JURNALIS.co.id – Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Baitul Qur’an dipenuhi oleh para ulama, kiai, habaib, dan pengasuh pondok pesantren dari berbagai daerah, Minggu (05/06/2022) pagi. Para tokoh agama tersebut berkumpul di pondok pesantren yang diasuh oleh KH Helmi Amin, alumni Tebuireng Jombang, ini dalam rangka Silaturrahim Wilayah (Silatwil).
“Kami mengundang para tokoh alim ulama, kiai, habaib, dan pengasuh pondok pesantren, khususnya yang berlatar belakang ormas Nahdhatul Ulama dalam rangka memberikan pemikiran dan masukan terkait rencana Konferwil PWNU Kalbar yang akan diselenggarakan pada bulan Juni ini di Pontianak,” terang Kiai Helmi selaku tuan rumah dan pengundang acara.
Sebagai bagian dari jamah NU, apalagi dari para alumni pondok pesantren Jombang, tempat di mana NU didirikan oleh Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari, berinisiatif mengajak seluruh kalangan ulama Kalbar untuk ikut memikirkan masa depan NU di Kalbar melalui Forum Silaturrahim (Forsil) ini.
“Momennya pas menjelang Konferwil PWNU Kalbar yang informasinya akan diadakan pada bulan ini,” tambah kiai yang juga pernah mengajar di Ponpes Assalam, Pal Lima Pontianak ini.
Bersama dengan Kiai Helmi, ada juga KH Luqmanul Hakim, sesama alumni Tebuireng yang menjadi inisiator kegiatan ini. Dia mengayakan peserta silaturahim tidak hanya dari kalangan alumni pondok Tebuireng.
“Tapi juga dari belbagai pesantren di Jawa, maupun pada Habaib dan ulama lulusan Timur Tengah yang beraliran Aswaja,” jelas Kiai Luqman yang aktif melatih para qori dan jadi juri MTQ di wilayah Kalbar ini.
Kiai Luqman menuturkan ini merupakan pertemuan alim ulama, habaib, serta pengasuh ponpes lintas alumni pesantren dan wilayah se-Kalbar.
“Mereka semua bersedia hadir atas dasar pemikiran yang sama, yakni ingin membangkitkan kembali NU di Kalbar ini sebagaimana diinginkan oleh para pendiri NU, yakni agar NU diisi oleh santri yang mampu mengibarkan aliran Aswaja,” tegas Kiai Luqman.
Dalam pertemuan ini, banyak tokoh ulama hadir dan tidak asing dalam kiprah dakwah dan pendidikannya di Kalbar. Di antaranya Habib Jakfar, KH Fauzy Mighfaza, KH Abdul Wahhab (Pengasuh Ponpes Mahyajatul Qurro), KH Zainuddin Ahmad (Pengasuh Ponpes Assalam), KH Abdul Syukur (Katib Syuriah PWNU 2011-2016), KH M Faishol Maksum (Pengasuh Ponpes Al Ghufron), KH Zulkarnain (Pengasuh Ponpes Al Ihsan), Kiai Junaidi (Pengasuh Ponpes Madrasatul Qur’an), TGH Zakaria (Pengasuh Ponpes Al Fathonah), KH Ahmad Muzayyin (Pengasuh Ponpes Al Mukhlisin), dan KH Syadzili (Pengasuh Ponpes Darul Lughoh war Rahmah).
KH Jalaluddin HAS, Rois Syuriah PWNU Kalbar periode 2011-2016, memberikan sambutan secara virtual kepada para peserta. Dalam sambutannya, Abah Jalal, demikian biasanya beliau dipanggil, mengucapkan terima kasih atas kehadiran seluruh alim ulama, habaib, dan pengasuh ponpes yang telah hadir.
Dalam kesempatan itu, Abah Jalal menyampaikan permintaan dukungan dari para alim ulama untuk mendukung H Andi Syafrani, maju mencalonkan diri sebagai Ketua Tanfidziyah PWNU Kalbar.
“Saya tahu persis beliau adalah santri, dan PWNU Kalbar ke depan harus dipimpin oleh santri,” lugas Abah Jalal.
