JURNALIS.co.id – Dalam menghasilkan rekomendasi intervensi kebijakan dan pendanaan gambut lestari di Kabupaten Kubu Raya, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kubu Raya dan World Agroforestry (ICRAF) gelar Lokakarya, Rabu (15/12/2022) di Hotel Haris Pontianak.
Kegiatan bertajuk ‘Konsultasi Publik Revitalisasi Kelembagaan Forum Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) serta Peningkatan Pemahaman untuk Monitoring dan Evaluasi di Kabupaten Kubu Raya’ tersebut dilaksanakan dalam rangka mengkonsultasikan dan mendiskusikan beberapa poin penting penguatan regulasi TJSL, serta memfinalkan program strategis dan kerangka sistem database untuk monitoring dan evaluasi, serta tata kelola forum.
Asisten 2 Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Kubu Raya, Tri Indriastuty mengatakan pihaknya telah menjembatani, mengagendakan dan mengkoordinasikan antar badan usaha, NGO dan Pemkab Kubu Raya dalam melaksanakan forum diskusi ini. Berbagai aksi nyata untuk pelestarian lingkungan yang berkelanjutan perlu dilakukan guna mengatasi dampak perubahan iklim global yang juga berdampak pada perubahan krisis ekonomi masyarakat. Serta upaya Pemda Kubu Raya untuk mengumpulkan berbagai isu yang menjadi trend atau domain Kubu Raya.
Potensi sumber daya alam yang ada di Kubu Raya adalah gambut yang menjadi dominasi dan atensi untuk pembangunan ekonomi hijau dengan memperhatikan berbagai karakteristik yang ada.
“Kerja marathon ICRAF Indonesia bersama Pemda melalui Dinas Penanaman Modal Pelayanan dan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) yang melibatkan berbagai pihak terkait akan disosialisasikan pada saat musrembang awal tahun 2023 yang akan menjadi tahap pelaksanaan kegiatan nyata yang berkesinambungan dengan pembangunan ekonomi hijau berkelanjutan,” kata Tri menutup sambutan dan sekaligus membuka kegiatan Lokakarya.
Di tempat sama Maria Agustina, Kepala DPMPTSP Kubu Raya menyampaikan beberapa proses revitalisasi kelembagaan dan tata kelola TJSL, dengan berbagai pemahaman dan langkah monitoring dan evaluasi yang akan berjalan secara berkala dan beriringan agar tepat sasaran dengan program strategis.
“Program strategis TJSL ini akan dilaksanakan di enam desa terpilih pengelolaan gambut lestari. Untuk itu forum ini menghadirkan berbagai pelaku usaha (perusahaan), Camat dan Kepala Desa dari enam desa tersebut. Serta struktur organisasi dari Forum TJSL yang akan melibatkan akademisi, pelaku usaha, perwakilan Kades dan NGO di Bidang sosial, ekonomi, infrastruktur dan lingkungan,” jelas Maria.
Enam desa terpilih pelaksanaan TJSL ini adalah Desa Bengkarek, Pasak dan Sungai Asam yang berada di KHG Sungai Kapuas-Ambawang, dan di Desa Kubu, Permata dan Sungai Radak Dua di KHG Sungai Kapuas-Terentang. Berbagai usulan terlahir terkait pelibatan unsur organisasi masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat.
Berbagai data pendukung kegiatan program strategis TJSL di Kubu Raya juga diharapkan terjalin dengan Simpul Jaringan Informasi Geospasial Daerah (SJIGD) Kubu Raya sebagai platform pendataan dan pemantauan TJSL.
Hal itu juga disampaikan Wakil Ketua DPRD Kubu Raya Suharso dalam sambutannya menyatakan bahwa titik fokus diskusi adalah untuk memperkuat potensi besar yang perlu terus digali dalam forum TJSL terkait Perda yang akan dikawal dan evaluasi bersama. Monitoring dan evaluasi menuju perbaikan perlu dilakukan agar ada kesesuaian antara susunan peran dan tanggung jawab para anggota forum.
“Pemerintah daerah maupun pusat secara kelembagaan senantiasa memberikan dukungan moril dan kebijakan, namun tidak akan bisa bekerja sendiri tanpa adanya dukungan dan support dari seluruh pihak dari berbagai kelembagaan. Sehingga seluruh pihak, khususnya badan usaha yang menjalankan usahanya di Kubu Raya dapat turut berkontribusi dalam upaya-upaya positif yang efektif, terarah dan memberikan manfaat untuk seluruh masyarakat di Kubu Raya,” terang Soeharso.
