kabupaten Sambas,” ujar Burhanuddin. (bersambung)
Discussion about this post