Menerima mandat yang besar itu, Andi Syafrani, santri lulusan Jombang, menyampaikan bahwa ini adalah amanah yang sangat besar. Tak terbayangkan sebelumnya dalam lintasan hidup dirinya akan menerima amanah ini.
“Terhadap para kiai, ulama, habaib, posisi saya sebagai santri adalah sam’an wa tho’atan. Dan saya niatkan ini hanya untuk khidmah kepada NU, kepada Hadratus Syeikh dan para mu’assisin NU, serta khidmah kepada agama, bangsa dan negara, dan tentunya khidmah kepada para guru,” jawab Andi dalam sambutan penerimaannya.
“Urusan menang kalah dalam Konferwil adalah dalam kekuasaan Allah. Tapi doa dan restu dari para masyaikh di sini adalah bekal utama saya dan saya yakini sebagai kekuatan dalam menjalankan takdir Allah,” dambung Andi.
Lanjut Andi, yang terpenting adalah dengan adanya kegiatan ini, para ulama Kalbar mencoba ikut berkontribusi dalam upaya membangun NU Kalbar yang lebih baik ke depan.
“Forum ini merupakan wujud kongkrit kontribusi ulama Kalbar dalam memikirkan dan ingin melihat NU Kalbar ke depan lebih berkibar dan menjadi kiblat gerakan dakwah Islam di Kalbar untuk kemaslahatan umat Islam dan penduduk Kalbar,” harap Andi.
Ulama Sebagai Roh NU
Dalam kesempatan tersebut, Andi yang juga merupakan dosen di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengingatkan bahwa NU sebagai sebuah tubuh terdiri dari jasad yang berupa organisasi NU, dan ruh berwujud para ulama. Tanpa adanya ulama, NU akan kehilangan ruh. Formalisasi keberadaan ulama ini sebagai pilar utama dalam tubuh NU direpresentasikan dalam Ahlul Halli wal Aqdi.
Mereka ini menjadi ruh utama kehidupan NU yang dipilih dengan kriteria khusus seperti memiliki akhlak mulia, tawadhu’, memiliki integitas, berpengaruh, alim, muharrik/penggerak, munazzim/memiliki kemampuan organisasi, wara’, dan zuhud. Mereka ini penjaga moralitas NU dan simbol keulamaan NU.
“Namanya juga Nahdhatul Ulama, artinya kebangkitan ulama. Yang jadi subjek utama dalam NU karenanya adalah adalah ulama. Tentunya ulama dalam kriteria tadi,” jelas Andi.
Sementara Tohiddin, selaku Ketua PCNU Sekadau, mengafirmasi perlunya menghidupkan kembali ruh PWNU Kalbar melalui ulama.
“Dengan adanya silaturrahim alim ulama ini terasa kembali hadirnya ruh NU yang didirikan oleh masyaikh dan ulama di tahun 1926,” sebutnya.
“Saya yakin para ulama NU di Kalbar sangat mencintai NU dan ingin wajah NU Kalbar ke depan lebih baik, dan akan lebih mengedepankan konsep dakwah untuk memperkuat Aswaja di bumi Borneo ini, sesuai dengan arahan PBNU dan para kiai yang selama ini menjadi garda terdepan dalam gerakan ini. Saya melihat sosok Andi Syafrani bisa mewujudkan itu,” timpal Tohiddin.
Wajah PWNU Kalbar ke Depan
Kiprah Andi secara struktural di NU dimulai saat dirinya mendapatkan beasiswa dan melanjutkan kuliah pascasarjana di Australia. Saat itu, Andi diminta terlibat di PCI ANZ bersama-sama Gus Nadirsyah Hosen selaku Rois Syuriah.
Setelah pulang mengajar di almamaternya di UIN Ciputat, Andi lebih banyak membantu kegiatan NU di PCNU Jaksel, dan sempat bersama-sama sahabatnya TB Ace Hasan Syadzily dilibatkan dalam struktur GP Ansor Pusat, saat dipimpin oleh Nusron Wahid.