Koordinator Sekretariat Simpul Jaringan Informasi Geospasial Kubu Raya, Feri Setiyoko dalam paparannya menyampaikan, bagaimana peran simpul jaringan dapat turut mendukung kegiatan TJSL. Sistem data berbasis geospasial dengan teknologi transformasi digital 4.0 menyediakan data yang akurat, mutakhir dan dapat dipertanggungjawabkan untuk mendukung berbagai kegiatan programyang terintegrasi antar sektor, seperti program kesehatan, bantuan sosial, kewirausahaan dan investasi.
Sonny Sukada, Director of Partnerships and Development, dalam paparan mengenai M&E program strategis TJSL menyampaikan semangat pembaharuan yang luar biasa terlihat dari seluruh partisipan yang hadir. Menyadari kebutuhan pengembangan masyarakat terhadap berbagai isu-isu yang ada terkait pendidikan, budaya, kesehatan, lapangan kerja, akses terhadap teknologi dan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.
Sony juga menjelaskan mengenai strategi pengembangan masyarakat harus jelas, dimana komunitas yang akan disasar, cara dan metode pelaksanaan termasuk tujuan, hasil, keluaran, dan dampak, dengan prinsip perubahan dan perbaikan yang dikehendaki. Melalui monitoring, akan menangkap situasi dan kondisi dalam kurun waktu yang berbeda dan evaluasi akan memberikan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan dan keputusan manfaat atau perbaikan yang perlu dilakukan dlaam suatu kegiatan. Hal ini akan meningkatkan citra, kinerja dan keberlanjutan organisasi, serta meningkatkan kapasitas, kepercayaan diri dan kepuasan secara individu.
Beberapa program TJSL/CSR yang telah dilakukan disampaikan oleh Beria Leimona, Senior Expert Landscape Governance and Investment, ICRAF Indonesia, sebagai bahan pembelajaran dan contoh program kerja masyarakat. Di antaranya di DAS Besai, Lampung dalam program pemantauan kualitas air dan tingkat erosi yang dilaksanakan dengan bekerja sama beberapa pihak. Juga program peningkatan kualitas air tanah dan efisiensi pemakaian air, di DAS Rejoso Kita Pasuruan, di mana perusahaan secara langsung menginvestasikan dana dan kegiatan CSR untuk menyelamatkan sumber air.
“Indikator-indikator restorasi melalui kegiatan konservasi berbasis performa dilakukan guna menunjang proses monitoring dan evaluasi. Juga kegiatan yang berkaitan dengan perubahan perilaku masyarakat yang perlu diperbaiki. Bagaimana inovasi yang berbasis ilmiah, forum bersama untuk keuntungan secara koleksif bukan hanya untuk perusahaan namun juga untuk masyarakat sekitar, dan untuk Kubu Raya tentunya mengarah kepada kelestarian ekosistem gambut,” kata Leimona.
Jejakin, sebuah start up terkait sistem manajemen karbon, menyampaikan beberapa studi kasus yang sudah dilakukan sebagai contoh pembelajaran. Haris Iskandar, Forest Carbon and Sustainability Director Jejakin, berbicara mengenai keterlibatan perusahaan serta secara tidak langsung masyarakat secara luas dalam menyumbang tingkat karbon.
Sebagai kegiatan TJSL, konservasi dan restorasi yang dilakukan oleh perusahaan dimonitor melalui sebuah platform yang digunakan bernama CarbonAtlas. Platform ini mampu mengukur luas plot lahan berapa dan kemampuan tanam pepohonan berapa, serta survey lapangan yang dilakukan dalam Pengukuran, Pelaporan, dan Verifikasi (MRV) pencapaian kondisi kegiatan konservasi di lapangan.
Kegiatan konsultasi ini dilanjutkan dengan diskusi terfokus (focus group discussion) program strategis pelaksanaan TJSL di desa terpilih pengelolaan gambut lestari serta kerangka tata kelola forum, serta mendiskusikan potensi pengembangan Simpul Jaringan Informasi Geospasial Daerah (SJIGD) Kabupaten Kubu Raya sebagai platform pendataan dan pemantauan TJSL melalui pembelajaran ini. (sym/atoy)
Discussion about this post