Pontianak – World Agroforestry (ICRAF) Indonesia menyelenggarakan acara temu wicara para Peneliti Muda Gambut (PMG) yang merupakan para lulusan muda beberapa perguruan tinggi yang telah mendapatkan kegiatan peningkatan kapasitas terkait kegiatan penelitian dan pengelolaan gambut di Kalimantan Barat, dari tiga perguruan tinggi di Pontianak, Kalimantan Barat, pada Jumat (9 Juli 2021).
Mereka berbagi hasil kajian lapang dari desa-desa di wilayah Kabupaten Kubu Raya. Dengan tajuk, Berbagi Bersama Peneliti Muda Gambut (PMG) Kalimantan: Menggali
Pengetahuan, Pengalaman, dan Nilai Kehidupan. Acara ini diselenggarakan secara
serentak di Universitas Tanjungpura, Universitas Muhammadiyah Pontianak, dan
Universitas Panca Bakti, baik secara daring maupun luring.
Peneliti Perencanaan Pertumbuhan dan Kebijakan Hijau ICRAF Indonesia Feri Johana, yang juga sebagai koordinator program penelitian Peat-IMPACTS, mengungkapkan, bahwa tujuan dari kegiatan temu wicara ini adalah untuk berbagi informasi dan pengalaman penelitian hasil kegiatan aksi lapangan kepada para mahasiswa serta civitas akademika di Kalimantan Barat, tentang pengelolaan dan perlindungan ekosistem gambut yang berkelanjutan.
“Kita ingin para peneliti muda, para putera-puteri daerah ini, bisa mendorong aspirasi dan inspirasi sesama generasi muda di Kalimantan Barat. Mereka telah dibekali dengan pengetahuan dan kapasitas selama enam bulan masa inkubasi untuk mengobservasi dan mengulas temuan yang mereka kumpulkan di desa-desa di
Kabupaten Kubu Raya,” jelas Feri.
Kerja sama dengan perguruan tinggi terjalin erat sejak dari proses perekrutan Inkubator Peneliti Muda Gambut (IPMG), masa inkubasi untuk mendapatkan pendalaman dan pembelajaran berbagai materi penelitian, penyusunan tugas akhir menulis berbagai kajian lapang, hingga proses berbagi pengalaman dan pengetahuan selama kegiatan IPMG.
Para peneliti muda gambut terjun ke lapangan dengan didampingi para peneliti
ICRAF sejak Februari 2021. Dalam proses penelitian lapangan mereka berinteraksi dengan pemerintah daerah Kubu Raya, para perangkat desa serta, masyarakat desa
dan petani yang mengelola lahan gambut di 31 desa di Kubu Raya. Dari para petani
mereka mengumpulkan informasi, kisah bertani dan berkebun di lahan gambut serta
aspek-aspek budaya, ekonomi dan sosial.
Mewakili 55 peneliti muda yang tergabung dalam Inkubator Peneliti Muda Gambut, program edukasi untuk generasi muda yang diprakarsai oleh Peat-IMPACTS, ICRAF Indonesia, enam PMG menjadi narasumber dalam acara yang diselenggarakan secara daring dan luring ini.
Lenawati Simanjuntak, alumni UNTAN, yang terjun ke Desa Sungai Radak Dua berbagi salah satu temuan tentang inovasi petani di Desa Sungai Radak Dua dalam mengelola lahan gambut untuk komoditas padi mereka; memproses tanah sebelum tahap penanaman, tanah diberi pupuk herbisida lalu digilas dengan drum air. Petani juga sudah tidak lagi membuka lahan dengan membakar, tetapi dengan menebas
karena pembakaran berakibat tidak terkendalinya gulma.
Muhammad Hatami, alumni UNTAN, mengamati tentang beberapa komoditas
pilihan para petani, khususnya di Desa Permata Terentang. Salah satu komoditi
favorit itu adalah sawit, walaupun dalam pengamatannya komoditi ini kurang maksimal jika ditanam di lahan 2 hektare dan baru akan memberikan hasil cukup
besar di atas lahan seluas paling tidak 9 hektare. Selain itu ada dampak lingkungan
yang ditimbulkan dari komoditi ini, yaitu pencemaran air dan rusaknya infrastruktur.
Alponsus Alpiadi, alumni UNTAN, menyoroti potensi-potensi pemanfaatan lahan gambut di Desa Sungai Asam, yang 80% wilayahnya adalah lahan gambut. Salah satu potensi adalah penerapan pola wanatani (agroforestri). Petani dapat diperkenalkan
pada pola berkebun dengan memadukan komoditas-komoditas yang berbeda yang
akan memberikan keuntungan ekonomi dan ekologi.
Agus Dianto, alumni UPB, membagi pengalamannya mengamati inovasi petani di
Dusun Banyuates, Desa Pasak Piang yang memanfaatkan vanili sebagai tanaman sela
di kebun karet untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Keberhasilan inovasi ini menginspirasi petani di desa-desa lain yang ikut membudidayakan vanili di kebun
mereka. Namun masih perlu dibutuhkan pendampingan dan penyuluhan dalam hal
mencegah terjadinya penyakit, karena tanaman vanili termasuk rentan terhadap
penyakit.
Desintha YP, alumni UNTAN, mengangkat isu peran perempuan keluarga transmigran di Desa Sungai Radak Baru. Secara tradisional perempuan tidak memegang peran besar dalam aktivitas pertanian, mereka hanya sekadar membantu kepala keluarga dalam pengelolaan kebun. Namun seiring berjalannya waktu, semakin banyak perempuan yang berinovasi dengan mengembangkan produk-produk olahan dari hasil kebun mereka, seperti membuat serbuk jahe dan mengolah nanas menjadi berbagai produk.
Siti Ardiyanti, alumni UMP, membuat studi perbandingan antara pola tanam monokultur dan tumpang sari untuk komoditas cabe dan jahe. Mayoritas petani di Desa Permata menanam secara monokultur, hanya salah komoditi. Hanya segelintir yang memulai menerapkan pola tumpang sari. Siti melihat perlunya giat penyuluhan dan peningkatan kapasitas petani untuk meningkatkan penghidupan mereka melalui pola tanam yang lebih inovatif.
Seluruh aksi riset dalam Peat-IMPACTS dikemas dalam jenama #PahlawanGambut
untuk penyebarluasan informasi mengenai riset dan capaiannya.
(RS/ndi)
Discussion about this post