“Saya belum dikenal oleh para sahabat pengurus NU di Kalbar, meskipun saya lahir di Pontianak,” ucap Andi.
Karenanya, diakui Andi, dia butuh banyak bersilaturrahim dengan pengurus PCNU di Kalbar. Setelah acara Silaturrahim ini, Andi berharap dirinya dapat diterima oleh para pimpinan PCNU se-Kalbar.
“Mudah-mudah segera bisa bertemu dan diterima oleh seluruh Rois Syuriah maupun Ketua Tanfidziyah PCNU seluruh Kalbar dalam waktu dekat ini,” pinta Andi.
Ditanya apa yang akan menjadi langkahnya ke depan untuk memajukan PWNU Kalbar? Andi menerangkan, pertama, dirinya menjalankan perintah dan dawuh sesepuh dan ulama yang memberikan mandat untuk maju sebagai calon Ketua Tanfidziyah dalam Konferwil PWNU Kalbar. Ini penting, karena sebagai santri, menaati perintah guru merupakan adab mulia dan sikap santri.
“Saya harus bisa menjadi jembatan antara jamaah dengan jam’iyyah. Dengan latar belakang saya sebagai santri, diharapkan saya lebih mengerti ‘bahasa pesantren’, yang mana pesantren ini merupakan pondasi utama NU, khususnya dalam menjaga manhaj Aswaja di bumi Borneo ini,” terangnya.
Secara programatik, lanjut Andi, PWNU mestinya mengikuti dan menjalankan visi dan misi yang telah dicanangkan oleh PBNU.
“Karena bersifat struktural hirarkis, tentunya salah satu tugas PWNU ini adalah menyukseskan visi dan misi PBNU. Harus segaris dengan PBNU. Tentunya dengan penyesuaian dan kebutuhan terkait dinamika persoalan lokal di sini,” bebernya.
Apa yang disampaikan oleh Rois ‘Am PBNU merupakan arahan yang harus diterima dengan sam’an wa tho’atan. Demikian juga perintah dari Ketum PBNU merupakan amar yang harus dilaksanakan.
“Ini penting saya tegaskan karena dengan singkronisasi arahan ini NU akan berjalan tertib dan rapi secara kelembagaan,” lugas Andi.
Ke depan, Andi ingin juga PWNU memiliki kantor permanen yang bisa digunakan untuk seluruh aktivitas warga NU. Demikian juga untuk seluruh struktur NU di kabupaten/kota hingga kecamatan.
“Seperti di wilayah lainnya, diharapkan hingga ke MWC NU se-Kalbar, ada sekretariat permanen,” urai Andi.
Dengan demikian seluruh kegiatan NU hingga ke level desa/kelurahan dapat menggunakan kantor yang ada. Kegiatan ini ditujukan untuk menjaga, melestarikan, menyebarkan paham Aswaja. Selain itu, kantor itu semua menjadi center of da’wah baik dalam bidang ekonomi, sosial, pendidikan, serta keagamaan.
“Dengan demikian NU akan dirasakan kemanfaatannya bagi ummat, khususnya warga Nahdhiyin di mana di Kalbar ini,” ungkapnya.
Andi mengatakan modal dasar kekuatan NU di Kalbar sudah ada dan sangat besar. Yakni tradisi keagamaan umat Islam yang sesuai dengan ajaran Aswaja. Hanya saja, belum semua umat Islam pengamal tradisi tersebut menjadi bagian dari NU.
“Inilah tantangan yang harus bisa dijembatani dengan dakwah ulama NU dan difasilitasi oleh pengurus struktural NU di tingkat apapun,” katanya.
Kalau ini sudah klop, sambung Andi, gerakan dakwah NU dalam bidang lainnya seperti ekonomi, pendidikan, dan sosial akan lebih gampang diwujudkan. Sebab inti dari gerakan NU adalah pada aspek keagamaan. Jika di sisi ini bisa berjalan baik, insya Allah di bidang lainnya akan gampang.
“Anggap saja lainnya itu bonus dan berkah karena dakwah agama illahi ta’ala yang ikhlas,” pungkas Andi. (rin)
Discussion about this post