– Hal yang paling penting bagi petani jeruk di Kabupaten Sambas adalah ketersediaan dan peluang sektor hilir. Demikian disampaikan Bupati Sambas, Satono saat membuka Sosialisasi dan Bimbingan Teknik Riset Pengembangan Inovatif dan Kolaboratif (RPIK) Jeruk 2021 oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura dengan tema Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) Plus, Kamis (05/08/2021) di Pendopo Bupati Sambas.
Sebagai anak petani jeruk, Satono megaku pernah merugi karena harga jeruk yang sangat murah ketika panen. Bahkan dua tahun lalu, harga jeruk pernah Rp2 ribu sampai Rp3 ribu saja.
“Balitbangtan RI dan Balitbangtan Provinsi Kalbar, ini menjadi tugas kita bersama bagaimana membuka peluang sektor hilir bagi petani jeruk di Sambas. Saya anak petani jeruk, kebun jeruk orang tua saya banyak di Senturang. Pernah merasakan harga jeruk dua ribu, tiga ribu,” katanya.
Sektor hilir, kata Satono, dianggap paling dominan, karena tipikal petani di Sambas sangat mudah diarahkan, diajak untuk menanam jeruk. Asalkan ada jaminan itu bisa menghasilkan dan peluang ekonomi terbuka lebar.
Selain sektor hilir, bibit yang bagus adalah kunci kualitas jeruk Sambas. Saat ini, banyak petani menebang pohon jeruk dan menanam padi karena usia jeruk yang pendek. Hanya tiga tahunan, setelahnya sudah tidak produktif.
“Apa sebabnya, tiga tahun saja jeruk sudah banyak mati. Berarti bibitnya ini ada apa. Karena bibit unggul yang berkualitas sangat penting. Bisa juga karena faktor tanahnya. Biasa buah jeruknya pecah-pecah, bahkan kering di tampuknya. Itukan tidak bagus,” katanya.
Lebih jauh, Satono mengatakan, menanam jeruk tidak boleh asal tanam. Perlu mapping (pemetaan). Selain bibit yang ditanam harus benar-benar bibit unggul, mapping potensi desa dan potensi lahan untuk jeruk juga mempengaruhi.
“Mudah-mudahan ada inovasi dan terobosan baru dalam riset ini yang nantinya akan meningkatkan kualitas jeruk Sambas. Sehingga petani bisa mengulang sejarah di tahun 90-an, di mana ada lebih dari 20 hektare lahan jeruk di Sambas, terutama di Tebas,” pungkasnya. (ran/gun)
Discussion about this post