JURNALIS.co.id – 17 Agustus 2022 merupakan hari kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang ke 77 tahun. Masyarakat Indonesia di Kabupaten Kapuas Hulu yang berbatasan dengan Malaysia ternyata belum sepenuhnya merasa merdeka.
Meskipun negara Indonesia tidak lagi dijajah secara fisik oleh Jepang dan Belanda, namun masyarakat perbatasan merasa dijajah dengan yang namanya keterbatasan dan kekurangan. Dimana tempat mereka tinggal saat ini masih ada kekurangan dan ketertinggalan dari segala bidang. Mulai dari Infrastruktur, Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi, Air Bersih, Jaringan Telekomunikasi dan lainnya.
Seperti yang diceritakan Yohanes Sintan, Camat Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu. Di wilayahnya saat ini masih sangat jauh tertinggal dan kekurangan dari segala hal.
“Kondisi faktual di Kecamatan Puring Kencana untuk infrastruktur terutama jalan masih belum memadai alias berkerikil atau rusak berat,” katanya, Senin (08/08/2022).
Pria disapa Sintan ini mengatakan wilayah kerjanya bukan hanya di bidang infrastruktur saja yang kurang, di bidang kesehatan juga begitu. Pasalnya di tempat mereka cuma ada satu dokter PTT.
“Dan itupun sebentar lagi kontraknya berakhir,” jelasnya.
Lanjut Sintan, untuk akses jaringan listrik juga belum lancar, karena masih menggunakan PLTMH. Ketika musim hujan, listriknya baru menyala.
“Itupun hanya bertahan tiga hari, listrik padam, jaringan WiFi juga macet, bahkan di kantor kecamatan sendiri belum masuk jaringan untuk WiFi. Jika melihat kondisi seperti ini wilayah Puring Kencana belum sepenuhnya merdeka,” ujar Sintan.
Senada disampaikan Donatus Dudang Camat Empanang. Dia bilang, wilayahnya juga ada yang berbatasan dengan Malaysia. Sejauh ini masih banyak pembangunan yang belum dinikmati oleh masyarakat.
“Infrastruktur jalan negara yang melewati beberapa desa belum memadai, jaringan air bersih ke ibu kota Kecamatan Empanang tidak pernah mengalir, jaringan telekomunikasi masih ada empat desa yang belum menikmati. Sementara jaringan telekomunikasi hanya dinikmati oleh Desa Nanga Kantuk sebagai ibu kota kecamatan,” terangnya.
Untuk bidang kesehatan, kata Dudang, biarpun tidak memadai, tapi berkat kerja Puskesmas Empanang hampir tidak ada masalah yang berarti. Begitu juga sarana pendidikan, terutama berkaitan dengan guru juga terbatas. Guru SMA Negeri Empanang hanya atau satu orang pegawai dan satu orang PPK. Selebihnya lima orang guru kontrak dan beberapa orang guru honor sekolah.
“Untuk SMP ada lima orang guru pegawai dan dua orang guru PPK selebihnya guru honor sekolah. Tingkat SD sebanyak 11 orang secara fisik guru kurang, tetapi jika dikalkulasikan jumlah perbandingan guru dengan murid,” pungkas Dudang. (opik)
Discussion about this post